close
Nuga Tekno

Layanan Down dan Facebook Minta Maaf

Facebook, WhatsApp, dan Instagram, lagi-lagi tumbang alias tidak bisa digunakan pada Minggu sore  kemafin.

Pengguna di Inggris, Eropa, dan Indonesia tak bisa mengakses ketiga platform digital milik Facebook ini.

Berdasarkan laporan situs error Down Detector per sore ini, Facebook, WhatsApp, dan Instagram tidak bisa diakses dilaporkan oleh banyak pengguna

Jumlah laporannya pun kian meningkat selama satu jam terakhir. Adapun laporan berasal dari berbagai negara di dunia, antara lain adalah Indonesia, sebagian Asia, Eropa, Malaysia, Kamboja, dan lain-lain.

Tidak bisa diaksesnya ketiga layanan media sosial ini, dikeluhkan pengguna yang lari ke Twitter.

Lucunya, ada pula yang memanfaatkan momen tersebut dengan menggunggah lelucon meme-meme sarkas yang menyindir media sosial milik Mark Zuckerberg tersebut.

Beberapa meme bahkan menyinggung soal pengguna yang beralih ke aplikasi pesan instan saingan WhatsApp, yakni Telegram, karena diklaim tidak pernah eror.

Sementara itu, hal serupa terjadi pada Instagram. Masih menurut Down Detector, laporan tumbangnya Instagram meningkat tajam selama satu jam terakhir.

Laman Down Detector menyebut sudah ada ratusan laporan dalam satu jam terakhir. Pengguna yang terdampak adalah mereka yang ada di Indonesia, Eropa, Hong Kong, India, sebagian Amerika Serikat, Rusia, dan Jepang.

Ya, kemarin malam, seluruh layanan Facebook dilaporkan tumbang secara bersamaan. Layanan tersebut termasuk Facebook, WhatsApp, dan Instagram.

Akibatnya, ketiga aplikasi itu tidak dapat diakses puluhan juta pengguna di berbagai negara. Meski kini sudah berfungsi normal, Facebook akhirnya memberi pernyatan resmi terkait masalah tersebut.

Usai dihubungi, Facebook mengaku bahwa seluruh layanan miliknya memang sempat bermasalah. Karenanya, mereka meminta maaf pada para pengguna.

“Hari ini sebagian pengguna mengalami kendala dalam mengakses family of apps Facebook. Isu tersebut telah kami selesaikan dan kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini,” tutur juru bicara Facebook.

Sekadar informasi, negara yang terdampak masalah ini adalah Indonesia, sebagian Asia, Eropa, Hong Kong, India, sebagian Amerika Serikat, Rusia, dan Jepang.

Sebelumnya, dari laporan situs error Down Detector hari Minggu sore, WhatsApp tidak bisa diakses dilaporkan oleh banyak pengguna .

Kondisi serupa terjadi pada Instagram. Masih menurut Down Detector, laporan tumbangnya Instagram meningkat tajam selama satu jam terakhir.

Sementara itu, Tahun lalu, CEO Facebook Mark Zuckerberg sempat mengungkapkan rencana perusahaan merilis fitur ‘Clear History’.

Sesuai namanya, fitur ini memungkinkan pengguna Facebook menghapus seluruh informasi dari akunnya.

Menurut rencana, fitur siap digunakan pada akhir tahun, sebelum akhirnya ditunda ke pertengahan tahun ini. Namun dari laporan terbaru, Facebook ternyata masih menunda rilisnya fitur ini ke publik.

Informasi ini diketahui dari VP of Integrity Facebook, Guy Rosen, beberapa waktu lalu. Dikutip dari Engadget, Kamis (11/4/2019), fitur ini diundur peluncurannya menjadi akhir tahun ini

Menurut Rosen, penundaan hadirnya fitur ini terjadi karena tim pengembang ingin memastikan dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Dia menuturkan, tim pengembang tengah melakukan pemrosesan agar Facebook dapat melakukannya dengan baik.

“Oleh sebab itu, kehadiran fitur ini membutuhkan waktu lebih lama dari yang diperkirakan,” tutur Rosen. Sayangnya, tidak diungkap lebih lanjut masalah apa yang terjadi, mengingat fitur ini sudah molor hampir satu tahun dari rencana awal.

Sekadar informasi, kehadiran fitur ‘Clear History’ sudah diumumkan oleh Zuckerberg sejak Mei 2018 melalui akun Facebooknya. Pengumuman itu dilakukan sehari sebelum konferensi pengembang tahunan Facebook F8.

Masalah keamanan memang belum benar-benar usai di Facebook. Beberapa hari lalu, Facebook dilaporkan menghapus database publik berisi data penggunanya di server cloud Amazon.

Hal ini dilakukan Facebook menyusul laporan dari perusahaan keamanan siber, UpGuard, yang menemukan ada jutaan data pengguna Facebook terekspos di server publik tersebut.

Dilansir Reuters,, tim Risiko Siber UpGuard mengumumkan dalam sebuah unggahan blog pada  situs berita asal Mexico City, Cultura Colectiva, menggunakan beberapa server Amazon untuk secara terbuka menyimpan 540 juta data para pengguna Facebook, termasuk nomor identifikasi, komentar, reaksi, dan nama akun.

Selain itu juga ada database lain dari sebuah aplikasi bernama At the Pool, berisi nama, password, dan alamat email dari 22 ribu orang.

Cultura Colectiva mengatakan, semua data Facebook tersebut berasal dari interaksi pengguna dengan tiga Page miliknya di layanan tersebut. Semua data itu merupakan informasi serupa yang dapat diakses publik untuk siapa saja yang menelusiri page-page itu.

“Tidak ada data pribadi atau sensitif, seperti email atau password di dalam (database) tersebut, karena kami tak memiliki akses ke data-data semacam itu. Jadi kami tidak menempatkan keamanan dan privasi para pengguna kami dalam bahaya,” jelas Cultura Colectiva.

“Kami menyadai potensi penggunaan data saat ini, jadi kami telah memperkuat langkah-langkah keamanan untuk melindungi data dan privasi dari pengguna fanpages Facebook kami,” sambung media tersebut dalam pernyataan tertulisnya.

Alex Capecelatro yang menjabat sebagai CEO di At the Pool sebelum ditutup pada  lima tahun silam, tidak merespons ketika diminta berkomentar tentang masalah ini.

Amazon juga belum memberikan komentar. Perusahaan sejauh ini disebut telah meningkatkan upaya mengedukasi para konsumen tentang risiko terkait penyimpanan data pengguna secara publik.

Edukasi ini dilakukan setelah beberapa kali penyimpangan privasi data oleh para konsumen Amazon menjadi berita utama dalam beberapa tahun terakhir.

Facebook dalam pernyataannya, mengatakan telah bekerja sama dengan Amazon untuk menghapus database para penggunanya.

“Kebijakan Facebook melarang menyimpan informasi Facebook di database publik,” jelas perusahaan.

Dikutip dari The Guardian, Facebook sebelumnya mengatakan telah menginvestigasi insiden ini dan belum mengetahui sifat data, serta bagaimana data itu dikumpulkan atau mengapa disimpan di server publik. Perusahaan akan memberitahu pengguna jika menemukan bukti data-data itu disalahgunakan.

Insiden ini kembali menambah masalah terkait privasi yang dialami Facebook. Pada tahun lalu, perusahaan diserang menyusul laporan, yang menyebutkan Cambridge Analytica memperoleh data pribadi jutaan pengguna Facebook tanpa sepengetahuan mereka.

Tags : slide