Site icon nuga.co

“Kiamat” Sepakbola untuk “Tim Oranye”

“Kiamat” sepakbola akhirnya menghampiri “Team Oranye,” Belanda, setelah di laga penentuannya Rabu dinihari WIB, 11 Oktober, hanya bisa menang dua gol  atas  Swedia

Sebenarnya, Belanda butuh tujuh gol untuk bisa lolos ke babap play off.

Ata kegagalan ini, surat kabar terkenal terbitan Amsterdam, “de telegraf,” langsung menulis headline-nya dengan nada provokatif,” Sepakbola Belanda telah Tamat.”

Sebagai sebuah tim yang menghadirkan “total football,” Belanda yang  berkostum berwarna oranye  ini sering jadi perhatian di gelaran Piala Dunia.

Walau tak pernah jadi juara, mereka sering tampil mempesona.

Namun warna itu tak akan menyilaukan lawan pada tahun depan.

Sejak Johan Cruyff memimpin Belanda jadi finalis Piala Dunia  lewat total football, Tim Oranye seolah tak kekurangan talenta-talenta berbakat di generasi-generasi berikutnya.

Dengan warna kostum oranye, permainan agresif Belanda makin terlihat menyilaukan lawan-lawannya.

Tetapi cerita indah Belanda itu mulai memasuki periode kelam saat ini. Belanda gagal lolos ke Piala Dunia  tahun depan setelah hanya mampu duduk di posisi ketiga penyisihan grup di bawah Perancis dan Swedia.

Memang ini bukan kali pertama Belanda gagal lolos ke Piala Dunia sejak nama mereka mulai diperhitungkan di peta persaingan dunia.

Kegagalan Belanda lolos ke Piala Dunia lima belas tahun silam bahkan terasa lebih miris karena saat itu mereka masih punya generasi emas mulai dari Dennis Bergkamp, Patrick Kluivet, Edwin van der Sar,Clarence Seedorf, Edgar Davids, Marc Overmars, dan sederet pemain ternama lainnya.

Tetapi, kegagalan lolos ke Piala Dunia lima belas tahun lalu lebih kepada kejutan dan nasib sial karena terbukti Belanda bisa bangkit dan ikut Piala Dunia di edisi-edisi berikutnya.

Sedangkan kegagalan lolos ke Piala Dunia tahun depan mulai dianggap sebagai kewajaran karena ketidakmampuan Belanda bersaing dengan tim lainnya.

Dua tahun sebelum kegagalan ini, Belanda juga gagal lolos ke Piala Eropa

Semestinya kegagalan di ajang tersebut sudah jadi alarm pengingat bagi Belanda untuk waspada saat menjalani laga kualifikasi Piala Dunia . Tetapi yang kemudian terjadi adalah Belanda mengulangi kesalahan yang sama.

Setelah memulai kualifikasi Piala Dunia dengan hasil seri lawan Swedia dan kemenangan atas Belarusia, Belanda kehilangan laga vital saat kalah  dari Perancis di Amsterdam.

Titik kesalahan paling fatal adalah ketika mereka juga kalah saat bertandang ke Bulgaria dan juga tak mampu mencuri poin ketika jadi tim tamu di Perancis.

Kegagalan-kegagalan itu akhirnya membuat kemenangan atas Swedia di laga terakhir tak mampu menyelamatkan peluang Belanda untuk sekadar melaju ke babak play-off Piala Dunia Zona Eropa.

Belanda dua kali beruntun absen di ajang besar, Piala Eropa dan Piala Dunia, dan hal ini jelas merupakan pukulan telak bagi negara yang sering disebut produsen sepak bola muda berbakat ini.

Nama Arjen Robben yang muncul sebagai pencetak gol terbanyak untuk Belanda di babak kualifikasi kemudian makin menguatkan asumsi penurunan kualitas pemain-pemain muda Belanda saat ini.

Setelah generasi Robben, Rafael van der Vart, Wesley Sneijder, dan Robin van Persie mencapai puncak kejayaan dengan menembus final Piala Dunia di tujuh tahun lalu, sempat ada harapan besar di Piala Dunia berikutnya saat komposisi senior-junior menghiasi timnas Belanda ketika itu.

Nama-nama seperti Memphis Depay, Bruno Martins Indi, Daley Blind, Georginio Wijnaldum, dan Jordy Clasie mencuri perhatian karena mampu bekerja sama dengan baik bersama para senior. Mereka dianggap sebagai perwakilan wajah masa depan Belanda karena berusia kurang dari dua puluh empat tahun.

Namun ternyata ketika seharusnya nama-nama tersebut memasuki periode emas usia karier mereka, Depay dan kawan-kawan tak bisa mengangkat reputasi Belanda.

Kegagalan Belanda berangkat ke Rusia jelas karena ketidakmampuan generasi di bawah Robben untuk memikul beban dan tanggung jawab.

Jangankan memikul beban membawa nama Belanda, pemain-pemain tersebut juga tak mampu menembus level ‘bintang utama’ di klub masing-masing.

Sah rasanya jika menyebut Belanda saat ini kekurangan pemain bintang papan atas.

Setelah gagal ke Piala Dunia, Belanda wajib berbenah. Mereka harus bekerja keras untuk bisa kembali tampil dan memeriahkan gelaran turnamen besar berikutnya, Piala Eropa tiga tahun mendatang

Bila mereka kembali gagal tampil di turnamen tersebut, maka nama Belanda lama-kelamaan tak lagi dipandang sebagai nama besar dalam dunia sepak bola

Sementara itu dalam laga melawan Swedia, Arjen Robben harus mengakhiri karier internasionalnya setidaknya satu tahun lebih cepat.

Kegagalan ‘Tim Oranye’ lolos ke Piala Dunia  membuat laga lawan Swedia jadi laga terakhir Robben berkostum oranye.

Belanda tak mampu melanjutkan perjuangannya ke Piala Dunia  setelah hanya mampu menang dua gol atas Swedia. Robben dan kawan-kawan sejatinya butuh kemenangan tujuh gol untuk membuat mereka menjejakkan kaki ke babak play-off.

Dalam laga lawan Swedia, Robben tampil apik lewat sumbangan dua golnya. Gol kedua Robben menunjukkan kelasnya sebagai seorang pemain bintang.

Robben melepaskan tembakan kaki kiri dari luar kotak penalti yang membuat kiper Swedia hanya mampu terpana melihat bola masuk ke gawang.

Sayang, aksi-aksi Robben tersebut tak akan lagi bisa terlihat dalam balutan kostum oranye. Robben memutuskan mundur dari tim nasional setelah Belanda gagal lolos ke Piala Dunia.

Robben memulai debutnya bersama Timnas Belanda pada empat belas tahun silam dalam laga persahabatan lawan Portugal.

Robben sendiri sempat sukses mengangkat Belanda jadi tim yang disegani meskipun tak berujung trofi juara.

Bersama Wesley Sneijder dan Robin van Persie, Robben mengantar Belanda jadi runner up Piala Dunia tujuh tahun lalu  dan meraih peringkat ketiga pada Piala Dunia tiga tahun silam.

Exit mobile version