close
Nugatama

Menunggu Janji “The Normal One” di Anfield

“The Normal One” – Jurgen Klopp mendeskripsikan dirinya sebagai pelatih Liverpool menegaskan keberadaannya di Anfield sebagai sosok revolusioner dan tidak takut kepada media, dan fans, dan akan membuat setiap penampilannya seperti stand-up comedy.

Klopp tampil di hadapan publik Liverpool, sejak Jumat, 09 Oktober, dan menghembuskan angin segar di Anfield lewat revolusi taktik dan mental.
Revolusi taktik?

Ya. Anda masih ingat formasi andalan Brendan Rodgers selama tiga musim di Anfield?

Wajar kalau Anda tidak ingat karena Rodgers memang tidak punya formasi tetap selama membesut The Reds.

Rodgers sering melakukan eksperimen – terutama dengan wing-back – dan memainkan seseorang di posisi yang tidak natural.

Di beberapa kesempatan, hal semacam ini menjadi sukses besar, tetapi tidak untuk sukses jangka panjang.

Berbeda dengan Rodgers, Jurgen Klopp memiliki formasi dan gaya bermain bersama Borussia Dortmund setelah membangun fondasi tim selama tiga tahun, dan Dortmund menjadi juara Bundesliga dua kali dan runners-up dua kali

Formasi Klopp semasa sukses di sana tidak pernah jauh dari empat-dua-tiga-satu

Transisi menjadi kunci dari taktik Klopp – gegenpressing.

Targetnya adalah memberikan tekanan di garis pertahanan lawan, lalu menciptakan peluang dan tembakan ke gawang secepat mungkin.

Segenap skuat ikut andil dalam pertahanan maupun konstruksi serangan, semua terlibat dalam dua proses tersebut, termasuk transisi di tengahnya.

Tak hanya efektif, gaya main ini juga mencuri perhatian Eropa, sepak bola yang disebut Klopp sebagai sepak bola ‘heavy metal’.

Walau tidak menjanjikan sepak bola semacam ini di Anfield, Klopp tetap menggarisbawahi pentingnya sepak bola transisi

“Saya ada di sini hari ini tidak untuk bicara banyak tentang sepak bola. Timnya tidak ada di sini. Saya belum bertemu dengan tim saya sampai sekarang.”

“ Saya akan mendatangi mereka dan pertama, saya akan bicara tentang sepak bola bersama mereka, bukan di sini.”

“ Tentu saja ada emosi di dalamnya, kecepatan. Permainan transisi. Anda akan melihatnya. Segala hal yang membuat sepak bola menarik menurut saya, ingin saya lihat di lapangan.”

Sang manajer tak mau memainkan sepak bola yang bukan gayanya dan itu sudah cukup menjelaskan kalau sepak bola di Anfield nanti tidak jauh-jauh dari gegenpressing.

Pertanyaanya, bagaimana skuat Liverpool yang tidak seimbang saat ini bisa mengakomodasi sepak bola Klopp dengan intensitas transisi yang begitu tinggi?

Liverpool sudah punya dua bek eksplosif dalam diri Alberto Moreno dan Nathaniel Clyne, tetapi tidak ada bek tengah dengan kualitas teknik yang mumpuni seperti Mats Hummels di Dortmund.

Sakho bisa jadi solusi, tetapi ia masih belum memiliki ketenangan dalam membawa bola, sementara Martin Skrtel dan Dejan Lovren hanya bisa melakukan umpan pendek.

Menariknya, sosok Joe Gomez malah jadi figur paling cocok dengan skema Klopp dan tidak mengejutkan kalau ia makin sering dipercaya mengisi jantung pertahanan Liverpool ke depannya.

Di lini tengah, Klopp selalu menghadirkan sosok penghancur. Kemampuan distribusinya tak harus spesial, tetapi sangat disiplin dan punya mentak bertahan. Lucas Leiva bisa jadi pertimbangan, walau Emre Can tak bisa dilewatkan.

Jordan Henderson – walau belum setara Ilkay Gundogan – sudah pasti jadi duet sang penghancur dan berperan sebagai jembatan penghubung ke lini depan, sementara kerja kerasnya bakal dibutuhkan untuk memberikan tekanan di area lawan.

Di posisi gelandang serang, biasanya Klopp memprioritaskan pemain dengan teknik istimewa, naluri gol serta kreativitas.

Posisi tengah No.10 – yang dulu diisi bergantian oleh Mario Gotze, Shinji Kagawa, dan Henrikh Mkhitaryan – sudah pasti menjadi milik Philippe Coutinho.

Gelandang Brasil itu merupakan bakat paling cemerlang yang dimiliki Liverpool kalau bicara soal kreasi penciptaan.

Sementara itu Roberto Firmino berpeluang mengisi sektor kiri, mengulangi kesuksesannya di Hoffenheim, dan bisa mendapatkan kesempatan untuk menjawab ekspektasi harga yang dimilikinya.

Firmino memiliki naluri gol yang cukup tinggi. Di Hoffenheim, ia sering kali memanfaatkan ruang kosong dan menusuk masuk ke kotak penalti. Sebagai sesama Brasil, kombinasi magis Firmino – Coutinho pun layak dinanti.

