close
Nuganomics

Chairul Tanjung Batal Beli TV One, Anteve dan Viva,Co.Id

Chairul Tanjung, kanan, dan Abu Rizal Bakrie, kiri

Setelah menunggu berbulan-bulan dalam ketidakpastian, CT Corp, milik “taipan” terkaya nomor lima di Indonesia, menurut versi “Forbes,” Chairul Tanjung, melepaskan impiannya untuk memiliki Viva Tbk. Perusahaan media yang mempunyai unit bisnis TV One, anteve dan portal berita viva.co.id, yang sahamnya mayoritasnya dipegang keluarga Bakrie, hampir pasti tidak dijual karena akan dipergunakan sebagai “supporting” pencalonan Abu Rizal Bakrie sebagai presiden 2014.

Chairul Tanjung telah mengajukan proposal penawaran tunai sebesar 1,8 miliar US Dollar, atau hampir Rp 18 triliun, kepada keluarga Bakrie untuk dapat memiliki perusahaan media lewat akuisis seratus persen. Penawaran itu diajukan karena keluarga Bakrie bermaksud menjual Viva Tbk untuk menutup utangnya di Bumi Plc.

CT Corp sempat bersaing dengan MNC Grup milik Hary Tanoesoedibjo dalam perebutan perusahaan media tersebut. Tapi, Viva Tbk dalam rapat umum pemegang sahamnya dua bulan lalu tidak mengagendakan pelepasan TV One, anteve dan viva.co.id.

Diberitakan, sebagaian saham televisi anteve, usai rapat pemegang saham itu, telah dikuasai oleh Hary Tanoe. Namun rilis dari Viva Tbk mengatakan, tidak ada pengalihan saham di anteve. Malah rilis itu mengungkap tentang rencana besar-besaran Viva Tbk untuk meluncurkan televisi berbayar yang bernama VIVA Sky pada akhir tahun ini.

Direktur Utama VIVA Erick Tohir menjelaskan, kekuatan dari VIVA Sky ini adalah pada tayangan Piala Dunia 2014, dan diharapkan mampu meraup 300.000 pelanggan pada semester I-2014. Jumlah tersebut akan naik menjadi 1 juta pelanggan jika VIVA Sky mampu mengakuisisi pelanggan dari televisi berbayar lain dan menayangkan acara yang tidak disiarkan oleh televisi lain.

Selain konten berupa Piala Dunia yang menjadi tayangan unggulan, VIVA Sky akan menggaet perusahaan global untuk mengisi tayangannya. “Kalau soal membuka partner global ada News Corp, yang punya saham 6 persen di VIVA

Untuk keperluan itu, perseroan menganggarkan dana sebesar sekitar 40 juta dollar AS. Dari dana itu, sebesar 30 juta dollar AS di antaranya untuk keperluan belanja modal.

Dana tersebut diperoleh dari fasilitas pinjaman Deutsche Bank beberapa waktu lalu sebesar 80 juta dollar AS. Dana sebesar itu dinilai cukup untuk mengembangkan bisnis media Grup Bakrie.

Dalam kesempatan itu, Erick Tohir juga menjelaskan bahwa penjualan VIVA ke MNC kemungkinannya sangat kecil. Hal ini karena bisnis media yang dijalankan berkinerja baik.

Chairul Tanjung, seperti dikutip dari Tabloid ekonomi “Kontan” telah patanh arang menunggu jawaban keluarga Bakrie tentang penjualan Viva. Ia, seperti dikutip “Kontan” mengatakan tidak lagi berminat membeli saham PT Visi Media Asia Tbk. Hal itu disebabkan proses penjualan Viva yang dinilai tidak jelas.

“Saya tidak tahu itu. Saya sudah melupakan Viva Pokoknya saya sudah lupakan,” ujar bos CT Corp itu, Senin, 8 Juli 2013.

CT pun enggan mengomentari soal bos MNC Grup, Harry Tanoesoedibjo, yang dikabarkan telah membeli saham Viva. beberapa bulan lalu. Chairul Tanjung sendiri telah melakukan akusisi saham televisi berbayar TelkomVision milik PT Telkom Tbk.

Ia mengatakan akan lebih focus mengembangkan televisi berbayar yang potensi pasarnya masih sangat besar. Dikatakan juga potensi TelkomVision nantinya akan disinerjikan dengan jaringan teleivisi yang sudah dimilikinya, Trans TV dan Tran7 serta dihubungan dengan pusat hiburan Trans Studio.

Juru Bicara Bakrie Grup, Christopher Fong, pernah mengatakan pihaknya hingga kini belum mau berkomentar mengenai keinginan pihak CT untuk membeli saham VIVA. Manajemen VIVA baru akan berkomentar bila telah ada keputusan secara resmi

Tags : slide