close
Nuganomics

Harga Emas Terus Mengalami Tekanan

Harga emas dunia, hari ini, Senin 12 Maret, berada dalam posisi “wait and see,” akibat ketidakpastian geopolitik terutama menjelang suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat  atau the Federal Reserve

Kebijakan kenaikan suku bunga ini dikatakan banyak pengamat  akan menguji gerak harga emas.

Dan pengamat memperkirakan harga emas akan menguji support di bawah US$ 1.300 per ounce.

Pada pekan lalu, harga emas ditutup di level yang relatif netral dengan kisaran yang sempit. Harga emas berjangka pada Aprik diperdagangkan pada US$ 1.325 per ounce.

“Emas masih akan mampu bertahan tetapi bisa diliputi tekanan karena kenaikan imbal hasil obligasi dan penguatan dolar AS karena estimasi kenaikan suku bunga the Fed,” jelas kepala riset ETF Securities Maxwell Gold, seperti dikutip dari Kitco, hari ini, Senin pagi WIB.

Aksi jual emas diperkirakan akan terus dilakuka oleh investor menuju saat-saat keputusan Bank Sentral AS pada 21 Maret nanti.

Namun, harga emas masih bisa bertahan melihat beberapa data ekonomi yang ada. Petumbuhan ekonomi masih belum kuat dimana angka pengangguran masih cukup besar dan inflasi belum terlalu tinggi.

Upah meningkat hanya nol koma satu1 persen pada bulan lalu, di bawah ekspektasi kenaikan nol koma dua persen.

Para ekonom melihat tanpa pertumbuhan upah yang tinggi sulit untuk mendorong angka inflasi.

Seorang pekerja mengangkat emas batangan sembilan puluh sembilan koma sembilan puluh sembilan murni yang selesai dicetak di pabrik logam mulia Krastsvetmet, Rusia, Oktober dua tahun silam.

Krastsvetmet merupakan salah satu produsen terbesar di dunia dalam industri logam mulia

Pada pekan kemarin,  harga emas menguat menjelang akhir pekan ini seiring data tenaga kerja Amerika Serikat yang kuat. Akan tetapi, pertumbuhan upah mengecewakan.

Dolar AS melemah seiring data tenaga kerja juga pengaruhi harga emas. Harga emas dan mata uang dolar AS sering berlawanan arah.

Dolar AS melemah dapat menjadi daya tarik investor untuk membeli emas.

Data tenaga kerja AS menunjukkan ada penambahan sekitar tiga ratus tiga belas ribu pekerja pada Februari lalu

Akan tetapi, upah turun menjadi dua koma enam persen dari periode Januari  di kisaran dua koma delapan persen.

“Angka tenaga kerja sebenarnya buat harga emas turun, tetapi pertumbuhan upah juga tidak signifikan. Pertumbuhannya turun menjadi dua koma enam persen. Pelaku pasar mengambil posisi beli menjelang akhir pekan,” ujar Chief Investment Officer Wolfpack Capital Jeff Wright

Akan tetapi secara keseluruhan, laporan tenaga kerja tetap mendorong bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga pada tahun ini.

“Jumlah upah yang kurang dari perkiraan menunjukkan inflasi. Laporan tenaga kerja mempengaruhi kebijakan AS yang ingin melihat tingkat suku bunga naik lebih cepat,” ujar Jim Wyckoff, Analis Kitco.com.

Menjelang akhir pekan lalu, masalah tenaga kerja juga pengaruhi harga emas.

Harga emas dan mata uang dolar AS sering berlawanan arah.

Dolar AS melemah dapat menjadi daya tarik investor untuk membeli emas.

Hafrga emas merosot usai the Federal Reserve atau bank sentral AS merilis the Fed Beige Book yang menunjukkan aktivitas ekonomi AS.

Harga komoditas ini seiring berlawanan dengan dolar AS lantaran pengaruhi investor yang memegang mata uang lain.”Dolar AS masih pengaruhi harga emas,” ujar Managing Partner Altavest, Michael Armbruster seperti dikutip dari laman Marketwatch

Dolar AS merosot ke level terendah dalam enam belas bulan terhadap yen pada pekan lalu. Investor pun mencari aset investasi aman seperti logam dan yen.

Sedangkan harga emas sempat menguat ketika dolar AS melemah dan penasihat ekonomi AS Gary Cohn mengundurkan diri imbas rencana kebijakan pengenaan tarif impor baja.

“Cohn mengundurkan diri menandakan Presiden AS Donald Trump serius soal tarif impor baja. Jika dolar AS bereaksi terhadap hal itu ada kemungkinan harga emas dapat menguat,” kata Armbruster.

Rilis data ekonomi AS juga pengaruhi harga emas. Pada Rabu waktu setempat, ADP melaporkan penambahan tenaga kerja  pada Februari.

Sementara itu, defisit perdagangan naik lima persen.

“Kenaikan data tenaga kerja ADP akan kembali mendorong fokus investor terhadap kenaikan bunga bank sentral AS pada tahun ini. Jika data ini konsisten data tenaga kerja AS akan lebih baik,” ujar Jeff Wrights, Chief Investment Officer Wolfpack Capital.

Tags : slide