close
Nuganomics

Belajar “Entreupreunership” dari Baba Rafi

Handy Setiono tak punya aliran darah Turk. Ia seorang “indonesian” tulen. Tapi banyak orang melupakan ia “jawatimuran” dan lebih melekatkan panggilan nama untuknya sebagai “baba rafi.” Ya, Handy adalah “Baba Rafi.”

Baba Rafi, yang kita kenal, mangkal di pojokan Panglima Polem, Penayong, dengan gerobak jualan “kebab” yang wangian panggangan roti dan dagingnya menyinggahi penciuman. Baba Rafi, tentu tidak hanya kebab. Ia juga “burger” ala Turk yang lebih asyoi.

Babab Rafi, yang Hady Setiono, adalah “entreupreuner” tulen. Semuda itu ia telah menebarkan gerai dari Aceh hingga Papua dan menaklukkan Filipina hinga Malaysia dan kini ekpsansi melawan kemapanan “original turk” ke empat negara Europa. Belanda, Jerman, Belgia dan Inggris.

Dan siapa yang tidak tahu bagaimana dominan migrant Turki, pemilik asli kebab, di negara-negara anggota Euro itu. Dan kesana Hady Setiono, eee… Baba Rafi akan masuk untuk berlaga pasar dan rasa kebab.

Tahun lalu Baba Rafi berhasil menginjak kakinya di pasar Malaysia dan Filipina. Tak puas bermain di pasar regional, kali ini Kebab Turki Baba Rafi mengukir sejarah baru melakukan ekspansi bisnis ke pasar Eropa. Negara yang dituju adalah Belanda, Inggris, Jerman, dan Belgia.

Untuk melakukan ekspansi tersebut, awal pekan lalu lalu, Hendy Setiono, Presiden Direktur PT Baba Rafi Indonesia, telah menandatangani perjanjian Master Franchise dengan Sinan Gul, investor asal Belanda yang ditunjuk sebagai Master Franchise Kebab Turki Baba Rafi di Eropa.

Dalam pernyataannya, kedua pihak sepakat mengawali pengembangan merek dan bisnis Kebab Turki Baba Rafi di benua Eropa, dengan penetrasi awal di Belanda, dilanjutkan dengan melebarkan sayap bisnis ke Inggris, Jerman, dan Belgia.

Saat ini, Kebab Turki Baba Rafi tercatat memiliki 1.101 outlet di Indonesia, 23 outlet di Malaysia dan Filipina. Bisa dibilang, bisnis kebab ini mengukuhkan posisi The World’s Biggest Kebab Chain. Jaringan Kebab Terbesar Di Dunia.

“Ekspansi Kebab Turki Baba Rafi ke Eropa merupakan peluang sekaligus langkah besar bagi kami,” kata Hendy Setiono dalam siaran persnya yang juga disampai ke “nuga.co.”. Agar bisa bersaing di Eropa. Hendy akan fokus melakukan riset pasar dan pembuatan rencana bisnis di enam bulan pertama.

“Enam bulan berikutnya, kami akan mempersiapkan prototipe outlet kami. Direncanakan, outlet pertama Kebab Turki Baba Rafi beroperasi di Belanda dalam dua belas bulan mendatang, lalu bergulir ke Inggris, Jerman, dan Belgia. Kami menargetkan 20 outlet di masing-masing negara dalam dua tahun pertama,” ungkap Hendy dalam rilisnya.

Kerja sama di antara kedua pengusaha ini berawal dari pertemuan Hendy Setiono dan Sinan Gul di sebuah simposium kewirausahaan di Amerika Serikat (AS) tahun 2011 lalu. Sosok dan keberhasilan Hendy Setiono serta bisnisnya langsung menarik minat Sinan Gul untuk menjajaki kerja sama.

“Hendy membukakan mata saya. Peluang pasar waralaba kebab di Eropa sangat besar. Masyarakat di sana sudah mengenal makanan kebab, tidak perlu ada edukasi lagi,” ungkap Sinan Gul. Menurutnya, saat ini ada sekitar 20.000 outlet kebab di Eropa, dan semuanya dikelola pribadi atau bisnis keluarga tanpa ada waralaba serta standardisasi pelayanan dan rasa.

“Belanda, Inggris, Jerman, dan Belgia dipilih karena empat negara Eropa ini memiliki daya beli masyarakat yang kuat,” terang Sinan Gul. Mengenai alasannya bekerja sama dengan Kebab Turki Baba Rafi, Gul menilai, Kebab Turki Baba Rafi sudah hadir di banyak negara, di antaranya Malaysia dan Filipina.

“Saya percaya dengan kemampuan dan potensi Kebab Turki Baba Rafi. Sistem dan timnya solid, dan merekalah jaringan kebab terbesar di dunia,” ujar Gul optimistis.

Perlu diketahui, bisnis Kebab Turki Baba Rafi dirintis pada 2003 lalu, bermula dari sebuah gerobak di Surabaya, oleh Hendy yang saat itu berusia 19 tahun.

Tags : slide