close
Nuganomics

Harga Emas Global dan Lokal Terhempas

Harga emas di pasar global dan di perdagangan lokal, terutama yang dikendalikan PT Aneka Tambang Tbk, atau Antam, Selasa pagi, 21 April 2015, terhempas kembali setelah sempat naik sehari sebelumnya.

Di pasar global, terutama di pusat perdagangan komoditi logam mulia, Comex, Ney York, harga emas tertekan di bawah level US$1.200 pada penutupan perdagangan Selasa dini hari, 21 April 2015.

Kilau emas dibayangi kabut penguatan dolar Amerika Serikat terhadap berbagai mata uang.

Kejatuhan harga emas ini juga dipicu oleh pasar yang menilai ada risiko pada Yunani dan langkah-langkah kebijakan baru China yang menopang perekonomian terbesar kedua di dunia.

Harga Emas kembali bergerak defensif ditimbang oleh penguatan dolar ketika pasar menilai kemungkinan kenaikan suku bunga the Fed tahun 2015 dan investor akan melihat dengan seksama hasil pertemuan FOMC pada minggu depan.

Pasar mengantisipasi pertemuan FOMC berikutnya terhadap klarifikasi pernyataan waktu. Pertemuan selama dua hari akan dimulai tanggal 28 April.

Gelombang kebijakan moneter terus mengalir sangat jelas dengan kebijakan uang mudah, namun pasar masih terus berbicara tentang kebijakan pengetatan yang akan dilakukan the Fed.

Secara sederhana kenaikan CPI Maret sebanyak nol koma dua persen yang dilaporkan pada hari Jumat adalah titik kuliminasi terbaru untuk ekonomi. Namun, inflasi masih jauh di bawah target, terutama data indeks harga PCE yang diukur oleh Fed.

Dilaporkan, imbal hasil obligasi Yunani terus meningkat karena situasi keuangan terlihat memburuk.

Yunani diperkirakan akan kehabisan uang sekitar akhir bulan, kecuali beberapa kesepakatan baru dengan kreditur dapat dilakukan. Pasar tampaknya tidak memiliki banyak optimisme terkait kesepakatan, sehingga perhatian terhadap Yunani akan semakin drastis selama beberapa minggu ke depan.

China yang merupakan konsumen emas terbesar kedua di dunia, telah diberikan perhatian khusus ditengah kelesuan ekonomi ketika bank sentral melakukan kebijakan pelonggaran moneter pada akhir pekan.

Bank sentral China pada hari Minggu memotong jumlah uang yang harus dimiliki oleh bank sebagai cadangan, untuk memacu pinjaman bank dan memerangi perlambatan pertumbuhan. Langkah-langkah pelonggaran biasanya akan mendorong permintaan untuk emas.

Seperti diberitakan Reuters, harga emas berjangka di pasar Spot turun nol koma sembilan persen di level US$1.194 per ounce.

Sementara, emas berjangka untuk pengiriman bulan Juni juga turun US$9,40 menjadi US$1.193,70 per ounce.
Dipasar domestic, akibat turunnya emas global mendapat respon pasar dalam negeri.

Logam Mulia, anak usaha PT Antam Tbk, Selasa 21 April 2015 menurunkan harga emas batangan Rp 1.000 per gram.

Harga emas yang dijual PT Aneka Tambang Tbk atau Antam kini berada di angka Rp 546.000 per gram. Sehari sebelumnya, harga emas Antam naik Rp 1.000 per gram.

Harga pembelian kembali atau dikenal dengan sebutan “buyback” logam mulia Antam juga mengalami penurunan sebesar Rp 1.000 per gram ke Rp 486.000 per gram.

Antam menjual emas dari ukuran satu hingga 500 gram.

Menjelang tengah hari semua ukuran emas Antam masih tersedia.

Mengingat tingginya animo masyarakat, transaksi pembelian emas batangan yang datang langsung ke Antam dibatasi hingga maksimal seratus lima puluh nomor antrean per hari.

Alibat penurunan harga ini Antam menyesuaikan emas batangan yang dijual berdasar pecahan yang tersedia. Emas pecahan lima gram turun menjadi Rp2.585.000, ukuran 10 gram Rp5.120.000, ukuran 25 gram Rp12.725.000, ukuran 50 gram Rp25.400.000 dan ukuran 100 gram dijual Rp50.750.000.

Harga emas ukuran 250 gram dipatok pada level Rp126.750.000. Sementara itu, untuk ukuran 500 gram mencapai Rp253.300.000.

Pada perdagangan Senin 20 April 2015, emas ukuran lima gram menjadi Rp2.590.000, ukuran 10 gram Rp5.130.000, ukuran 25 gram Rp12.750.000, ukuran 50 gram Rp25.450.000 dan ukuran 100 gram dijual Rp50.850.000.

Harga emas ukuran 250 gram dipatok pada level Rp127.000.000. Sementara itu, untuk ukuran 500 gram mencapai Rp253.800.000.

logam mulia, reuter dan bloomberg