James Milner menjadi sosok paling potensial mengisi sektor kanan. Selain menghadirkan pengalaman, sang gelandang Inggris juga bisa memberikan suplai bola yang dibutuhkan oleh penyerang Liverpool.

Jordon Ibe bisa menjadi opsi karena punya kecepatan kaki – senjata yang bisa dimanfaatkan oleh Klopp untuk memaksimalkan efektivitas serangan balik – dan Lazar Markovic mungkin bisa memaksimalkan kemampuannya di posisi ini musim depan.

Sebagai penyerang tunggal, Daniel Sturridge merupakan opsi terbaik yang dimiliki oleh Klopp, tetapi sepanjang pengalaman, Klopp lebih suka penyerang dengan mental target-man semacam Robert Lewandowski.

Hilangnya Lewandowski dalam skema Klopp pun langsung memberikan dampak negatif dan ketertarikan Klopp pada Christian Benteke pada 2013 lalu menjadi penjelas bahwa target-man memegang peran penting dalam skemanya.

Singkat kata, Klopp menawarkan revolusi taktik secara holistik. Transisi dan eksplosivitas menjadi kuncinya, diperkuat oleh pola pikir gegenpressing yang sangat mungkin terjadi jika mengingat Liverpool di musim lalu.

Klopp berpotensi mengubah Anfield menjadi panggung heavy metal ke depannya.

Klopp yang lebih suka memaparkan realitas di hadapan media dan timnya, menyatakan apa yang ia lihat ketimbang apa yang tidak.

Kejujuran memang bakal mengundang lebih banyak kritik, tetapi untuk saat ini, itulah yang dibutuhkan oleh Liverpool dan Klopp yang sedang membangun pondasinya.

Hal ini juga didukung oleh taktik Klopp yang mementingkan intensitas dan transisi. Bisa dibayangkan kalau mental Liverpool sedang buruk, mereka takkan bisa menampilkan gegen pressing yang diinginkan Klopp.

Sosok Klopp yang emosional juga diyakini bakal membakar skuatnya, seperti ia melakukannya pada pemain-pemain Dortmund.

Tak berhenti sampai di skuat Liverpool, lewat konferensi pers kemarin, Klopp juga menuntut adanya revolusi mental dari para fans.

“Anda harus berubah dari orang yang ragu menjadi orang yang percaya. Ini adalah hal yang sangat penting. Kita harus memulai semuanya dari awal, lalu melihat apa yang terjadi setelah tahun ini. Kita harus mengubah penampilan karena tak ada yang puas saat ini, tetapi kadang-kadang, Anda tidak puas hanya karena Anda tidak melihat langkah besar dalam perkembangan,” ungkapnya ketika konferensi pers.

“Berhenti memikirkan uang. Jika Anda ingin menikmati pertandingan, Anda harus siap untuk ini”

“Anda datang ke stadion untuk melihat sesuatu; semangat juang, banyak sprint, banyak tembakan, dan jika Anda melihat hal ini dan kami mendapatkan kemenangan, inilah hasilnya dan itulah yang akan kami kerjakan,” tandas Klopp soal pesan kepada para fans.

Ia juga menuntut para fans, pemilik klub, media, para pemain untuk tidak membesar-besarkan sejarah Liverpool.

Klopp dengan terang menjelaskan distingsi antara masa lalu, masa kini, dan masa depan bagi The Reds, “Sejarah hanya menjadi dasar bagi kami.

Semua orang tertarik padanya, tetapi tidak diizinkan untuk membawa sejarah besar itu di tas punggung Anda dan membawanya sepanjang hari.”

“Sekarang kita harus memulai dari awal, bukannya menunggu, saya ingin melihat langkah pertama pekan depan, namun tak selalu membandingkan dengan waktu lain.”

“ Ini adalah klub hebat, dengan tim yang bagus, potensi besar, pemain cepat, pemain kuat, bek tangguh, fleksibel, kreatif, semuanya ada di sana. Ada beberapa yang cedera, itu normal.”

“Mari mencoba untuk memulai dengan cara yang baru. Sekarang kita harus bekerja di masa kini. Kita memiliki kesempatan untuk menulis sejarah kita sendiri jika kita memang menginginkannya,” tandas Klopp.

Klopp tak hanya menawarkan revolusi mental dan pola pikir terhadap skuat, melainkan terhadap para fans, pemilik klub, dan media. Ia menuntut adanya perubahan pandangan dan menempatkan Liverpool dari titik nol, menganggap sejarah sebagai dasar, bukan sesuatu yang dibanggakan secara berlebihan.

Akhir kata, Klopp menawarkan revolusi holistik dalam tubuh Liverpool. Tak hanya dari segi taktik, melainkan dari segi mental para pemain, pemilik, media, bahkan para fans. Lewat konferensi pers kemarin,
Klopp secara tidak langsung mengungkapkan ambisi besar tersebut dan dengan gaya uniknya.

Namun ia juga meminta semua orang tetap rendah hati dengan menegaskan dirinya sebagai “The Normal One” – pernyataan yang langsung memicu gelak tawa para hadirin.

Tags : slide