Site icon nuga.co

Swansea Menorehkan Sejarah Besar

SWANSEA, klub udik asal Wales,  yang tidak pernah mengecap laga final  piala domestik, mencatatkan sejarah besar di Stadion Liberty,  Kamis dinihari Wib, dengan menahan imbang, 0-0, klub raksasa asal London Biru, Chelsea,  yang gemah ripah pemain hebat dan uang melimpah,  sekaligus mengantar Michu dan kawan-kawan  bertemu  tim League Two, Bradford City di Stadion Wembley pada  pertandingan final Piala Liga.

Michu, pemain jangkung asal Spanyol yang menjadi “hantu”  di laga Premier League, dengan mentatatkan 15 gol,  menangis dipelukan legenda Denmark,  Michael Laudrup, yang kini  menjadi pelatih Swansea,  usai laga hidup mati itu, dan berbisik dengan suara halus,”Saya akan memberikan untuk Anda piala di pertandingan  Wembley nanti.”

Michu memang tidak memberikan gol di laga kedua semifinal  paling dramatis yang membuat gregat gol bagi  Swansea  2-0. Di laga pertama, klub “kecil,” yang kini menjadi ikon  kebanggan  negeri Wales itu,  menghantam “The Blues” dua gol tanpa balas. Kekalahan dari Swansea ini tidak hanya menyakitkan bagi  Chelsea tapi juga membuat sang pelatih Rafael Benitez limbung karena kehilangan  satu dari tiga targetnya di laga domestik, yaitu Piala Liga.

Perjalanan Swansea ke Wembley memang dramatis. Michael Laudrup sendiri tak percaya bisa melewati hadangan Chelsea untuk sampai ke final. “Mereka punya semuanya. Kami hanya tim kecil yang bermodal semangat. Sulit dipercaya,” kata mantan gelandang elegen Denmark yang pernah membawa negaranya menjuarai Piala Euro.

Leon Britton, gelandang bertahan yang melapis blok belakang Swansea untuk menghadang Mata dan mematikan pergerakan Ba, gelandang serang dan striker Chelsea mengatakan, Ini pencapai sangat besar bagi saya dan tim untuk sampai di pertandingan final di Wembley. Kami semua berharap akan memeluk piala nanti di sana,” kata Britton dengan gairah.

“Ketika Anda menyaksikan siaran televisi dan memberitakan Swansea terpuruk di dasar klasemen liga sepuluh tahun lalu, dan malam ini kami menggenggam tiket untuk tampil di final, catatlah berapa jauh sudah perjalanan yang sudah kami tempuh,” kata Britton kepada Rodgers, reporter sepakbola  televisi berjaringan. Sky Sport TV.

Swansea sepanjang perjalanannya belum pernah mencapai laga final kompetisi domestik. Mereka dua kali sampai di laga semi final Piala FA. Tahun 1926 dan tahun 1966.  Ashley Williams, kapten tim nasional Wales yang juga pemain tengah Swansea, mengatakan hasil imbang tanpa gol dengan Chelsea sebuah progres yang luar biasa. “Kami sudah mengalahkan mereka di Stamford Bridge. Mereka terluka. Dan kami tahu mereka akan mengerahkan semuanya untuk menyingkir kami. Tapi kami siap berkelahi satu lawan satu,” kata Williams tentang pertandingan di Stadion Liberty itu.

Sebelum turun melawan Chelsea, Swansea memiliki motivasi tinggi untuk melawan setelah mereka menang 3-1 dari Stoke City di laga Premier League. Kemenangan ini, seperti di katakan Laudrup, merupakan daya rangsang bagi pemain untuk tidak takut dengan nama besar Chelsea.

Swansea dengan berani memainkan sepakbola menyerang dalam laga emosional yang menyebabkan Hazard, gelandang serang Chelsea diusir lewat kartu merah setelah menendang rusuk  seorang “bell boy”- anak gawang- Swansea karena terlambat memberi bola keluar.

Dengan memainkan pola 4-2-3-1, dan menempatkan Michu di ujung tombak Laudrup sepertinya ingin mengingatkan Rafael Benitez, tentang tidak ada yang harus ditakutkan dengan Demba Ba, Juan Mata, Carlos atau pun Lampard. Swansea bahkan mendorong lebih kedepan posisi  De Guzman untuk mendekati Gary Cahill yang terkenal amat ganas  mematikan pergerakan lawan  itu.

Permainan kedua tim selama dua babak pertandingan sangat terbuka. Bahkan di menit-menit awal Chelsea yang berupaya untuk mencuri “start” seperti yang mereka pertontonkan ketika melawan Arsenal di pertandingan Premier League pekan lalu terhadang oleh konsitensi Gary Monk, Williams dan Ben Davis. Pergerakan Demba Ba dan Mata yang biasanya eksplosif dan mengeksploitasi pergerakan bola ternyata dihadang dengan “tackling” mematikan Britton dan Ki Sung-yeong.

Aliran pergerakan Lampard pun tidak seperti biasanya, akurat dalam “passing” jarak jauhnya. Paling tidak perlawanan Swansea yang dibuktikan dengan tembakan Michu dari umpan terukur Wayne Rouledge hampir saja mempermalukan Chelsea yang mengakibatkan Petr Cech harus melakukan  penyelamatan gemilang.

Chelsea masih melakukan “pressure” ketat di garis gawang dengan aksi Demba Ba yang melakukan trik dengan menagitkan kakinya ke Williams dan kemudian berteriak minta penalti. Mata juga melakukan “solo run” yang apik. Tapi semuanya gagal. Chelsea nampaknya masih dililit kelelahan usai pertandingan melawan Arsenal tiga hari lalu.

Namun, begitu hasil 0-0  di semifinal Piala Liga ini  telah memberi gambaran kepada Chelsea tentang kualitas Swansea yang kini bertengger di papan tengah, urutan ke sembilan, klasemen. Premier League. “Mereka tim yang padu dengan semangat membara dan meningatkan saya pada “dinamit” Denmark,” puji Benitez setelah pertandingan usai.

Exit mobile version