Site icon nuga.co

Derby Manchester Rivalitas Panas

Semua media Inggris, selama sepekan terakhir, “menghasut” laga “derby manchester,” sebagai perang milik Jose  Mourinho dengan Pep Guradiola, dan mengungkit perseteruan keduanya sebagai “background,” atau latar belakang analisa pertandingan.

“Penghasutan” ini tidak hanya menjadi milik media-media gossip, tapi juga menjadi “headline” di media besar seperti “mirror” atau “daily mail”

Bahkan “mirror,” yang dianggap sebagai media standar di Inggris hampir setiap hari menurunkan laporan tentang remeh temeh yang kemungkinan terjadi dalam laga itu.

“Laga ini betul-betul membuat orang gila. Semuanya hanya tertuju kepada persaingan rivalitas Mourinho dan Guardiola. Sudah keterlaluan,” tulis sebuah surat terbuka penggemar Manchester United di surat kabar “The Sun,” 09 September 2016.

“Derby Manchester” akan berlangsung Sabtu, 10 September 2016, di Old Trafford. Kedua tim kini sedang mengalami kelelahan usai para pemainnya “di pinjam” oleh masing-masing kesebelasan nasional untuk laga prakualifikasi Piala Dunia.

Selain masalah intern di masing-masing tim, komentar para pengamat juga menjadikan laga ini panas.

Fernandinho misalnya,  meyakini kedatangan Pep Guardiola memberikan dampak positif bagi kekuatan Manchester City.

Kini mental juara yang ada di dalam diri ‘The Citizens’ semakin kuat.

Kedatangan Guardiola ke City disambut kehadiran tiga kemenangan beruntun di awal musim. Hal ini merupakan sebuah sinyal positif dalam pandangan Fernandinho.

“Ketika dia datang ke City, hal pertama yang coba ia ubah adalah mental tim dan mental pemain di dalamnya.”

“Guardiola menanamkan mental juara dalam kepala kami,” kata Fernandinho seperti dikutip dari Manchester Evening News.

Untuk bisa memiliki mental juara, Guardiola tak hanya mengandalkan ceramah dan kata-kata saja.

“Untuk bisa jadi pemenang, kami harus mengubah beberapa hal, mulai dari sesi berlatih, cara bermain, dan banyak hal lainnya. Itulah yang kami lakukan saat ini,” ujar pemain asal Brasil ini.

Kehebatan City di awal musim ini akan menemui ujian yang pas saat mereka berjumpa Manchester United di Derby Manchester akhir pekan ini.

Seperti halnya City, United juga selalu meraih hasil sempurna di awal musim.

“Derby Manchester selalu spesial. Dengan pemain-pemain hebat dan manajer yang bagus, maka seluruh suporter bakal bergairah menghadapi laga ini.”

“Kota Manchester akan siap menyambut derby ini. Kami pun sangat fokus dan mempersiapkan diri dengan baik. Laga ini sangat penting bagi kami,” tutur Fernandinho.

Laga kedua tim juga menjadi menjadi pertandingan termahal di dunia mengalahkan El Clasico antara Real Madrid dan Barcelona.

Dikutip dari Express, MU dan ManCity akan menurunkan starting XI dengan kombinasi transfer mencapai lebih dari enam ratus juta poundsterling. Jika ditambah pemain cadangan pilihan, maka jumlahnya bisa mencapai delapan ratus juta poundsterling.

Jumlah itu maka akan mematahkan rekor pertandingan termahal yang sebelumnya dipegang laga El Clasico antara Real Madrid melawan Barcelona, November tahun lalu.

Derby Manchester berpeluang memperlihatkan tujuh dari dua belas pemain termahal dalam sejarah Liga Primer Inggris.

ManCity dan MU merupakan dua klub Liga Primer paling boros di bursa transfer musim panas tahun ini.

Selain itu, laga Manchester United versus Manchester City kembali mempertemukan dua pelatih terbaik dalam satu dekade terakhir, Jose Mourinho yang kini menangani United melawan Pep Guardiola yang menjadi arsitek City.

Keduanya disebut-sebut sebagai yang terbaik karena telah mengoleksi lebih dari dua puluh gelar dalam karier sebagai pelatih, termasuk di antaranya dua gelar Liga Champions.

Guardiola dua kali menjuarai kompetisi teratas di Eropa itu ketika menjadi pelatih Barcelona, sementara Mourinho membawa FC Porto dan Inter Milan.

Mourinho dan Guardiola sendiri pernah bertemu  enam belas kali di lima kompetisi berbeda. Guardiola mengantongi jumlah kemenangan lebih banyak yaitu tujuh kali, sementara Mourinho tiga kali menang dan enam pertemuan berakhir imbang.

Duel keduanya terjadi paling sering di kompetisi Liga Champions, yaitu enam kali bertanding. Guardiola menang tiga kali, sementara Mourinho hanya satu kali di kompetisi level teratas di Eropa tersebut.

Kemenangan Mourinho terjadi di semifinal enam tahun silam, ketika ia masih menjadi arsitek Inter Milan.

Skuat asuhannya yang menampilkan gaya permainan bertahan yang apik sukses mengempaskan Barcelona yang berstatuskan juara bertahan dengan skor tiga gol berbanding satu.

Inter Milan kemudian memenangi Liga Champions dengan menekuk Bayern Munich di final.

Setelahnya, Mourinho menjadi pelatih Real Madrid dan api permusuhan antara keduanya semakin membesar setiap kali laga El Clasico berlangsung.

Pada periode selanjutnya, laga antara Barcelona versus Real Madrid kerap diwarnai aksi saling jegal di lapangan, teriakan protes pada wasit, dan kedua pelatih yang saling serang di media.

Salah satunya adalah karena bentrok filosofi melatih yang semakin meruncing.

Guardiola yang setia terhadap gaya bermain tiki-taka yang mengandalkan penguasaan bola selalu diadang Mourinho yang lebih pragmatis dan siap mengandalkan taktik apapun untuk merebut tiga poin.

Pertemuan paling sengit terjadi di leg kedua Piala Super Spanyol lima tahun lalu yang berlangsung di Stadion Camp Nou dan diwarnai perselisihan di luar pertandingan. Mourinho kemudian bahkan sempat mencolok mata Tito Vilanova yang saat itu menjadi asisten Guardiola.

Pertemuan terakhir Guardiola dan Mourinho terjadi di Piala Super UEFA. Saat itu Guardiola telah menjadi arsitek Bayern Munich sementara Mourinho kembali menjadi pelatih Chelsea.

Exit mobile version