close
Nuga Tekno

Microsoft Selipkan Iklan di “Explorer”

Microsoft dilaporkan diam-diam menyalurkan iklan layanan cloud-nya ke File Explorer di Windows 10.

Sejumlah pengguna pekan lalu melihat iklan ini nongol dalam bentuk banner besar di atas jendela explorer.

Iklan dimaksud menampilkan pop-up notifikasi untuk mendaftar di OneDrive, layanan Cloud Storage milik Microsoft di layar Quick Access. Iklan ini muncul ketika pengguna membuka jendela Explorer baru.

Dalam sebuah pernyataan yang dilayangkan ke The Verge, Microsoft menjelaskan bahwa pop-up tersebut merupakan “tip” untuk menyajikan informasi secara langsung ke pengguna Windows 10.

“Informasi ini dimaksudkan untuk meningkatkan pengalaman storage dan manajemen file cloud,” sebut Microsoft.

Meski demikian, iklan tetaplah iklan dan sebagian pengguna merasa jengkel atas penampakannya yang mengganggu di dalam jendela explorer di komputer.

Adakah cara mematikannya?

Untunglah, ternyata ada dan mudah untuk dilakukan. Caranya cukup dengan membuka opsi “View” di explorer, lalu pilih opsi Options > Change folder and search.

Di jendela baru yang terbuka, klik tab View, lalu cari parameter “Show sync provider notifications” di Advanced Settings. Hilangkan tanda centang yang terdapat di box di sampingnya.

Langkah Microsoft hendak menyalurkan iklan lewat explorer sebenarnya sudah bisa ditebak sejak jauh hari.

Agustus tahun lalu, Microsoft merilis Windows Insider Preview  yang menyematkan fitur baru bernama “notifications”.

Notifications muncul di bagian atas jendela explorer, persis di lokasi penayangan iklan OneDrive belakangan ini.

Ketika itu, Microsoft mengatakan notifications berfungsi untuk memberikan “edukasi produk”.

Sebelumnya, Microsoft juga dituding berbuat curang dalam menyebarkan software antivirus buatannya, Windows Defender, karena di-bundling dalam OS Windows 10.

Microsoft juga dikatakan mempersulit pengguna yang ingin meng-install software antivirus pihak ketiga dengan menampilkan notifikasi tidak kompatibel dengan Windows 10.

Menanggapi hal ini, Director Asia Consumer Business Symantec, Chee Ching Hong, mengatakan tetap percaya diri menghadapi strategi yang dilakukan Microsoft.

Pada dasarnya, semakin banyak pemain itu pertanda yang bagus bagi konsumen, tapi kami tidak bisa berkomentar dengan strategi yang digunakan oleh pemain lain.

Menurut Chee, Symantec saat ini telah menjadi salah satu perusahaan penyedia software keamanan besar, bahkan masuk ke daftar Fortune seratus

Hal itu membuktikan Norton yang dibuat oleh Symantec sudah memiliki nama di tengah pengguna dan solusi-solusi terpercaya.

Masih menurut Chee, software keamanan Norton milik Symantec adalah hasil karya ribuan engineer dan peneliti yang setiap hari aktif melakukan riset, menaksir ancaman, dan membuat solusinya.

“Yang penting kami memiliki komitmen tinggi untuk keamanan, kalau dibanding dengan software gratisan, justru itu yang harus dipertanyakan, bagaimana cara mereka keep up dengan bisnisnya,” ujar Chee.

Windows Defender memang diberikan secara gratis oleh Microsoft di dalam Windows 10. Sementara solusi-solusi Norton yang lebih komplit disediakan sebagai solusi berbayar.

Meski demikian, Chee mengaku belum menerima laporan soal pengguna Norton yang kesulitan memasang sofware keamanan bikinannya ke OS Windows 10. Ia mengatakan selama ini Norton dan Symantec selalu aktif berkomunikasi dengan Microsoft dalam setiap kali merilis software baru atau merilis update untuk software.

“Kalau ada kendala teknis, tim kami selalu berkomunikasi dengan Microsoft,” katanya.

Saat ditanya apakah cara Microsoft yang mem-bundling software Defender akan mengubah cara pemasaran Norton, Chee menolak berkomentar.

“Kami tidak bisa memberi komentar jika hanya berdasar spekulasi (Microsoft blokir software antivirus third party), karena belum ada kasus dengan Norton,” tegas Chee.

Pekan ini, CEO Kaspersky Lab, Eugene Kaspersky menuding Microsoft berbuat curang dalam penyebaran produk antivirus. Pasalnya, Microsoft mem-bundling software antivirus Windows Defender dalam OS Windows 10.

Tudingan Eugene diajukan berdasarkan perlakuan Microsoft terhadap antivirus buatan perusahaan lain. Menurut dia, saat pengguna memperbarui sistem operasi ke Windows 10, maka software antivirus buatan perusahaan selain Microsoft akan otomatis dihapus.

Penghapusan tersebut terjadi begitu saja, tanpa memedulikan pengaturan yang sebelumnya dipilih oleh pengguna. Setelah menghapus antivirus buatan perusahaan lain, Microsoft kemudian menyodorkan Defender, antivirus buatannya sendiri secara gratis untuk digunakan oleh pengguna Windows 10.

Bos perusahaan antivirus Kaspersky itu pun akhirnya mengajukan keluhan resmi pada pemerintah Rusia, dengan tudingan bahwa Microsoft melakukan tindakan anti-persaingan. Dia juga berencana mengajukan gugatan serupa ke Uni Eropa.