close
Nuganomics

Harga Emas Kini Berada di Zona Negatif

Harga emas kini memasuki zona negatif bersamaan dengan makin perkasanya dollar usai “the fed” mengambil kebijakan kenaikan  suku bunga pekan lalu.

Samapi dengan Selasa pagi WIB, 20 Juni, harga emas terus melorot  dan berada di teritori negatif pada perdagangan di Mercantil Comex Exchange, New York.

Kenaikan dollar ini  membuat investor beralih ke aset yang beresiko rendah.

Emas telah diliputi nada suram setelah sinyal baru-baru ini dari Federal Reserve untuk setidaknya menaikkan suku bunga satu kali lagi sebagai pandangan optimis

Pandangan itu membuat logam kuning ini turun untuk minggu kedua berturut-turut pekan lalu karena kenaikan suku bunga membuat emas dan komoditas lainnya, yang tidak menghasilkan imbal hasil, kurang menarik.

Indeks dolar kemarin naik nol koma tiga persen terhadap sekeranjang mata uang lain.

Dolar yang menguat membuat aset yang dijual menggunakan dolar ini lebih mahal bagi mereka yang memegang mata uang lain.

Melansir Marketwatch, Selasa pagi WIB, 20 Juni,  emas untuk pengiriman Agustus turun . Logam ini menderita kerugian sati koma persen penurunan dalam mingguan.

Pekan lalu, Kepala Bank Sentral The Federal Reserve, Janet Yellen menuturkan rencananya untuk menaikkan suku bunga setidaknya sekali lagi.

Harga emas dalam jangka pendek diprediksi masih akan terbebani langkah pengetatan kebijakan moneter Federal Reserve yang membebani pasar.

Pada penutupan perdagangan pekan kemarin, harga emas mengalami volatile dengan harga mendekati level terendah dalam tiga pekan.

Seperti ditulis laman media ekonomi terkenal  Kitco,  harga emas berjangka untuk Agustus di Comex berakhir negatif untuk minggu kedua.

Meskipun harga emas masih melemah namun masih ada beberapa optimisme di pasar karena keraguan jika Bank Sentral AS bisa secara agresif menaikkan suku bunga seiring kondisi ekonomi AS yang mulai menunjukkan tanda-tanda pelemahan.

Pada hari yang sama, Federal Reserve menaikkan suku bunga sebesar dua puluh lima basis poin dan hal mengejutkan pasar, laporan ekonomi yang menunjukkan data penjualan dan inflasi yang mengecewakan.

Penjualan ritel telah mengecewakan ekspektasi pasar selama empat bulan berturut-turut, sementara indeks harga konsumen inti turun ke level terendah dua tahun.

“Karena data terakhir, ada beberapa keraguan di pasar untuk percaya pandangan Federal Reserve,” kata Ole Hansen, Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank.

Menurut Hansen, pasar emas berada dalam mode wait and see karena kekhawatiran resesi belum akan benar-benar hilang.

Hansen mengatakan meski ada risiko harga akan turun, ia tetap optimis terhadap harga emas bisa bertahan di atas US$ 1.190 per ounce.

Ronald-Peter Stoeferle, Fund Manager Incrementum AG juga sepakat bahwa risiko resesi tumbuh, dengan mengacu pada perataan akhir kurva imbal hasil pendek seperti spread antara imbal hasil sepuluh tahun.

Penyebarannya berada pada level terendah sejak Agustus  tahun lalu.

“Untuk saat ini, pasar akan percaya pandangan Fed dan emas akan menderita.  Namun emas akan mengambil momentum ketika pasar menyadari kekhawatiran resesi tidak akan pergi,” dia menuturkan.