close
Nuganomics

Emas Antam Naik, dan Global Statis

Setelah mengalami jungkir balik dan meluncur ke harga terendah selama tiga bulan terakhir, hari ini, Senin, 19 Oktober 2015, emas yang diperdagangkan PT Aneka Tambang Tbk atau Antam naik Rp 3.000 untuk bertengger pada posisi Rp 566 ribu per gram.

Selain kenaikan harga jual, harga pembelian kembali atau buyback emas Antam di pembukaan perdagangan pekan ini juga mencatat kenaikan Rp 4.000 menjadi 504 ribu per gram.

Artinya, jika Anda menjual emas yang dimiliki maka Antam akan membelinya di harga Rp 504 ribu per gram.

Sejak pagi Antam menjual ukuran emas dari satu gram hingga 500 gram. Tapi menjelang siang, emas ukuran 500 gram dan 250 gram sudah habis terjual.

Mengingat tingginya animo masyarakat, transaksi pembelian emas batangan yang datang langsung ke Antam dibatasi hingga maksimal seratus lima puluh nomor antrean per hari.

Berlainan dengan kondisi perdagangan emas domestik, emas global sedikit tertekan pada sesi sebelumnya dengan bergerak ke bawah dari level tertingginya.

Tertekannya emas dunia ini disebabkan rilis data inflasi inti AS yang membaik dan mendukung pergerakan dolar.

Walau pun mendapat tekanan harga emas masih tetap berada dalam level tertinggi mingguan dalam empat minggu terakhir ketika Federal Reserve diperkirakan tidak akan menaikkan suku bunga pada tahun ini.

The Fed masih ingin melihat penurunan dolar ketika mendapat tekanan dari eksportir AS yang pada umumnya ingin melihat perekonomian lebih baik.

Akan tetapi prioritas utama Fed adalah ketika melihat neraca keuangan yang semakin membengkak sehingga dengan mudah menyimpulkan bahwa suku bunga AS tidak akan dinaikkan pada tahun ini karena akan menciptakan masalah baru pada beban utang yang berpotensi menekan pasar saham ke bawah.

Perlambatan ekonomi global telah menunjukkan risiko yang jelas yang dapat meluas di tahun depan ketika disinflasi akan menjadi kekhawatiran baru.

Ancaman itu, ditandai dengan terlampau optimisnya prospek pemulihan eknomi sejak krisis keuangan global meskipun kebijakan moneter uang mudah menjadi pilihan bagi bank sentral Negara utama dalam dekade terakhir.

Keputusan Federal Reserve AS pada bulan lalu untuk tetap menahan suku bunga di kisaran nol telah terpicu oleh kekhawatiran ekonomi global dan khususnya pada Cina sehingga kebijakan moneter stimulatif akan diatur untuk dilakukan lebih lama lagi.

Prospek ekonomi 2016 diperkirakan masih lebih baik dibanding tahun ini untuk sebagian besar negara besar ketika perkiraan ekonomi telah dipangkas.

Perkiraan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dan prospek inflasi yang tertekan di seluruh negara telah menunjukkan bahwa kebijakan moneter yang agresif hanya memiliki efek yang sangat sedikit dalam meningkatkan inflasi.

Harga emas yang berkibar sejak awal pekan lalu, sempat dijegal oleh penguatan dolar dan tumbangnya di bursa komoditi logam mulia New York.

Seperti dikutip dari laman situs ekonomi global, “bloomberg,” harga emas pada penutupan perdagangan pekan lalu turun ke posisi terendah dalam tiga bulan terakhir.

Penurunan harga emas ini dipicu oleh penguatan dolar AS yang membuat investor menjalankan aksi ambil untung.

Selain “bloomberg” media ekonomi lainnya, “Wall Street Journal,” juga menulis bahwa harga emas untuk pengiriman Desember, yang merupakan kontrak paling aktif diperdagangkan, turun di Divisi Comex New York Mercantile Exchange.

Investor berbondong-bondong membeli emas sejak awal Oktober ini dipicu oleh sentimen memburuknya data-data ekonomi Amerika Serikat yang membuat perkiraan akan rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau dikenal dengan The Fed kembali ditunda hingga 2016 nanti.

Sebelumnya, pelaku pasar memperkirakan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga di 2015 ini paling lambat Desember nanti.

Dalam beberapa hari terakhir memang data-data yang keluar memang menunjukkan bahwa perekonomian AS belum pulih seratus persen.

Angka inflasi masih rendah dan penjualan ritel juga belum meningkat.

Data-data yang belum kuat tersebut membantu penguatan harga emas. Harga komoditas tersebut mencapai level tertinggi pada perdagangan Kamis lalu, level tertinggi sejak 16 Juni 2015.

Komoditas tambang ini menarik bagi investor karena imbal hasil yang diberikan saat ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan imbal hasil obligasi yang mendekati nol persen.

Namun pada perdagangan Jumat lalu, para investor melakukan aksi ambil untung. Aksi ini memang biasa dilakukan menjelang akhir pekan.

Namun meskipun pada perdagangan Jumat ini harga emas mengalami penurunan, kenaikan harga emas masih sembilan persen jika dihitung sejak Juli 2015 kemarin.

Pemicu aksi ambil untung ini juga terjadi karena penguatan dolar AS. The Wall Street Journal

“Aksi jual ini biasa dilakukan investor setelah mereka memperoleh keuntungan pada perdagangan sebelumnya,” jelas Broker Linn & Associates, Chicago, AS, Ira Epstein.

Ira melanjutkan, ke depannya harga emas masih akan tetap mengalami penguatan setelah melihat beberapa indikator ekonomi di AS yang masih belum menentu.

Tags : slide