close
Nuganomics

Emas Batangan Kembali ke Periode Mahal

Harga emas global dan domestik memasuki periode tinggi bersamaan dengan melemahnya harga minyak dan anjloknya indek harga saham.

Walau pun sedikit oleng pada perdagangan hari ini, Sabtu, 13Februari 2016, di pasar domestic dan global, kenaikan harga emas sehari sebelumnya telah mengantarkan ligam mulia itu ke posisi atas kembali.

Harga emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange merosot pada perdagangan Sabtu pagi WIB karena para pedagang mengambil keuntungan dari penguatan harga dalam sepekan yang dipicu karena ketidakstabilan ekonomi.

Dilansir dari Xinhua, Sabtu pagi WIB, kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman April turun tipis.

Logam mulia di bawah tekanan karena para pedagang melakukan aksi ambil untung menjelang akhir pekan.

Analis mencatat harga emas telah meroket dalam beberapa hari terakhir karena jatuhnya pasar saham Amerika Serikat.

Hal lain yang turut menekan harga emas yaitu laporan yang dikeluarkan oleh Departemen Perdagangan AS yang menunjukkan penjualan ritel naik tipis selama bulan Januari.

Penguatan indeks dolar AS juga menempatkan tekanan pada emas. Indeks adalah ukuran dari dolar terhadap sekeranjang mata uang utama.

Emas dan dolar biasanya bergerak berlawanan arah, itu artinya jika dolar naik, maka emas akan jatuh karena terasa lebih mahal bagi investor.

Analis percaya bahwa penundaan kenaikan suku bunga AS disebabkan ketidakstabilan ekonomi.

Namun, sebelumnya Gubernur Bank Sentral AS atau The Fed Janet Yellen kepada Kongres AS mengisyaratkan bank sentral AS masih bisa menaikkan suku pada bulan Maret.

Di dalam negeri, emas yang diperdagangkan PT Aneka Tambang Tbk, atau Antam kemarin, Jumat, 12 Februari 2016, melonjak Rp 12.000/ per gram.

Sementara harga buyback juga naik.

Seperti dikutip dari situs perdagangan Logam Mulia Antam, , harga emas batangan pecahan satu gram, naik Rp 12.000/gram menjadi Rp 573.000/gram, dibandingkan posisi kemarin di Rp 561.000/gram.

Sementara, harga pembelian kembali alias buyback oleh emiten berkode ANTM itu naik Rp 5.000 menjadi Rp 510.000 dibandingkan posisi sehari sebelumnya Rp 505.000/gram.