close
Nuganomics

Emas Antam Terperosok Rp 2.000 Per Gram

Berlainan dengan euphoria di awal pekan lalu ketika harga emas batangan milik PT Aneka Tambang Tbk atau Antam ngebut dengan harga tertinggi, hari ini Senin, 26 Januari 2015, di awal perdagangan mingguan, harga emas batangan milik Logam Mulia turun sebesar Rp 2.000 per gram

Harga pembelian kembali atau “buyback” pun ikut melemah.

Seperti dikutip “nuga” dari situs resmi Logam Mulia Antam, Senin pagi WIB, harga emas Antam tercatat Rp 559.000 per gram. Turun dibandingkan akhir pekan lalu yaitu Rp 561.000 per gram.

Sementara harga buyback hari ini turun dari Rp 499.000 per gram menjadi Rp 497.000 per gram.

Dengan penurunan itu daftar harga emas milik Antam untuk hari ini menyesuai dengan harga baru untuk semua ukuran.

Untuk ukuran 500 gram Antam menjualnya dengan patokan harga Rp 259.800.000, 250 gram Rp 130.000.000, 100 gram Rp 52.050.000, 50 gram Rp 26.050.000, 25 gram Rp 13.050.000 dan 10 gram Rp 5.250.000.

Untuk ukuran yang lebih kecil seperti 5 gram dijual Rp 2.650.000, 4 gram Rp 2.120.000, 3 gram Rp 1.599.000, 2,5 gram Rp 1.337.500, 2 gram Rp 1.078.000 dan 1 gram Rp 559.000

Berlainan dengan kondisi di pasar domestik, harga emas acuan dunia menguat menuju level tertinggi lima bulan pada perdagangan Senin, 26 Januari 2015.

Ini merupakan imbas dari kemenangan partai Syriza dalam pemilu Yunani, sehingga memicu kekhawatiran adanya ketidakstabilan di Eropa yang telah mendorong permintaan safe haven untuk emas.

Dilansir CNBC yang dikutip dari Reuters, harga emas naik menjadi US$1.295,41 per ounce, sedangkan untuk emas berjangka AS meningkat. Pekan lalu, harga emas telah mencapai level tertinggi dalam lima bulan di level US$1.306,20 per ounce.

Terkait dengan Yunani, Alexis Tsipras akhirnya ditetapkan untuk menjadi perdana menteri. Tsipras berjanji bahwa selama lima tahun ke depan akan melakukan penghematan.

Sebagai informasi, emas telah memiliki awal yang baik untuk 2015. Tercatat, sepanjang Januari ini, emas sudah menguat sebesar sembilan persen. Sebagian besar karena permintaan safe haven dari penurunan harga minyak dan ketidakpastian Eropa.

Harga emas global mengalami penurunan sebesar satu koma tiga persen pada akhir pekan ini. Hal ini terjadi akibat menguatnya nilai dolar Amerika Serikat seiring kebijakan bank sentral Eropa, ECB.
Laju pasar modal memang mengalami perubahan akibat langkah ECB yang akan menyuntikan dana sebesar satu triliun euro kepada kawasan zona euro.

Logam mulia ini memang sempat menguat lebih dari satu persen menjadi USD1.300 per ounce usai ECB mengumumkan kebijakannya tersebut.

Tapi, dengan nilai euro yang terpukul sampai ke level kesebelas tahun terendahnya atas dolar AS, investor tampaknya lebih memilih membeli dolar ketimbang emas.

“Emas benar-benar kalah saing dari dolar. Hal ini membuktikan jika euro membuat emas kembali ke level terbaik dalam tahun ini, dan dengan bantuan dolar, harganya bisa stabil di USD1.300,” jelas pengamat komoditas, Ole Hansen, dilansir Reuters.

Harga emas memang telah berbalik terkoreksi pada sesi sebelumnya dengan tergelincir dari level tertinggi lima bulan yang tersentuh pada sesi perdagangan Kamis pekan lalu. Meskipun terkoreksi, harga logam emas berada pada kisaran tertinggi mingguan keempat secara berturut-turut.

Pelemahan Euro telah membuat dolar bergerak rally sehingga dipandang sebagai faktor pembatas pada pergerakan emas pada saat ini. Namun, secara umum harga emas dan dolar telah menguat bersamaan dalam beberapa pekan terakhir.

Konfirmasi Mario Draghi pada hari Kamis bahwa ECB akan meluncurkan QE pada awal Maret telah membuat pasar Eropa bergairah. Uang yang di cetak sebanyak lima puluh miliar euro per bulan untuk pembelian aset, dengan total uang sebanyak enam ratus miliar euro per tahun telah menjadi berita yang sangat menjanjikan pasar pada saat ini.

Pada hari Jumat, Gubernur Bank of Japan Haruhiko Kuroda juga menyatakan bahwa besaran pembelian moneter dapat dipertimbangkan jika diperlukan.

“Ada banyak kesempatan untuk menilai kembali perkiraan ekonomi, termasuk prakiraan inflasi, dan jika perlu kita harus menyesuaikan kebijakan moneter,” kata Kuroda di Forum Ekonomi Dunia, Davos.

“Setiap saat, jika perlu, kita bisa membuat langkah-langkah tambahan untuk mendukung percepatan inflasi sebanyak dua persen,” kata Kuroda.

Tentu saja, tidak ada yang tidak mungkin bagi QE yang lebih besar tetapi dengan jatuhnya mata uang Euro ke posisi terendah 16-bulan terhadap yen telah membuat Kuroda yakin bahwa Draghi telah mencuri inflasi ketika BoJ telah bekerja sangat keras untuk membuat yen melemah. Ini adalah inti dari perang mata uang.

Salah satu pertanyaan yang harus di jawab, berapa lama lagi the Fed akan duduk diam melihat dolar menguat dan eksportir AS mengeluh karena kehilangan daya saing.

Penguatan Dollar juga telah membuat target inflasi Fed semakin sulit dicapai. Ketika saatnya tiba, ada kemungkinan Fed akan mencuri inflasi dan kadang-kadang pasar tidak akan terkejut ketika mendengar pembicaraan QE4.