Site icon nuga.co

Musuh Besar MU Adalah Inkonsistensi

Sempat tergerus dari  hingar bingar pemberitaan  di awal musim dan berujung pada spekulasi pemecatan sang pelatih Oleg Gunnar Solksjaer, kini Manchester United sedikit nyaman di posisi dua klasemen Liga Primer dan masih punya peluang juara di tiga kompetisi.

Seperti ditulis laman media “mirror,” Setan Merah” masih bisa eksis di tiga kompetisi, yakni Liga Inggris, Piala FA, dan Liga Europa.

Melihat Man Utd sejauh ini, kompetisi Liga Eropa menjadi target yang paling realistis untuk jadi juara

Jumat dinihari WIB, di ujung pekan ini, The Red Devils  akan main di Stadion Allianz Arena  melawan Real Socieded di leg pertama babak  tiga puluh dua besar Liga Europa.

Mereka harus meraih hasil maksimal sebagai awal kampanye menuntaskan misi jawara kompetisi Eropa kasta kedua tersebut.

Man Utd sejak Desember tahun lalu mulai tampil baik dan konsisten. Mereka sempat menguasai puncak klasemen Liga Inggris sampai beberapa pekan untuk kemudian di kudeta Manchester City. Namun belakangan inkonsistensi mulai kembali melanda.

Dalam enam laga terakhir di semua ajang, anak asuh Ole Gunnar Solskjaer baru menang dua kali, sekali seri, dan tumbang dua kali. Detailnya, kalah, seri, menang, seri, menang, lalu seri lagi.

Tentu saja hasil yang tak konsisten, khususnya di liga, membuat mereka agak sulit mengejar rival sekota Manchester City yang kokoh di puncak klasemen. Saat ini Man Utd ada di posisi kedua dengan empat puluh enam poin.

Hasil-hasil kurang memuaskan itu membuat gap kedua tim menjadi tujuh angka, dimana The Citiziens punya satu laga lebih sedikit yang mana bukan tak mungkin jaraknya bisa makin lebar menjadi sepuluh poin.

Melihat kondisi itu, target juara Liga Inggris menjadi agak mustahil buat Manchester merah. Sebab pasukan Pep Guardiola tengah sangat on fire. Konsisten meraih hasil maksimal menjadi kunci mereka ada di tempat teratas.

Tengok saja catatannya, Man City belum pernah kalah dalam dua puluh tiga laga terakhir di semua kompetisi, Enam belas di antaranya merupakan kemenangan beruntun.

Khusus di Liga Inggris mereka tak pernah kalah di lima belas laga terakhir sejak ditekuk Tottenham Hotspur  pada pekan ketiga November tahun lalu.

Artinya, Man City tak pernah melepas pedal gasnya sejak kekalahan itu hingga hari ini. Mereka bahkan sangat berpeluang lari sendirian di sisa laga Liga Inggris hingga akhir musim.

Bagaimanapun juga Man City kini yang jauh lebih difavoritkan ketimbang Man Utd karena persoalan konsistensi permainan yang berujung pada hasil akhir.

Sementara di ajang Piala FA, Man Utd sejatinya masih punya peluang. Mereka kini telah sampai pada fase perempat final dan akan menantang tuan rumah Leicester pada pertengahan bulan depan.

Hanya saja ajang ini juga agak sulit menjadi target. Lagi-lagi karena masalah konsistensi permainan. Pada babak perdelapan final, Man Utd harus bersusah payah mengalahkan West Ham United.

Mereka harus menunggu hingga babak ekstra time ketika Scott McTominay mencetak gol untuk memastikan kemenangan.

Apalagi di ajang ini juga masih ada tim-tim besar macam Man City dan Chelsea yang bisa bertemu Man Utd jika berhasil melewati hadangan Leicester.

Karena itu, Liga Europa menjadi target yang paling realistis saat ini bagi Man Utd. Apalagi Red Devils lumayan jago di kompetisi ‘malam Jumat’ tersebut.

Sejak Alex Ferguson pensiun, Marcus Rashfod cs sudah tiga kali berkompetisi di Liga Europa dalam lima tahun terakhir. Dari tiga kali tampil, Man Utd sekali juara saat ditangani Jose Mourinho .

Bahkan keikutsertaannya yang terakhir cukup bagus, yakni sampai semifinal sebelum dikandaskan Sevilla.

Problem konsistensi Man Utd saat ini salah satunya terletak pada rotasi pemain yang dilakukan Solskjaer. Pelatih asal Norwegia itu diketahui tak pernah menggunakan sebelas pemain yang sama dalam setiap laga yang dimainkan.

Pada awalnya, rotasi itu efektif dan membuat Man Utd meraih hasil-hasil bagus yang membuat mereka menguasai singgasana klasemen liga

Dalam enam laga terakhir di semua kompetisi, hanya dua pemain yang selalu dimainkan Solskjaer. Mereka, yakni Harry Maguire dan Aaron Wan-Bissaka. Sisanya mulai dari kiper hingga striker selalu dirotasi.

Hasil yang didapat dari rotasi itu tak berjalan sesuai ekspektasi. Mereka digebuk Sheffield United, diimbangi Arsenal, menggilas Southampton, ditahan Everton, menang tipis atas West Ham, lalu seri  lawan West Bromwich.

Melihat hasil tak memuaskan karena rotasi di hampir semua posisi, rasa-rasanya Solskjaer perlu melakukan perubahan pendekatannya. Solskjaer perlu mempertahankan empat hingga enam pemain untuk beberapa pertandingan secara beruntun.

Misalnya Maguire, Wan-Bisaka, Luke Shaw, McTominay, Bruno Fernandes, Marcus Rashford perlu selalu dimainkan untuk empat atau lima laga berturut-turut.

Keenamnya diketahui kerap tampil baik di beberapa laga. Terutama McTominay dan Fernandes yang bisa mengubah jalannya pertandingan.

Hal tersebut yang dilakukan Pep Guardiola bersama Man City musim ini. Meski juga melakukan rotasi, namun Pep tetap mempertahankan Ilkay Gundogan, Bernardo Silva, Ederson, Raheem Sterling, Joao Cancelo, Rodrigo, Ruben Dias, John Stones di komposisi starter.

Pemain-pemain itu kerap diturunkan untuk empat sampai enam laga beruntun. Hasilnya pun sangat terlihat pada laju mulus Man City saat ini, terutama di Liga Inggris dan Piala FA.

Karenanya Solskjaer perlu meniru apa yang dilakukan Pep. Dia perlu mempertahankan lima sampai enam pemain untuk setidaknya empat laga berturut-turut. Sebab dengan begitu, ritme permainan dari satu pertandingan ke pertandingan lain akan tetap terjaga.

Exit mobile version