close
Nuga Tekno

Manusia Itu Lebih Cerdas Setiap Dekade

Benarkah mutasi otak membuat manusia tambah bodoh?

Jawabannya tidak.

Sebuah studi terbaru, mengatakan setiap periode atau dekadu manusia itu bertambah cerdas. Pendapat ini ditujukan untuk membantah penelitian yang dilakukan oleh seorang profesor Stanford University, yang mengatakan, mutasi otak membuat manusia semakin bodoh.

Ia mengatakan, kemampuan intelektual tertinggi pada manusia terjadi saat manusia berada di era nonverbal dan liar.

Saat itu, mereka harus memikirkan cara-cara untuk tidak dimakan oleh binatang liar,” kata Gerald Crabtree, peneliti utama dari studi yang diterbitkan dalam jurnal Trends in Genetics, seperti dilansir New York Daily News.

Ia mengakui kelangsungan hidup menjadi kunci utama dalam memaksimalkan kerja otak. Demi untuk bertahan hidup, manusia terdorong untuk menjadi lebih cerdas.

Mutasi otak – yang dibawa oleh kemajuan masyarakat membuat manusia bertahan pada kehidupan yang tidak stres, yang pada akhirnya mengikis kemampuan intelektual dan emosional mereka.

Gerald bahkan memprediksi dalam tiga ribu tahun ke depan, manusia akan mengalami dua mutasi atau lebih, yang berbahaya bagi stabilitas intelektual dan emosional kita.

“Mutasi ini akan membahayakan fungsi intelektual manusia dan kita harus tahu bagaimana masing-masing mutasi dapat berinteraksi antara satu sama lain dan adanya proses lain, seperti pengaruh lingkungan,” tuturnya.

Para ilmuwan masa lalu berusaha keras untuk mengubah dunia. Sayangnya, perubahan itu kini membuat manusia semakin malas untuk berupaya. Bahkan, hampir semua pekerjaan manusia telah digantikan oleh robot.

Kecerdasan rata-rata umat manusia memang telah meningkat, seperti dilaporkan oleh para ilmuwan.

Sebuah penelitian dilakukan untuk melihat tes IQ dari beberapa dekade terakhir.

Mereka menemukan, tes menjadi lebih sulit, tetapi orang-orang masih dapat melakukannya dengan baik.

Meski begitu, alasan kenapa manusia menjadi lebih pintar tidak diketahui. Beberapa teori menyebut, pendidikan dan kesehatan yang lebih baik sebagai alasannya.

Penelitian berjudul A Cross Temporal Meta-Analysis dipublikasikan dalam jurnal Intelligence.

Penelitian yang dilakukan oleh Peera Wongupparaj, Veena Kumari, dan Robin Morris dari Kings Colloge London, melihat secara khusus pada tes intelegensi Raven Progressive Matrices atau sering disebut sebagai Matrik’s Raven.

Dalam tes tersebut, peserta mencari pola-pola dalam berbagai bentuk. Cara ini dianggap sebagai ukuran kecerdasan yang baik. Secara total, lebih dari dua ratus ribu peserta dari berbagai negara selama puluhan tahun dipelajari dalam penelitian ini.

Sejak enam puluh lima tahun lalu, ditemukan bahwa kecerdasan rata-rata telah meningkat dua puluh poin IQ.

“RPM adalah ukuran IQ umum yang valid dan dapat diandalkan,” kata Wongupparaj seperti dilansir dari laman Telegraph.

“Selain itu, ini adalah tes yang bebas budaya dan telah banyak digunakan selama hampir delapan puluh tahun.”

“Tes IQ dirancang untuk memastikan bahwa hasil rata-rata selalu seratus, jadi ini adalah lompatan yang signifikan.” Penelitian tersebut didasarkan pada bukti-bukti ilmiah awal dari filsuf dan psikolog James Flynn dari Universitas Otaga di Selandia Baru.

Dia menyadari bahwa tes IQ semakin sulit, tetapi orang-orang masih mendapat skor sama, yang juga dikenal sebagai Flynn Effect.

Rupanya jika orang Amerika modern melakukant tes IQ dari satu abad yang lalu, mereka mendapatkan relatif skor IQ lebih tinggi yaitu rata-rata seratus tiga puluh.

Sebaliknya, nenek moyang manusia akan mencetak rata-rata skor sangat kecil yaitu tujuh puluh.

Ini setara dengan kenaikan tiga titik IQ per dekade. Menurut studi terbaru, di luar Amerika Serikat, perubahan terbesar terjadi di negara-negara berkembang. Poin IQ pada orang-orang di negara berkembang semakin tinggi.

“Ada beberapa kemungkinan alasan atas fenomena tersebut,” kata mereka. Termasuk, peningkatan pendidikan, tingginya percobaan terhadap tes tersebut, perawatan medis dan nutrisi yang lebih baik, serta jumlah anggota keluarga yang menurun.