close
Nuga TeknoNugatama

Kasus Ransomware WannaCry Milik Dunia

Tak terbantahkan, kasus ransomware WannaCry telah menyita perhatian penggiat teknologi di seluruh dunia.

Banyak pihak yang melontarkan pendapatnya.

Dan bagaimana  pendapat Microsoft, si empunya sistem operasi?

Seperti ditulis di laman  LA Times, hari ini, Senin, 15 Mei, eksekutif di Microsoft mengkritisi secara tajam intelijen Amerika Serikat  yang dianggap berperan dalam penyebaran ransomware.

“Serangan ini menjadi contoh bahwa menyimpan kelemahan dalam sistem operasi (vulnerability) oleh pemerintah bisa menjadi masalah,” ujar Brad Smith, President and Chief Legal Officer Microsoft.

Bahkan, Smith mengibaratkan kasus ransomware WannaCry ini mirip dengan kasus misil Tomahawk yang dicuri dari militer AS.

“Serangan baru-baru ini juga menggambarkan hubungan yang mengkhawatirkan antara dua bentuk ancaman cyber paling serius, yakni aksi negara dan organisasi kriminal,” imbuh Smith.

Ransomware WannaCry dikabarkan dibuat menggunakan tool yang dimiliki oleh badan intelijen AS, NSA.

Tool tersebut dicuri dan dibocorkan oleh kelompok hacker bernama Shadow Broker pada April lalu. Celah keamanan yang dieksploitasi oleh WannaCry dikenal dengan istilah EternalBlue.

Eksploitasi NSA inilah yang dibocorkan oleh kelompok hacker Shadow Broker, lalu kemudian dikembangkan menjadi ransomware.

Microsoft sendiri sebenarnya telah merilis patch (tambalan) untuk lubang keamanan ini di sistem operasinya, sejak Maret lalu. Meski demikian, NSA tetap mengeksploitasi kelemahan itu dan menjadikannya sebagai senjata mata-mata.

Smith menggarisbawahi bahwa Microsoft telah meningkatkan keamanan produk-produk OS-nya, mengingat sudah lama perusahaan itu dikritisi oleh komunitas keamanan.

Ia mengatakan, Microsoft kini memiliki sekitar 3.500-an ahli keamanan cyber yang beberapa di antaranya bertugas sebagai “first responders” dalam kasus-kasus seperti ini.

Smith juga menyoroti kesulitan yang dihadapi konsumen, khususnya organisasi dan perusahaan, dalam menghadapi sistem yang kian kompleks, sehingga sulit melakukan pemeliharaan dan upgrade.

“Fakta bahwa masih banyak komputer yang rentan setelah patch dirilis dua bulanan menggambarkan aspek ini,” kata Smith.

“Penjahat cyber makin canggih, sulit bagi konsumen untuk melindungi dirinya kecuali mereka meng-update sistem mereka. Jika tidak, mereka seperti melawan masalah masa kini dengan tool dari masa lalu,” pungkasnya.

Untuk Anda tahu kasus ransomware WannaCry meroket hanya dalam waktu dua puluh empat jam lantaran berhasil menyasar lebih dari dua ratus  ribu IP  atau internet protocol di seluruh dunia.

Pelaku akan menginfeksi komputer dengan mengunci data yang tersimpan di dalamnya dan meminta uang tebsan agar dokumen yang tersandera bisa diakses kembali.

Ransomware yang bisa menyebar dalam suatu sistem jaringan komputer membuat pengguna yang lain yang tidak mengakses data pancingan tersebut bisa berpotensi turut menjadi korban.

Diketahui, pengguna Windows, khususnya versi Windows 8 ke bawah yang paling rentan terkena sandera dari Ransomware jenis WannaCry ini.

Lalu bagaimana mencegah dan mengatasinya?

Pastikan komputer  sudah mengaktifkan Automotic Update.

Kalau sebelumnya sudah jalan Automatic update-nya pasti aman,

Sebab itu adalah pembaruan yang dikirimkan oleh Microsoft sejak dua bulan lalu.

Gelombang serangan siber ransomware WannaCry diketahui mengincar komputer dengan sistem operasi Windows 8 atau di bawahnya.

Namun begitu, tidak menutup kemungkinan bagi ransomware WannaCry menyerang pengguna Windows versi anyar.

Hal itu bisa saja terjadi lantaran sistem operasi yang digunakan belum di patch atau di update dengan versi terbaru.

Hanya saja, memang diakuinya sejauh ini temuan serangan ransomware WannaCry masih terbatas pada pengguna komputer sistem operasi Windows lawas.

Ada beberapa hal yang menjadikan Windows lawas sebagai sasaran empuk penyerangan siber.

Salah satunya adalah adanya celah keamanan pada sistem operasi lawas yang sudah tidak bisa ditambal.

Sistem operasi lawas mudah diserang karena ada celah keamanan yang tidak bisa ditambal, makanya jadi sasaran empuk kejahatan siber.

Seperti diketahui, kasus ransomware WannaCry meroket hanya dalam waktu dua puluh empat  jam lantaran berhasil menyasar  di seluruh dunia.

Pelaku akan menginfeksi komputer dengan mengunci data yang tersimpan di dalamnya dan meminta uang tebsan agar dokumen yang tersandera bisa diakses kembali.

Ransomware yang bisa menyebar dalam suatu sistem jaringan komputer membuat pengguna yang lain yang tidak mengakses data pancingan tersebut bisa berpotensi turut menjadi korban

Tags : slide