Anda termasuk orang yang masih percaya dengan “foreplay?”
Itu, aktifitas pemanasan ketika akan berhubungan dengan pasangan.
Kalau masih percaya, para ahli menempatkan Anda sebagai orang-orang “kuno”
Kuno?
Sebagian besar ahli dalam bidang seks memang menyebutkan bahwa istilah tersebut tak tepat karena tidak berarti apa-apa selain ‘pemanasan’.
Kata foreplay memberi tekanan besar pada pria untuk memiliki penis yang mampu bereksi dan cenderung membawa kita berpikiran bahwa seks sekadar hubungan badan.
Salah seorang pakar yang mengatakan itu adalah Joel D. Block, Ph.D, seperti ia tulis dalam bukunya yang berjudul Secrets of Better Sex.
Menurut Joel, istilah yang tepat untuk itu adalah loveplay.
Selanjutnya Joel mengungkapkan bahwa biasanya periode yang disebut foreplay ini dianggap sebagai langkah yang harus dilakukan oleh seorang pria terhadap pasangan wanitanya supaya siap berhubungan seks karena pria dianggap selalu siap.
Kenyataannya, pria, terutama yang sudah lanjut usia, sangat membutuhkan dan menginginkan loveplay sebelum atau selama hubungan seks.
Sebagai sebuah persiapan menuju hubungan badan yang sesungguhnya, foreplay akan lebih mampu meningkatkan gairah seksual bila dijalankan dengan benar.
Foreplay sebelumnya diartikan sebagai aktivitas dua insan manusia yang saling membutuhkan.
Menggambarkan cinta, hasrat dan kebersamaan.
Tapi jika digali lebih ke dalam, ada banyak hal tentang seks yang tidak kita ketahui.
Bahkan, sejumlah pria masih saja keliru dalam membedakan antara fakta dan mitos foreplay sebelum hubungan seks.
Mitos seputar foreplay seperti dilansir laman Collegetimes menurut ahli kesehatan seksual Dr. Jennifer Berman mengatakan bahwa foreplay tidak hanya akan membuat seks lebih baik bagi kedua pihak yang terlibat, tetapi juga akan meningkatkan hubungan di luar kamar tidur.
Foreplay tidak selalu berkaitan dengan aktivitas utama seks atau sesaat menjelang seks.
Foreplay bahkan dilakukan jauh sebelum itu, misalnya dengan membuat kontak mata ketika sedang memasak makan malam, pijatan di tengah hari, dan apa pun yang memungkinkan pasangan Anda untuk merasa dicintai.
Ada alasan seks oral dan foreplay tidak sama. Itu karena foreplay tidak perlu melibatkan alat kelamin agar seseorang merasa disayang. Itulah sebabnya ketika Anda mengusap daun telinganya dan kemudian memberi ciuman kecil di bagian belakang lehernya dia akan merasakan sensasi rangsangan yang luar biasa.
Empat tahun silam, University of New Brunswick melakukan survei untuk melihat bagaimana perasaan pria dan wanita tentang foreplay dan mereka menemukan bahwa “Durasi ideal foreplay dan hubungan seksual secara signifikan lebih lama dari durasi sebenarnya untuk kedua jenis kelamin.”
Dengan kata lain, foreplay justru tentang komunikasi dan memberitahu pasangan Anda apa yang Anda inginkan.
Tidak ada jumlah waktu yang sempurna ketika melakukan foreplay--itu semua tergantung pada pasangan dan suasana hati.
Kembali pada sepuluh tahun lalu, tim Men’s Health and Cosmopolitan bekerja sama untuk mewawancarai 6.000 pria dan wanita tentang seks.
Mereka menemukan sebagian kecil dari pria mengatakan bahwa pasangan mereka ingin foreplay lebih lama.
Faktanya, sebuah studi dalam Journal of Research Sexual menemukan bahwa laki-laki dan perempuan bertujuan untuk berpartisipasi dalam foreplay selama sekitar dua puluh menit sebelum melakukan hubungan seks dimulai.
Memang foreplay atau pemanasan dalam berhubungan seksual sudah banyak digarisbawahi oleh para ahli.
Meski begitu menurut Joel D. Block PhD, ahli terapi seks di Human Sexuality Center of Long Island Jewish Medical Center ini, menasihati supaya pasangan juga melakukan afterplay
Yaitu saat-saat setelah hubungan seks mencapai klimaks, tidak diabaikan.
“Jadi jangan langsung mendengkur setelah hasrat terlampiaskan,” tulis Joel D.
Persisnya, afterplay adalah istilah yang menggambarkan apa yang dilakukan suami-istri sesaat setelah selesai melakukan hubungan seksual.
Adegan tersering adalah berciuman, berpelukan dan berbagi perasaan intim.
Agar afterplay berjalan sukses, coba perhatikan beberapa hal ini
Jangan gunakan afterplay sebagai kematian seksual. Jika ada sesuatu yang kurang dalam berhubungan seksual, hal tersebut perlu didiskusikan, tetapi lakukanlah dengan lembut.
Afterplay bukan tempat untuk menyalurkan kekecewaan seksual. Jangan terobsesi pada apa yang ‘salah.’
Sebagian orang terperangkap dalam mitos hubungan seksual yang sempurna dan kecewa jika tidak mendapati yang ‘terbaik.’ Santailah. Akan ada waktu lain.
Ekspresikan perasaan dan pikiran seksual yang belum Anda ungkapkan. Apa yang Anda sukai dari interaksi seksual namun malu Anda ungkapkan.
Dorong pasangan Anda untuk mengungkapkan perasaannya dengan menciptakansuasana penerimaan yang hangat dan gembira.
Jangan membawa masalah ke tempat tidur. Konflik yang bukan seksual seringkali berperan di tempat tidur. Saat-saat setelah berhubungan seksual bukan waktu terbaik untuk membicarakan tagihan kartu kredit.
Berpelukan dan bermesraanlah sedikitnya lima menit. Lima belas menit lebih baik lagi.
Katakan, “Aku cinta padamu.” Ungkapan bernada kasih-sayang semacam itu memiliki arti khusus dalam momen yang hangat ini.