close
Nuganomics

Hari Ini Harga Emas Kembali Amblas

Harga jual emas pada penutupan perdagangan Senin malam di New York, atau Selasa pagi WIB, 21 Juli 2015, amblas lagi akibat mengencangnya isu besar di Amerika Serikat tentang kenaikan suku bunga.

Seperti ditulis oleh kantor berita Cina, “Xinhua,” Selasa, kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Agustus kehilangan dua puluh lima dolar lagi menjadi US$ 1.106,8 per ounce.

Harga logam mulia berada di bawah tekanan karena para pedagang beralih ke aset-aset yang lebih menguntungkan menjelang peluang kenaikan suku bunga The Fed.

Peningkatan suku bunga Fed mendorong investor meninggalkan dari emas dan beralih ke aset-aset dengan imbal hasil, karena logam mulia tidak mengenakan suku bunga.

Ini merupakan kenaikan suku bunga The Fed pertama sejak Juni 2006, sebelum dimulainya krisis keuangan AS. Analis awalnya memperkirakan suku bunga akan naik pada Juni, namun karena data ketenagakerjaan yang lebih lemah dari perkiraan, harapan itu didorong kembali ke September.

Pergerakan emas dan dolar AS biasanya berlawanan arah. Jika dolar AS naik, harga emas akan jatuh karena emas yang diukur dengan dolar menjadi lebih mahal bagi investor.

Sebelumnya, hari ini, Senin, 20 Juli 2015, harga emas juga telah “longsor” ke titik terendah selama lima tahun terakhir karena dipicu prediksi kenaikan suku bunga Amerika Serikat dan China yang melaporkan cadangan logam mulianya.

Harga emas sempat merosot dua setengah persen pekan lalu, terbesar sejak Maret.

Kepala Federal Reserve AS, Janet Yellen, mengulangi pernyataannya pekan lalu, bahwa siap untuk menaikkan suku bunga di tahun ini.

Investor pun meninggalkan logam mulia karena tidak memberikan pembayaran bunga atau menawarkan pengembalian aset seperti investasi lainnya.

Sentimen yang mempengaruhi kejatuhan harga emas adalah pernyataan dari Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed, Janet Yellen mengenai keputusan kenaikan suku bunga.

Dalam pernyataannya di depan anggota Parlemen Amerika Serikat, Yellen menyebutkan bahwa Bank Sentral AS masih berada pada jalur awal yaitu akan menaikkan suku bunga dana pada akhir tahun ini.

Prospek kenaikan suku bunga tersebut membuat harga emas tertekan. Pasalnya, komoditas emas harus bersaing dengan instrumen investasi lain yang menawarkan kenaikan harga dan juga imbal hasil saat biaya pinjaman meningkat.

Komentar dari Yellen tersebut juga membuat nilai tukar dolar AS terhadap beberapa mata uang lainnya menguat. Hal tersebut semakin menekan harga emas karena arah dolar AS dan harga emas selalu berkebalikan. Mereka yang membeli emas dengan menggunakan mata uang di luar dolar AS akan lebih mahal.

Pada saat yang sama, investor juga menjual logam mulia karena meredanya kekhawatiran akan keluarnya Yunani dari Zona Eropa menyusul kesepakatan yang telah dijalin antara Athena dengan para kreditor.

Sebelumnya pelaku pasar memang mengambil langkah penyelamatan investasi dengan memborong emas saat krisis Yunani mendera. Namun karena krisis telah mereda investor kembali menjual emas mereka.

“Sulit untuk memberi sentimen positif kepada emas pada situasi seperti ini,” jelas broker Logic Advisors, Bill O’Neill. Ia melanjutkan, belum ada sentimen apapun yang bisa mendorong investor untuk melakukan aksi beli ke logam mulia pada saat ini.

Sementara China mengungkapkan telah membeli emas lebih banyak sejak enam tahun lalu. Cadangan devisa emas China bertambah enam puluh persen dalam enam tahun terakhir. Namun angka ini lebih kecil daripada yang diperkirakan analis.

“Ini angka-angka yang mengecewakan, mencerminkan bahwa China tidak menambahkan cadangan emasnya sebanyak orang berpikir,” menurut Natixis SA.

Dengan pembelian emas itu menunjukkan kalau China berusaha melakukan diversifikasi devisa sejak lima tahun lalu. Karena itu, China lebih membeli banyak emas, dan meninggalkan dolar.

“Emas memiliki karakteristik risiko dan keuntungan unik, dan pada waktu tertentu bukan investasi buruk,” tulis bank sentral China dalam situsnya.

Dengan pembelian sepanjang enam tahun terakhir menunjukkan kalau China berusaha melakukan diversifikasi devisa. Karena itu, China lebih membeli banyak emas, dan meninggalkan dolar.

Akan tetapi kepemilikan emas lebih kecil dibandingkan dengan mata uang asing yang dipegang China.
Bila cadangan devisa yang digunakan untuk membeli sejumlah besar emas dalam waktu singkat, mudah untuk mempengaruhi pasar.

Kenaikan kepemilikan emas sebanyak enam ratus empat ton oleh China tidak melebihi perkiraan analis dan harga emas tidak terpengaruh sentimen itu.

“Jika Anda suka emas faktanya Cina membelinya, itu kabar baik tapi tidak dalam hal memicu harga emas naik,” kata Leon Westgate, Analis ICBC Standard Bank.

Dengan data kepemilikan emas itu maka menempatkan China jadi pemegang emas terbesar keenam di dunia setelah Amerika Serikat, Jerman, IMF, Italia dan Prancis. Hal itu berdasarkan data World Gold Council. AS sendiri memiliki cadangan emas sekitar 8.133 ton.

China tidak teratur merilis data cadangan emasnya. Langkah pengumuman China itu dinilai sebagai gerakan transparansi. UBS menyatakan, IMF memasukkan Renminbi ke dalam Special Drawing Rights.

China secara aktif mendorong IMF untuk mendukung Renminbi sebagai mata uang cadangan resmi, sebutan untuk mata uang yang dapat digunakan secara bebas.

“Emas sama halnya dengan komoditas atau intrumen keuangan lainnya, harganya naik turun,” tulis bank sentral China.

“Berdasarkan analisis kami pada nilai dan perubahan harga emas, dan pada premis tidak menciptakan gangguan di pasar, kami terus akumulasi cadangan emas melalui sejumlah saluran internasional dan domestik, tambah bank sentral China.

Pembelian emas oleh pemerintah China dilakukan melalui tambang dalam negeri, stok produksi, dan melalui perdagangan di bursa domestik dan internasional.