Site icon nuga.co

Messi, Neymar dan Ronaldo Itu Allien Bola

Pep Gurdiola menegaskan, kehebatan pemain bintang Barcelona, Lionel Messi, tak bisa disetarakan dengan pemainnya di Manchester City, Kevin de Bruyne.

Manajer Manchester City itu menilai Messi berada di kasta yang berbeda dibandingkan KDB, julukan De Bruyne.

Guardiola juga tak berambisi menjadikan pemain bintangnya itu harus disejajarkan dengan nama besar Messi.

“Saya tak ingin memberikan tekanan besar kepada De Bruyne. Ia adalah pemain yang menakjubkan, amat rendah hati. Semua rekan setim mencintainya.”

“Ia  ingin selalu bermain di setiap pertandingan dan berjuang keras hingga akhir laga. Tapi saya tak akan bisa membantunya membandingkan dengan Messi. Messi ada di atas sana. Ia adalah pemain yang bisa mencetak enam puluh gol dalam semusim,” tegas Guardiola dikutip dari Marca.

Ia juga menyebut, De Bruyne harus bisa meraih trofi bergengsi di ManCity seperti Liga Primer Inggris dan Liga Champions jika ingin disejajarkan sebagai salah satu pemain terbaik.

“Sebenarnya yang dimaksud pemain terbaik hanya ada satu. Tapi jika Anda menginginkan Kevin diperhitungkan sebagai salah satu yang terbaik di dunia, ia harus memenangkan gelar juara.”

“Kami di sini untuk membantu mewujudkan hal itu. Pemain terbaik hanya ada satu, tapi ia adalah salah satu yang terbaik,” ujar De Bruyne.

Meski sulit bisa disejajarkan dengan nama besar Messi, Guardiola mengatakan masih mungkin bagi KDB atau pemain-pemain lainnya mengejar lever permainan Messi.

“Itu merupakan mimpi bagi saya, berharap seluruh pemain, tak hanya Kevin, bisa meraih level seperti Messi,” ucap Guardiola.

Sementara itu, legenda AS Roma, Francesco Totti, menyebut ada  tiga pemain hebat dunia saat ini.

Mereka adalah  Cristiano Ronaldo, Lionel Messi, dan Neymar yang  merupakan alien di sepak bola.

Kemampuan tiga pemain bintang tersebut yang luar biasa dinilainya tak bisa disamakan dengan manusia biasa.

Komentar itu terlontar dari mantan penyerang Timnas Italia tersebut saat ditanya para jurnalis soal kans Ronaldo, Messi dan Neymar untuk meraih pemain terbaik dunia versi FIFA.

“Kita bicara soal tiga pesepakbola alien. Tapi saya rasa pada akhirnya, Ronaldo yang berada di atas yang lainnya Messi dan Neymar,” ujar Totti dikutip dari FIFA.com.

“Ia [Ronaldo] sudah melalui musim yang menakjubkan dan telah menunaikan semua target dengan tim yang paling prestisius.”

Selain itu Totti juga mejagokan juru taktik Los Blancos, Zinedine Zidane, bisa meraih penghargaan pelatih terbaik FIFA, dibandingkan Antonio Conte dan Massimiliano Allegri

“Saya rasa Zidane favorit sama halnya dengan Ronaldo: Ia memenangkan segalanya musim lalu,” terang Totti.

Sementara itu kelakukan  Neymar yang kekanak-kanakan di lapangan, menjadi sorotan tajam banyak kalangan.

Ia menjadi buah bibir setelah terlibat perselisihan dengan rekan setimnya di Paris Saint Germain  Edinson Cavani.

Kedua pemain itu dua kali tertangkap kamera berebut menjadi eksekutor bola mati tendangan bebas dan penalti saat PSG.

Manajer Atletico Goianiense, Simoes mengatakan, Neymar tampaknya terlalu termakan janji bisa menjadi seperti Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi, sebagai pemain top dunia.

“Saya yakin seseorang menjanjikan dirinya bisa menjadi yang terbaik di dunia. Manjadi pemain terbaik dunia itu sama artinya seperti Cristiano Ronaldo: jago sepak pojok, penalti, tendangan bebas, dan semuanya.”

“Kemampuan yang sama pula dengan Messi. Saya yakin mereka yang sudah telanjur meyakinkan harus bertanggung jawab,” terang Simoes dikutip dari Goal.

Simoes punya hubungan erat dengan cerita Neymar ketika pemain itu masih merumput di Liga Brasil Serie A, Santos.

Saat itu, Goianiense, klub yang dimanajerinya pernah menghadapi Santos pada 2010 saat heboh cerita Neymar merajuk di lapangan.

Neymar pernah ingin sekali mengeksekusi tendangan penalti saat timnya mendapatkan hadiah eksekusi titik putih itu.

Namun sang pelatih Santos kala itu, Dorival Junior, meminta pemain lain yang melakukan tendangan penalti karena dinilai lebih berpengalaman.

Neymar tampak marah dan membanting bola ke lapangan dan pergi brgitu saja. Meski timnya mencetak gol dari tendangan penalti, wajahnya masih menunjukkan ekspresi kesal dan tampak mula bicara kasar terhadap pelatih.

Usai pertandingan itu pula, Simoes mengatakan bahwa Brasil baru saja menciptakan sosok monster di lapangan macam Neymar.

Namun pada kasus kali ini ia mencoba membela Neymar dan yakin ada pihak yang harus bertanggung jawab atas perangainya yang terlalu kekanak-kanakan.

“Manajer tim yang sejak awal seharusnya memutuskan. Jika memang Cavani yang diberikan tugas, Neymar yang harusnya salah. Tapi jika sebaliknya, Cavani yang salah.”

“Tapi jika Unai Emery memang tidak memutuskan, yang salah adalah pelatihnya. Contohnya saat Neymar masih di Santos, pelatihnya dulu Dorival Junior yang sudah memutuskan untuk tidak menendang penalti,” pungkasnya.

 

Exit mobile version