close
Nuganomics

Harga Emas Antam Awal Tahun Stabil

Usai libur panjang natal dan tahun baru tidak mampu menggerakkan harga emas batangan milik PT Aneka Tambang Tbk atau Antam beringsut naik setelah sesi perdagangan awal tahun, Senin, 05 Januari 2015, harga logam mulia itu mangkrak di posisi Rp 525.000 per gram

Logam Mulia, milik PT Antam Tbk, melaporkan bahwa harga emas batangan pada transaksi Senin pagi, seperti dikutip “nuga” dari situs resmi perusahaan itu, stabil alias tak bergerak.

Harga emas batangan Antam masih dijual Rp 525 ribu untuk ukuran satu gram, atau sama dengan level perdagangan Jumat pekan lalu, 2 Januari 2015.

Emas ukuran lima gram juga dilepas dengan harga Rp 2.480.000, ukuran 10 gram Rp 4.910.000, ukuran 25 gram Rp 12.200.000, ukuran 50 gram Rp 24.350.000, dan ukuran 100 gram dijual Rp 48.650.000.

Harga emas ukuran 250 gram dipatok pada level Rp 121.500.000 dan ukuran 500 gram mencapai Rp 242.800.000.

Adapun harga beli kembali atau dikenal dengan istilah “buyback” emas Antam hari ini juga dipatok pada level Rp 473.000 per gram, atau sama dengan level transaksi sebelumnya.

Di pasar global, harga emas menguat pada penutupan perdagangan Jumat pekan lalu di Bursa New York, Amerika Serikat. Kenaikan atau rebound harga emas ini dipengaruhi keuntungan yang terbatas di pasar saham, setelah data ekonomi menunjukkan indeks manufaktur yang lebih rendah dari ekspektasi sebelumnya.

Seperti diberitakan Marketwatch, Senin 5 Januari 2015, harga kontrak emas berjangka untuk pengiriman Februari naik US$2,10 ke level US$1.186,20 per ounce.

Menurut FactSet, berdasarkan penelusuran kontrak paling aktif diperdagangkan, harga emas berjangka turun dalam sepekan kemarin.

Rebound itu terjadi saat pasar saham berbalik melemah, setelah indeks manufaktur yang dirilis Institute for Supply Management menunjukkan penurunan pada Desember lebih besar dari perkiraan. Indeks turun menjadi 55,5 dari posisi 58,7 pada November. Kalangan ekonom telah memperkirakan indeks turun ke level 57.

Sebelumnya, harga emas melemah karena terpengaruh kenaikan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang mitra dagang utamanya, termasuk euro.

Kepala Bank Sentral Eropa Mario Draghi mengisyaratkan bank akan segera meluncurkan kebijakan pelonggaran kuantitatif. Penguatan nilai tukar dolar AS cenderung membebani penjualan aset yang didenominasikan dalam mata uang dolar AS.