close
Nuganomics

Pekan Ini Emas Masih “Wait and See”

Harga emas yang diperdagangkan PT Aneka Tambang Tbk, atau Antam, hari ini, Senin , 31 Agustus 2015, pada pembukaan perdagangan mingguan, yang juga hari terkahir di bulan Agustus, turun Rp 1.000 menjadi Rp 557 ribu per gram.

Penurunan harga tipis ini akibat belum dibukanya pasar komoditi utama dunia, Comex New York, yang pekan lalu masih melakukan konsolidasi usai melambung selama empat bulan terakhir.

Walau pun turun dari harga jual, Antam menjual emasnya kembali, atau “buyback”logam mulia Antam dengan kenaikan Rp 1.000 per gram dan berada di posisi Rp 496 ribu per gram.

Artinya, jika Anda menjual emas yang dimiliki maka Antam akan membelinya di harga Rp 496 ribu per gram.

Sampai menjelang tengah hari Antam menjual ukuran emas dari satu gram hingga 500 gram dan untuk semua ukuran masih tersedia.

Mengingat tingginya animo masyarakat, transaksi pembelian emas batangan yang datang langsung ke Antam dibatasi hingga maksimal seratus lima puluh nomor antrean per hari.

Pekan lalu emas rebound pada awal sesi perdagangan karena idukung oleh beberapa fedspeak yang memberikan pernyataan dovish pada pertemuan Jackson Hole di Wyoming dan revisi data sentimen konsumen AS yang turun untuk bulan Agustus.

Hargaemasjuga bergerak karena didorong oleh kekhawatiran bahwa terjadi perlambatan ekonomi di China yang ditambah dengan penguatan dolar dan inflasi yang lemah yang dapat membatasi ruang bagi The Fed untuk tidak melakukan kebijakan pengetatan moneter.

Tidak mengherankan beberapa komentar dovish dan hawkish akan membuat sedikit bias pergerakan emas. Namun, tak seorang pun pejabat the Fed yang bersedia secara ‘resmi’ menyatakan kenaikan suku bunga pada bulan September.

Komentar dari anggota FOMC menunjukkan bahwa bank sentral mungkin masih akan melakukan pelonggaran moneter. Volatilitas yang baru terjadi di pasar uang dan kegagalan the Fed untuk menghasilkan inflasi mendekati target akan menjadi faktor pencetus utama pergerakan emas.

Presiden Fed New York, William Dudley mengatakan, “dari perspektif saya, pada saat ini, keputusan untuk menaikkan suku bunga pada pertemuan September tampaknya kurang menarik bagi saya daripada beberapa minggu sebelumnya.”

Presiden Fed Minneapolis, Kocherlakota mengatakan tidak ingin melihat kenaikan suku bunga pada bulan September akan dilakukan dan memperingatkan bahwa setiap langkah tersebut dapat membuat risiko kredibilitas the Fed.

Kocherlakota menyarankan bahwa the Fed tidak melakukan kebijakan tersebut dan menambahkan bahwa bahwa target inflasi dua persen Fed akan tercapai “beberapa tahun ke depan”.

Suku bunga AS kemungkinan masih tetap menjadi fokus besar bagi pembeli emas. Suku bunga yang tinggi juga akan meningkatkan kemungkinan dolar dan membuat emas yang berdenominasi dolar lebih mahal untuk pembeli.

Semakin menguningnya emas di dua pekan terakhir juga untuk menghadapi kerugian di pasar saham global.

Permintaan safe haven tampaknya mengimbangi tekanan deleveraging yang terlihat di pasar lain. Bursa Saham Cina mendapat pukulan lagi ketika indeks Shanghai Composite jatuh lagi sebanyak

Aset lainnya, dengan pengecualian pada investasi yang paling safe haven yaitu emas, khususnya komoditas berada di bawah tekanan berat ketika investor mencoba untuk mendapatkan uang tunai.

Pasar global bereaksi terhadap risiko pertumbuhan dan kemungkinan depresi disinflasi. Saham saham China jatuh karena ada bukti yang berkembang bahwa China akan mendapatkan tekanan pada target pertumbuhan yang akan membuat hard-landing.

Bukti lebih menarik datang dari Jepang pekan lalu.

GDP Jepang berkontraksi meskipun triliunan yen dalam pelonggaran kuantitatif dan kualitatif telah dilakukan. Intervensi besar-besaran Jepang di pasar sudah termasuk pembelian langsung dari saham.

Dari Eropa, ECB yang melakukan program ZIRP dan QE menargetkan hingga akhir tahun perekonomian tetap berada di bawah satu.

Emerging market, yang sebagian besar ekonomi berbasis komoditas, kemungkinan akan hancur oleh jatuhnya harga komoditas yang akan membuat tekanan disinflasi dan secara bersamaan melemahkan potensi pertumbuhan.

Kejadian di pasar saham saat ini tidak dapat dan tidak boleh disederhanakan. Investor harus cepat-cepat melakukan diversifikasi portofolio untuk memastikan perlindungan yang memadai ketika situasi berpindah ke depresi disinflasi.

Tags : slide