close
Nuga Tekno

Kepintaran Google Assistant Kalahkan Siri

Google Asisstant menegaskan bahwa kebbaradaannya di layanan sistem digital melampui Cortana dan Siri.

Hal ini  bukan rahasia di  layanan asisten digital.

Sebelumnya  persaingan di layanan ini  kian keras

Namun siapa sangka, jika Google Assistant ternyata memiliki akurasi paling tinggi sat menjawab pertanyaan dibandingkan pesaingnya.

Dalam studi yang dilakukan oleh Stone TempleGoogle Assistant dibagi kedalam dua versi yakni pada ponsel cerdas dan perangkat elektronik Google Home.

Aplikasi Google Assistant pada ponsel memiliki akurasi lebih tinggi ketimbang yang ada di Google Home.

Akurasi Google Assistant pada ponsel mencapai sembilan puluh  persen, beda tipis dengan di perangkat Google Home sekitar delapan puluh lima  persen.

Angka ini meningkat drastis dibandingkan tahun lalu dengan akurasi Google Assistant dalam menjawab pertanyaan kurang dari delapan puluh0 persen.

Tepat di bawah Google Assistant, Cortana memiliki akurasi lebih dari delapan puluh persen.

Kemampuan Cortana menjawab seluruh pertanyaan juga masih lebih baik dibandingkan Google Assistant pada perangkat Google Home.

Sementara Siri jauh tertinggal dari kompetitor lainnya. Akurasi Siri tercatat hanya 80 persen saat merespons pertayaan yang diajukan dalam tes.

Peneliti membandingkan keempat asisten digital saat merespons pertanyaan verbal yang diajukan. Keempatnya memberikan jawaban berdasarkan database hingga sumber pihak ketiga seperti Wikipedia.

Tak sedikit pertanyaan yang tidak dipahami oleh keempat digital asisten. Meskipun sudah berupaya menjawab pertanyaan, namun respons yang diberikan cenderung salah.

Dibandingkan setahun silam, kecerdasan keempat asisten digital tercatat terus meningkat.

Asisten digital milik Amazon, Alexa mengalami peningkatan paling signifikan dengan akurasi sebesar sembilan belas koma delapan persen pada tahun lalu menjadi lima puluh tiga persen di tahun ini.

Sementara Cortana mengalami peningkatan akurasi. Siri mencatat peningkatan akurasi terendah

Sebelumnya, Google  sudah  fitur identifikasi lagu serupa aplikasi Shazam.

Bedanya, Google tidak membuatnya dalam aplikasi baru melainkan ditanamkan di Google Assistant.

Fitur pengenal lagu ini dilaporkan pertama kali di forum Reddit. Seorang pegguna melampirkan tangkapan layar dengan pertanyaan “what’s this song”.

Dari tangkapan layar itu terlihat Assistant berhasil mengetahui lagu, artis, album, tahun rilis, hingga genre.

Pengguna Reddit lain seperti di Perancis dan Malaysia juga melaporkan fitur ini telah tiba di perangkatnya masing-masing.

Google Assistant mampu mengenali beragam lagu mulai dari tembang populer di internasional, lagu lawas, hingga musik indie lokal. Tak hanya mengenali lagu, Assistant juga menampilkan beberapa bait lirik.

Cara kerjanya pun cukup sederhana seperti disebutkan di atas, cukup bertanya “what’s this song” ke Assistant lalu dekatkan ponsel ke sumber suara.

Secara prinsip agak mirip dengan Shazam. Bedanya, di Shazam kita cukup menekan tombol biru di aplikasi sebelum menyodorkan ponsel ke sumber suara.

Dibanding Shazam, identifikasi lagu lewat Assistant punya satu kelebihan yakni kita tak perlu mengunduh aplikasi.

Sebab seperti diketahui, Google Assistant bisa diakses di semua ponsel Android.

Kendati demikian Google belum mengumumkan secara resmi apakah fitur tersebut benar-benar bisa dipakai di semua ponsel Android.

Beberapa bulan lalu Goggle Asistant juga telah membuat para penggunanya nyaman.

Google pun mengumumkan kalau mereka tengah memperkuat kepribadian Assistant. Perusahaan yang berbasis di Mountain View tersebut menyatakan kalau mereka akan membuat Google Assistant lebih hidup dan “manusiawi”.

Mereka akan membuat Assistant punya kepribadian yang lebih jenaka dan ramah. Mereka bahkan sampai mempekerjakan tim pengembangan karakter dari Pixar, Onion, dan Nintendo untuk mengembangkan karakter Assistant.

“Tim personality untuk Google Assistant adalah tokoh-tokoh yang berasal dari Pixar, the Onion, dan Nintendo. Kami telah melakukan penelitian mengenai kepribadian dan AI. Kami juga memikirkan bagaimana kepribadian Google harus terwujud di Google Assistant. Kami yakin kalau Google Assistant merefleksikan nilai dan semangat dari Google yang dapat membantu, rendah hati, dan sedikit jenaka,” kata Ryan Germick

Google juga akan memahami pertanyaan pengguna soal mengapa seseorang melontarkan pertanyaan tertentu. Misalnya, ketika pengguna bertanya, “Maukah Anda menjadi pasanganku?”,

Assistant tidak memberi jawaban langsung. Namun, ia mengelak dengan jawaban yang menyatakan kebahagiaan Assistant kalau pemiliknya sedang mencari komitmen lebih.

“Pertanyaan seperti ini bisa saja terlihat dangkal tapi bisa justru berangkat dari emosi yang kompleks. Meskipun mungkin tidak ada orang yang mengharapkan jawaban serius dari pertanyaan tersebut, namun Assistant akan mencoba memahami secara sistematis bagaimana satu keadaan emosional berbeda satu dengan lainnya. Terutama  perasaan yang serupa dan membingungkan,” terang Google.

Oleh karena itu, tim Google akan menyediakan respon-respon yang mengandung unsur empati untuk pertanyaan serupa.

Seperti ketika ada seseorang yang berbicara kepada Assistant, “Aku sedang stress berat”.

Assistant akan menjawab dengan jawaban, “kamu pasti sedang banyak pikiran. Apa yang bisa kubantu?”

Pengakuan semacam ini membuat pengguna merasa dilihat dan didengar oleh seseorang. Hal ini setara dengan kontak mata.

Sementara itu, Google juga berfokus untuk memberikan nada suara dalam komunikasi antara pengguna dan Assistant. Dengan begitu, pengguna dapat lebih menerima jawaban Assistant .

“Anda akan dapat mengetahui ketika Assistant sedikit meninggikan suaranya pada awal kalimat untuk menandakan ‘tidak atau jangan’ kepada penggunanya,” lanjut Google.

Di sisi lain, Google juga akan memanfaatkan riwayat pencarian pengguna di peramban untuk lebih memahami karakter pengguna.

Google akan melihat apa yang paling sering ditanya pengguna dan fitur yang paling sering digunakan sebelumnya. Dengan demikian, Assistant mencoba menghindari mengulang jawaban.

Ke depan, Google berharap dapat melakukan observasi yang jangkauannya jauh lebih luas tentang preferensi pengguna berdasarkan bagaimana pengguna berinteraksi dengan Assistant.