close
Nugatama

Awas, Garam Itu Bisa Jadi Pembunuh

Anda penggemar makanan asin?

Wuah.. Anda dalam situasi bahaya.

Lantas apa alasan dan penyebabnya?

Laman situs “foxnews,” Selasa, 05 Januari 2016, menulis dengan tuntas keinginan berlebih untuk mengasup makanan atau minuman asin menandakan adanya gangguan kesehatan.

Keinginan untuk mengasup makanan asin atau makanan tertentu lainnya yang disebut dengan istilah “ craving” dipercaya karena kekurangan nutrisi tertentu.

Misalnya, rasa ingin makan cokelat dapat menandakan kadar magnesium yang rendah.

Memang ada para ahli menganggap faktanya tak selalu benar.

Mayoritas orang hanya craving sesuatu yang kaya lemak, karbohidrat, dan gula.

“Hanya ada sedikit bukti ilmiah yang menyebutkan craving terjadi karena kekurangan nutrisi.”

“Jika memang benar, mengapa tidak ada orang yang craving sayuran atau buah apel, bukannya es krim?” kata Sharon Palmer, penulis buku The Plant-Powered Life.

Penelitian lain menunjukkan, craving terjadi karena kita sedang menjalani pola makan yang monoton dan menginginkan sesuatu yang tidak bisa kita asup.

Craving juga menunjukkan ada kebutuhan emosional yang harus dipenuhi.

Ada beberapa jenis craving yang memang menandakan gangguan kesehatan.

Misalnya, perasaan haus terus menerus yang bukan disebabkan karena kita habis berolahraga bisa menunjukkan gejala awal diabetes.

Jika Anda menderita diabetes, kelebihan gula akan menumpuk dalam darah dan ginjal harus bekerja keras untuk menyaring dan menyerap gula tersebut.

Terkadang ginjal tidak sanggup melakukannya, sehingga kelebihan gula akan dibuang melalui urine. Kita pun akan banyak buang air kecil dan ingin minum terus.

Bisa juga karena keinginan berlebihan makan yang asin

Kita tidak craving makanan yang asin karena kita butuh garam, bahkan makanan yang kita asup setiap hari sebenarnya sudah mengandung banyak garam.

Keinginan mengasup sesuatu yang asin dapat dipicu oleh penyakit Addison, yakni kelenjar adrenal tidak cukup memproduksi hormon-hormon penting.

Misalnya saja kortisol yang membantu tubuh merespon stres, atau adosteron yang menjaga tekanan darah seimbang.

Craving pada sesuatu yang tidak memiliki nilai gizi, seperti es, kertas, atau bahkan lilin, merupakan fenomena yang disebut pica.

Pola makan tinggi garam diketahui akan meningkatkan risiko penyakit jantung hingga dua kali lipat.

Pola makan tinggi garam memang seharusnya dihindari, bukan saja pada orang dengan diabetes, tapi semua orang yang ingin sehat. diet tinggi garam bisa menyebabkan tekanan darah tinggi, salah satu faktor risiko terjadinya penyakit jantung.

“Untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskulas, orang yang menderita diabetes tipe 2 harus mengontrol gula darahnya dan memperhatikan apa yang mereka makan,” kata ketua studi Chika Horikawa dari Universitas Niigata.

Hasil penelitian juga menyimpulkan, membatasi asupan garam bisa mencegah komplikasi berbahaya dari penyakit diabetes.

Efek negatif garam terhadap kesehatan sudah sejak lama diketahui. Untuk orang yang sehat, asupan garam disarankan dikurangi perharinya.

Sementara itu untuk mereka yang memiliki faktor risiko penyakit jantung, disarankan untuk membatasi garam.

Selain garam yang ditambahkan dalam masakan, makanan yang secara alami mengandung garam antara lain daging, sayur, dan susu. Sementara itu produk yang tinggi garam adalah daging yang diproses seperti sosis, bacon, atau makanan dalam kaleng.

Jika ingin sukses saat diet, makanan asin juga wajib Anda kurangi porsinya.

Dari pernyataan ini banyak yang akhirnya mempertanyakan apakah garam bisa membuat Anda gemuk?

Menurut sebuah studi, garam memang tidak baik untuk kesehatan jantung, tetapi bukan berarti mengonsumsi makanan bergaram tinggi dapat membuat tubuh Anda langsung gemuk.

Sejatinya bukan garam yang membuat berat badan bertambah.

Sebuah studi yang lakukan mahasiswa University of North Carolina menemukan fakta bahwa makanan yang asin kemasan sebagian besar juga mengandung banyak lemak dan gula. Nah, kombinasi garam, gula dan lemak inilah yang membuat berat badan bertambah.

Berbagai macam makanan cepat saji, keripik, sosis, kornet, dan lain sebagainya itu memang mengandung banyak sodium, namun juga memiliki kandungan gula sederhana dan lemak jenuh dan trans yang tentu saja akan menaikkan berat badan Anda.

Garam atau makanan asin menyebabkan peningkatan berat air dalam tubuh.

Saat mengonsumsi makanan asin, Anda akan mudah haus dan membuat banyak minum.

Makan garam tidak akan langsung meningkatkan lemak tubuh, namun dapat meningkatkan retensi air atau menahan air di dalam tubuh, yang tentu saja akan meningkatkan berat badan Anda. Namun perlu diingat bahwa itu bukan lemak, namun air.

Berbagai organisasi kesehatan mulai dari American Heart Association hingga National Academy of Science di Amerika Serikat menganjurkan konsumsi garam dibatasi dalam sehari.

Tidak benar-benar dihilangkan karena garam juga berguna dalam memelihara fungsi syaraf.