close
Nuganomics

Emas Berada dalam Posisi Defensif

Pergerakan harga emas global, hari ini, Kamis, 09 April 2015, masih tetap bergerak defensif, setelah jatuh di bawah USD 1200 per troy ounce ketika The Federal Reserve AS menyatakan kenaikan bunga dapat berlangsung pada awal Juni sehingga menyebabkan dolar menguat.

Meeting minute the Fed untuk bulan Maret menyimpulkan bahwa Fed akan membuka pintu untuk kenaikan suku bunga bulan Juni, dan mengatakan bahwa “beberapa anggota FOMC” memberikan catatan bahwa data ekonomi yang akan datang harus menjamin peningkatan suku bunga.

Perkiraan yang telah berkembang bahwa Federal Reserve dapat menunda kenaikan suku bunga AS hingga tahun depan.

Sementara itu, Bank Sentral Jepang atau BoJ masih tetap tidak merubah kebijakan moneter pada saat ini, sesuai dengan perkiraan pasar. Ada beberapa spekulasi bahwa BoJ mungkin akan mengumumkan pelonggaran lebih lanjut ketika inflasi terlihat jatuh kembali ke nol persen pada basis tahunan.

Di pihak lain, IMF memperingatkan kemarin bahwa pertumbuhan ekonomi terlihat lambat untuk negara-negara industri secara jangka panjang.

IMF memperkirakan pertumbuhan hanya untuk negara-negara kaya hingga tahun 2020 dan perlu di ingat bahwa prospek pertumbuhan masih belum terlihat meskipun triliun uang pada stimulus moneter sudah dikerahkan.

IMF berpendapat bahwa krisis keuangan mungkin akan terjadi secara permanen ketika penurunan tingkat ekonomi semakin meluas.

Meskipun demikian, ketika resesi berikutnya akan terjadi, respon pemerintah kemungkinan akan tetap sama yaitu dengan mencetak dolar, euro, yen dan pound. Pasar hanya bisa bertanya-tanya berapa lama kebijakan tersebut dapat dipertahankan sebelum tidak ada lagi yang dapat dilakukan

Mengutip The Bullion Desk, Kamis, 09 April 2015, harga emas di pasar spot berada di kisaran US$ 1.209 per ounce hingga US$ 1.210 per ounce.

Harga tersebut tidak banyak berubah dibanding dengan penutupan perdagangan sehari sebelumnya.

Para pelaku pasar masih menunggu gerak dari nilai tukar dolar Amerika Serikat. Ada dua kemungkinan yang bisa terjadi terkait dengan gerak kurs dolar AS jika dikaitkan dengan pengumuman hasil pertemuan Bank Sentral AS yang telah dilakukan pada Maret lalu.

Kemungkinan pertama dolar AS akan menguat jika pelaku pasar mengartikan sinyal yang diberikan oleh Bank Sentral AS menunjukkan jika dalam waktu dekat akan melakukan pengetatan kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga.

Kemungkinan kedua dolar AS akan melemah jika pelaku pasar mengartikan sinyal yang diberikan oleh Bank Sentral AS menunjukkan jika suku bunga tidak akan naik pada tahun ini.

Pelaku pasar sendiri melihat bahwa data ekonomi terakhir mengenai tenaga kerja di AS belum bisa mendukung kebijakan pengetatan moneter.

Pada akhir pekan lalu, Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa pertambahan jumlah tenaga kerja yang mendapat bayaran pada sektor di luar pertanian hanya meningkat 126 ribu tenaga kerja saja. Jauh di bawah perkiraan awal yang ada di level 247 ribu tenaga kerja.

Analis FastMarkets, William Adams menjelaskan, para pelaku pasar sedang menanti gerak dari dolar AS. “Sebagian besar dari pelaku pasar memilih berhati-hati dalam melakukan transaksi pada hari ini,” jelasnya.

Pada perdagangan sehari sebelumnya, harga emas beringsut turun seiring penguatan dolar Amerika Serikat dan kenaikan saham global.

Selama ini, ketidakpastian tentang waktu kenaikan suku bunga AS membuat harga emas tidak jauh dari posisi tertinggi dalam tujuh minggu terakhir yaitu berada di kisaran US$ 1.200 per ounce.

Harga emas sempat mencetak level tertinggi sejak 17 Februari di posisi US$ 1.224,10 per ounce, didukung melemahnya dolar AS setelah data nonfarm payrolls AS memicu ekspektasi bahwa Bank Sentral AS bisa menunda pengetatan kebijakan moneter di tahun ini.

sumber : logam mulia.com dan the bullion desk