close
Nuganomics

Harga Emas Global Masih “Wait and See”

Harga emas global di Mercantil Exchange Comex, New York, hari ini, Rabu, 14 Juni, masih “wait and see” menunggu hasil kesepakatan yang diambil oleh “the fed.”

Harga emas memang  sedikit lebih tinggi

Pasar masih  menunggu sinyal pengetatan moneter oleh Federal Reserve AS dan kesaksian Jaksa Agung Jeff Sessions, di hadapan Komite Senat Intelijen berkenaan hubungannya dengan pejabat Rusia.

Melansir laman Reuters, Rabu pagi WIB,  harga emas di pasar spot naik  sangat tipis

Posisi inii terlemah sejak awal  Juni.

Adapun harga emas berjangka AS untuk pengiriman Agustus turun

The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga acuannya saat mengakhiri pertemuannya pada Rabu waktu setempat.

Investor akan fokus pada petunjuk baru tentang laju kenaikan tahun ini dan trennya terhadap kondisi ekonomi dan inflasi.

Harga emas berbalik lebih tinggi sekitar satu setengah jam sebelum sesi kesaksian Jaksa Agung AS di hadapan Kongres.

Senat menduga ada campur tangan Rusia pada Pemilihan presiden AS di 2016.

“Pemulihan cepat emas dari posisinya di bawah US$ 1.260 mungkin melihat hasil dari kesaksian Jaksa Agung Jeff Sessions dari satu sisi, “kata Tai Wong, Direktur Perdagangan Logam Mulia BMO Capital Markets di New York.

The Fed, dijadwalkan membuat pernyataan pada Rabu pukul dua siang.

“Jelas menjelang pertemuan orang tidak membangun posisi penting … Jika ada, mereka mengharapkan  langkah Fed karena data ekonomi baru-baru ini yang lemah, ” kata Fawad Razaqzada, Analis FOREX.com.

Laju kenaikan suku bunga yang lebih rendah dari perkiraan akan membebani dolar, membuat harga emas lebih murah untuk pembeli non AS. Adapun indeks dolar berbalik melemah pada hari Selasa.

Sehari sebelumnya, harga emas sempat tertekan kala menunggu kesepakatan “the fed.”.

Harga emas memang  berpeluang melemah dalam jangka pendek.

Hal itu dipengaruhi sentimen jelang pertemuan bank sentral Amerika Serikat  atau the Federal Reserve.

Meski harga emas sempat reli ke level tertinggi dalam tujuh bulan pada pertengahan minggu lalu namun tidak dapat pertahankan hingga akhir pekan.

Analis menilai, harga emas mencoba level resistance di bawah US$ 1.300 per ounce. Analis mencatat, dolar Amerika Serikat menguat jelang pertemuan the Federal Reserve menekan euro dan mata uang Inggris pound sterling.

Penguatan dolar AS juga menekan emas.

Selain itu, meski suku bunga the Federal Reserve diperkirakan naik terbatas juga belum akan mengangkat harga emas.

“Saya rasa pasar sudah mengharapkan kenaikan suk bunga tidak terlalu tajam. Indeks dolar AS juga sekarang berada di sembilan puluh tujuh jelang kenaikan suku bunga. Jelang kenaikan suku bunga pada Maret lalu, dolar AS berada di kisaran seratus dua,” ujar Colin Cieszynski, Analis Senior CMC Markets, seperti dikutip dari laman Kitco.

Walau harga emas akan tertekan dalam jangka pendek, Cieszynski masih yakin harga emas menguat untuk jangka panjang.

Ia melihat peluang untuk membeli saat harga emas merosot. Ia menambahkan, pihaknya tidak akan terkejut bila harga emas mencoba level rata-rata harian atau moving average  dua ratus harian di kisaran US$ 1.252 per ounce.

“Harga emas masih berpotensi naik. Risiko yang membayangi harga emas akan mereda, dan emas berpeluang naik untuk jangka panjang,” kata dia.

Hal senada dikatakan Christopher Vecchio, Analis DailyFX.com. Ia melihat harga emas masih tertekan dalam jangka pendek. Ini jadi kesempatan untuk membeli.

Vecchio juga melihat risiko the Federal Reserve kemungkinan tidak menaikkan suku bunga. Apalagi serangkaian data ekonomi AS yang biasa saja tidak mendukung kenaikan suku bunga.

Adapun pertemuan bank sentral AS pada pekan ini, hasil survei menyebutkan kalau potensi kenaikan suku bunga mencapai seratus persen.

Pelaku pasar juga akan mencari petunjuk apakah akan ada kenaikan suku bunga lagi untuk ketiga kalinya dan keempat. Saat ini survei pasar memperkirakan lima puluh persen suku bunga akan naik untuk ketiga kalinya pada Desember.

Vecchio menuturkan, kalau harapan rendah itu dapat membuat risiko untuk emas pada 2017. “Jika data ekonomi membaik maka ada ruang untuk harapan bergeser, dan ini bisa membebani emas,” ujar dia.

Selain itu, kesaksian mantan direktur FBI James Comey juga gagal membuat penawaran untuk emas.

Pemilihan di Inggris juga tidak terlalu mempengaruhi.

Partai konservatif yang merupakan partai dari Perdana Menteri Theresa May kehilangan suara mayoritas di parlemen. Ini membuat hung parliament menjelang perundingan Britain Exit pada pekan ini.

Analis London Capital Group Jasper Lawler menuturkan, hasil pemilihan di Inggris merupakan isu cukup kompleks.

Pelaku pasar pun akhirnya membeli dolar AS dan menekan pound sterling usai hasil pemilihan.

Harga emas gagal menguat membuat investor kembali amati level kunci di kisaran US$ 1.280 per once.

Analis menuturkan, harga emas harus menembus level tertinggi pada April untuk kembali menembus level di atas US$ 1.300 per ounce.

Analis perkirakan, level support harga emas pertama di kisaran US$ 1.260 per ounce.

Selain itu, rata-rata pergerakan 200 harian juga menjadi level support penting di kisaran US$ 1.252 per ounce.

Untuk sentimen yang diperhatikan pada pekan ini selain pertemuan the Federal Reserve antara lain data inflasi, indeks harga produsen dan konsumen.

Selain itu penjualan ritel dan data manufaktur pada Juni.Ditambah data perumahan AS pada Mei.