close
Nuganomics

Harga Emas Antam Terjungkal Lagi

Hari ini, Selasa, 31 Maret 2015, hari kedua pekan penutup bulan Maret, harga emas yang diperdagangkan PT Aneka Tambang Tbk, atau Antam, kembali menukik ke bawah, turun Rp 3.000 per gram dibanding dari harga sehari sebelumnya.

Antam hari ini menjual emas batangan produksinya Rp 546.000 per

Namun harga pembelian kembali atau dikenal dengan “buyback” logam mulia Antam hanya turun Rp 1.000 per gram menjadi Rp 487.000 per gram.

Antam menjual emas dari ukuran satu gram hingga 500 gram.
Hingga pukul 08.29 WIB, semua ukuran emas Antam masih tersedia.

Mengingat tingginya animo masyarakat, transaksi pembelian emas batangan yang datang langsung ke Antam dibatasi hingga maksimal seratus lima puluh nomor antrean per hari.

Dengan penurunan sebesar Rp 3.000 per gram ini maka Antam menjual emas batangannya dengan segala ukuran masing-masing untuk, pecahan satu gram Rp 546.000, 5 gram Rp 2.585.000. 10 gram Rp 5.120.000, 25 gram Rp 12.725.000 dan 50 gram Rp 25.400.0000.

Untuk pecahan yang lebih besar seperti 100 gram Antam menjual Rp 50.750.000, 250 gram Rp 126.750.000 dan 500 gram Rp 253.300.000

Di pasar global harga emas berjangka merosot pada sesi kedua di awal perdagangan seiring dolar menguat ditambah bursa saham Amerika Serikat bergerak positif. Hal itu mendorong investor keluar dari investasi logam mulia.

Harga emas untuk pengiriman April naik ke level US$ 1.184,80 per ounce di divisi COMEX.

“Emas sedang berjuang untuk reli di tengah kekuatan dolar menguat,” ujar Ross Norman, Chief Executive Officer Sharps Pixley, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Selasa, 31 Maret 2015.

Indeks dollar AS menguat telah mendorong investor menghindari emas.

Komentar kepala bank sentral China terhadap kebijakan moneternya membuat bursa saham AS menghijau sehingga menekan harga emas.

Norman mengatakan, saat ini pasar emas didukung saat pembelian ketika harga emas jatuh. Akan tetapi hal itu tidak memadai untuk mendorong harga emas keluar dari level US$ 1.198 dan level psikologis US$ 1.200.

Sementara itu, analis HSBC menilai, kekhawatiran terhadap ekonomi global dapat mendorong permintaan emas seperti yang terjadi di awal pekan lalu. Hal itu juga dapat menghambat investor untuk mencari investasi di portofolio lainnya.

“Secara historis kalau ketegangan politik dapat memberikan keuntungan harga emas. Namun saat ini, harga emas akan tetap peka terhadap perkembangan Timur Tengah,” tulis analis HSBC.

Pada pekan ini, pelaku pasar akan fokus untuk data tenaga kerja AS pada Maret 2015. Sentimen tersebut juga akan mempengaruhi harga emas.

Emas berjangka bergerak ke harga lebih rendah pada hari Senin karena penguatan dalam dolar dan reli saham yang kembali menarik investor menjauh dari pasar logam emas.

Emas memulai pergerakan mingguan dengan mengalami tekanan jual yang ditimbang oleh ketidakpastian baru terhadap waktu dan langkah The Fed terkait tingkat suku bunga.

Ketidakpastian ini juga telah mengangkat dolar dan mendorong beberapa aksi profit taking di logam emas.

Terkait kebijakan moneter AS pada Jumat lalu, Chair’s The Fed Yellen mengatakan bahwa peningkatan suku bunga sudah lama ditunggu-tunggu dan mungkin dapat dilakukan pada akhir tahun ini. Dalam beberapa pekan terakhir, ekspektasi tingkat kenaikan suku bunga telah bergeser dari bulan Maret, Juni hingga September.

Kecuali ada perubahan yang ditandai dengan pertumbuhan dan ekspektasi inflasi yang membaik, saat ini pasar masih melihat bahwa kenaikan suku bunga pada tahun 2015 tidak mungkin akan dilakukan.

Bahkan jika terjadi kenaikan suku bunga pertama maka kenaikan suku bunga yang kedua kemungkinan masih akan jauh untuk dilakukan.

Hubungan terbalik antara dolar AS dengan emas telah berubah secara dramatis selama beberapa dekade terakhir dan kemungkinan akan bergeser jauh karena permintaan emas bergerak dari Timur. Dolar yang terus menguat secara berkelanjutan akhirnya menghasilkan pelemahan emas lebih jauh ke depan.

Lingkungan ekonomi makro saat ini ditandai oleh kebijakan moneter yang belum pernah terjadi sebelumnya, tingkat suku bunga yang rendah, valuasi saham yang mahal, dan kekhawatiran deflasi di banyak bagian negara maju.

sumber : reuter, bloomberg dan logam mulia.com

Tags : slide