close
Nuganomics

Harga Emas Hari Ini Melambung Tinggi

Harga emas  kembali berkibar selama pekan ini.

Untuk emas lokal yang dikendalikan PT Aneka Tambang Tbk (atau Antam naik  lagi ke posisi Rp 621.544 per gram pada perdagangan Rabu pagi WIB, 11 Oktober

Pada perdagangan Selasa kemarin, harga emas Antam berada di posisi Rp 618.517 per gram.

Sementara untuk harga pembelian kembali atau buyback berada di posisi Rp 557 ribu per gram.

Harga buyback ini alami kenaikan Rp 7.000 dari perdagangan Selasa kemarin di posisi Rp 550 ribu per gram.

Pembayaran buyback dengan volume di atas satu kilogram  akan dilakukan maksimal dua hari setelah transaksi dengan mengacu pada harga buyback hari transaksi.

Antam menjual emas dengan ukuran mulai 1 gram hingga 500 gram. Hingga menjelang siang WIB, sebagian besar ukuran emas Antam masih tersedia.

Sementara itu harga emas dunia juga mengalami kenaikan dan level tertinggi dalam dua pekan terakhir

Penguatan harga emas didukung oleh tekanan terhadap dolar AS dan situasi geopolitik Korea Utara yang mereda meskipun ada ekspektasi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS.

Mengutip Reuters, Rabu  pagi WIB, 11 Oktober, harga emas di pasar spot naik setengah persen  per ounce di London

Harga emas ini merupakan level tertinggi sejak akhir September

Emas berjangka AS untuk pengiriman Desember ditutup naik nol koma tujuh  persen per ounce.

Investor mewaspadai situasi di Korea Utara di saat negara tersebut sedang merayakan hari kemerdekaan.

Banyak analis memperkirakan bahwa Pyongyang akan meluncurkan kembali uji coba rudal dalam waktu dekat ini.

Sebelumnya, Rusia dan China telah menyerukan untuk memberikan pembatasan ke Korea Utara menyusul cuitan presiden AS Donald Trump yang mengisyaratkan akan menjalankan tindakan militer jika Korea Utara terus melakukan provokasi.

Harga emas sudah tidak terlalu terpengaruh dengan rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS.

“The Federal reserve  akan menaikkan suku bunga bisa menakan harga emas tetapi ada hal yang mendorong kenaikan yaitu ketegangan geopolitik,” jelas analis Societe Generale, Robin Bhar.