close
Nuga Tekno

Matahari Lebih Besar dari Perkiraan?

Kabar buruk bagi para pendukung teori bumi datar.

Matahari kita bisa jadi lebih besar dari perkiraan sebelumnya.

Dan radius matahari yang disepakati berdasarkan hasil analisa , International Astronomic Union ata IAU kini mulai goyah karena  para peneliti mulai menduga bahwa matahari bisa jadi lebih besar daripada perkiraan sebelumnya.

Xavier Jubier, seorang peneliti dari Antony, Perancis yang menciptakan model gerhana matahari dan bulan untuk Google Maps, adalah salah satu yang menemukan kesalahan pada radius matahari saat ini.

Ketika dia sedang memprediksikan jatuhnya bayangan gerhana pada bumi, Jubier mendapati bahwa simulasi gerhananya tidak sesuai dengan foto asli.

Melalui foto-foto tersebut, Jubier kemudian mencari tahu di mana letak fotografer ketika gerhana terjadi dan mengalkulasikannya.

Ternyata, kesalahan terletak pada radius matahari. Jubier mendapati bahwa radius matahari pada saat ini tidak hanya salah sebanyak seratus empat puluh kilometer, tetapi beberapa ratus kilometer lebih kecil dari sebenarnya.

Jubier juga bukan orang pertama yang menemukan kesalahan ini.

Sekitar dua tahun yang lalu, peneliti NASA Ernie Wright juga mendapati konklusi yang sama ketika menciptakan sedang menciptakan model gerhana matahari.

Dia harus memperbesar radius matahari dalam kalkulasinya untuk mencocokkan dengan kenyataan.

“Bagaimana kita tidak mengetahui hal ini? Kita hanya perlu mengangkat penggaris ke angkasa dan mengukurnya,” ujar Wright mengingat kembali bagaimana dia memarahi dirinya sendiri.

Namun, mengukur matahari tidak semudah mengukur tinggi badan manusia. Radius matahari yang kini diakui oleh IAU, misalnya.

Angka tersebut didasarkan pada sebuah studi yang dipublikasikan pada tahun 2008 dan mendapatkannya, para peneliti mengukur radius matahari hingga fotosfer, lapisan cahaya yang dapat kita lihat dengan mata telanjang.

Akan tetapi, karena matahari terlalu terang dan sering mengalami fluktuasi, mendapatkan radius matahari yang benar-benar akurat sangatlah sulit.

Untuk mengethaui secara spesifik tentang matahari ini  NASA  meluncurkan berbagai misi menembus luar angkasa yang sukses

Wahana antariksa badan penerbangan dan antariksa Amerika Serikat tersebut menantang dirinya untuk “menyentuh” matahari.

NASA menganti nama misi ini dari Solar Probe Plus menjadi Parker Solar Probe.

Nama tersebut merupakan wujud penghormatan terhadap ilmuwan astrofisika Eugene Parker dari University of Chicago yang memprediksikan adanya angin matahari, sebuah arus partikel bermuatan yang terus menerus mengalir dari matahari, pada lima puluh sembilan tahun silam.

Dengan penggantian nama ini, NASA telah menamai sekitar dua puluh misi luar angkasa dari nama para ilmuwan.

Dari semua itu, Teleskop Luar Angkasa Hubble mungkin menjadi contoh yang paling terkenal.

Parker mendapat keistimewaan ini pada usianya kedelapan puluh sembilan tahun.

Ia juga menjadi ilmuwan pertama yang dirayakan namanya oleh NASA saat masih hidup.

”Saya merasa sangat terhormat untuk dikaitkan dengan misi penelitian luar angkasa yang heroik ini,” kata Parker saat konferensi pers di University of Chicago.

Parker Solar Probe sendiri merupakan misi

Misi itu dijadwalkan akan meluncur ke orbit matahari dengan menaiki roket United Launch Alliance Delta IV dari Kennedy Space Center, Florida, pada tanggal 31 Juli 2018.

Lalu, wahana antariksa Parker direncanakan akan bergerak selama tujuh tahun ke depan dan melakukan penerbangan pendekatan ke matahari sebanyak dua puluh empat kali.

Beberapa di antaranya akan mendekatkan Parker hingga enam koma dua juta kilometer dari permukaan matahari dan di dalam orbit Merkurius.

Jika berhasil, Parker akan menjadi penyelidikan dengan jarak terdekat ke matahari, tujuh kali lebih dekat dari penelitian sebelumnya.

Namun, keadaan di orbit Merkurius sangat ektrim. Wahana antariksa Parker yang memiliki luas tiga meter akan mengalami suhu hingga seribu tiga ratus derajat Celsius

Oleh karena itu, pengendalian dalam misi ini menjadi penting untuk menjaga level tenaga panel surya dan temperatur agar tidak terlalu naik turun.

Parker Solar Probe juga akan melakukan sejumlah tugas dengan peralatan sains tersebut. Di antaranya adalah mengukur medan elektrik dan medan listrik matahari, memotret struktur matahari, dan mempelajari angin matahari.

Jika berjalan sesuai rencana, observasi Parker Solar Probe akan membantu ilmuwan memecahkan dua teka-teki lama:

Bagaimana angin matahari berakselerasi, dan mengapa atmosfer luar matahari yang disebut Korona jauh lebih panas dibandingkan dengan permukaan matahari sendiri.

Fox mengatakan, Parker Solar Probe akan membawa sebuah chip yang penuh dengan foto Eugene Parker dan salinan dari naskah karyanya tentang tenaga angin matahari