Site icon nuga.co

“Dosa Besar” Fergie di Old Trafford

Tabloid London “Daily Mail,” dalam edisi cetak dan “web”nya, Selasa 22 Oktober 2013, menuliskan tentang pengakuan “dosa” Sir Alex Ferguson terhadap bek “elegant”nya asal Belanda, Japp Stam, yang dijualnya ke Lazio di musim kompetisi 2001.
“Saya sudah minta maaf kepada Stam. Pasca penjualan itu saya menyesalinya. Walau pun Stam sudah memaafkan saya tidak bisa berdamai dengan kesalahan itu,” ujar Sir Alex dalam “mutv” dan dikutip oleh “Daily Mail” dengan tambahan wawancara khusus dengan Fergie.
Sir Alex, yang kini sedang menikmati masa pensiunnya, dengan nada bicara tertekuk, seperti di tulis “Daily Mail,” mengungkapkan penyesalan terbesarnya itu selama 26 tahun menjadi “bossas” di Old Trafford. “Ya, penyesalan saya yang paling besar adalah menjual bek asal Belanda, Japp Stam, ke Lazio. Saya tidak punya beban ketika menjual Cristiano Ronaldo atau pun David Beckham. Tapi untuk Stam iya,” katanya dengan nada getir.

Setelah penjualan Japp Stam, “Iblis Merah” itu “goyang.” Ada yang hilang di kompetisi berikutnya ketika Stam sudah pergi. Ferguson menyesal menjual Stam karena ketika itu bek asal Belanda tersebut menjadi salah satu pilar penting di lini belakang Setan Merah.

Stam didatangkan dari PSV Eindhoven pada 1998. Tiga musim di Premier League, Stam sukses membawa MU meraih tiga gelar Premier League; Piala FA; Liga Champions; serta Intercontinental Cup.
Ferguson menilai, Stam merupakan salah satu pemain yang berjasa besar saat MU meraih treble winners. Namun, pria asal Skotlandia itu mengaku harus menjual Stam ke Lazio dengan nilai 15,3 juta pounds karena manajemen klub membutuhkan dana.

“Ketika saya berpikir tentang hal yang mengecewakan, jelas (menjual) Japp Stam akan selalu menjadi kekecewaan terbesar bagi saya. Saya telah membuat keputusan yang buruk,” ungkap Ferguson.

Seperti ditulis “Mail,” kekecewaan Ferguson itu sepertinya didasari oleh pengakuan Stam sendiri dalam otobiografinya. Ketika itu, Stam mengaku diminta pindah oleh Ferguson di salah satu pom bensin.

Secara khusus, di “Mail Online,”nya media terkenal Inggris itu, menampilkan empat foto Stam, baik dengan Alex maupun ketika ia berada di lapangan. “Mail” juga menuliskan judul tentang dosa Alex di sebuah pompa bensin yang sekaligus menuliskan bagaimana latar belakang percakapan dan perjumpaan itu.

“Aku menyadari klub ingin mendepakku. Mereka juga ketika itu sedang membutuhkan uang. Buku ini suatu saat nanti pun bisa membuat konflik antara diriku dan pelatih Ferguson,” tulis Stam dalam otobiografinya.

“Pada suatu pagi, aku berbicara kepadanya tentang apa yang ada di pikiranku. Setelah itu, aku meninggalkan tempat latihan. Ketika dalam perjalanan pulang, aku mendapatkan telepon dari sekretaris Ferguson, dan dia mengatakan bahwa Ferguson ingin berbicara kepadaku.”

“Ferguson berkata, ‘Di mana kamu?’ Aku menjawab ‘Di dekat rumah, di sebuah pom bensin’. Ferguson berkata lagi ‘Tunggu di sana!’ Dia kemudian langsung menuju mobilnya dan menemuiku.”

“Di pom bensin itu, dia memarkirkan mobilnya dan langsung menemuiku. Dia berkata bahwa aku harus segera dijual. Kemudian dia berkata, ‘Dapatkah kamu pindah ke Lazio secepatnya?’ Aku lalu menyetujuinya. Percakapan singkat dalam mobil di pom bensin ini sudah cukup bagiku untuk meninggalkan klub besar tersebut.”

“Ketika aku memikirkannya lagi sekarang, dan itu sebelumnya tidak pernah aku ungkapkan, aku tidak percaya bisa membiarkan hal tersebut terjadi padaku sebagai seorang pemain sepak bola.”

Exit mobile version