close
Nuga Tekno

Kecerdasan Buatan Google Lebih Unggul

Kecerdasan buatan milik Google, seperti ditulis laman “cnbc,” hari ini, Senin, 09 Oktober, ternyata lebih pintar ketimbang teknologi serupa besutan perusahaan lain.

Hal itu ditunjukkan dari hasil pengukuran IQ dari teknologi tersebut.

Adalah tiga peneliti asal Tiongkok dari Academy of Science Research Center on Fictitious Economy and Data Science yang melakukan penelitian tersebut.

Mereka melakukan pengukuran IQ berdasarkan data yang diperoleh pada tahun lalu.

Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, kecerdasan buatan Google ternyata mencatat angka tertinggi. Nilai itu mengungguli Baidu, Microsoft Bing, dan Siri dari Apple

Akan tetapi,  seluruh kecerdasan buatan itu tak ada yang lebih tinggi dari IQ seorang anak berumur enam tahun

Meski belum terlalu pintar, tiap perusahaan sebenarnya tengah menggenjot kemampuan masing-masing kecerdasan buatan besutannya.

Di samping itu, perusahaan seperti Apple, Google, dan Microsoft telah berinvestasi cukup besar di bidang kecerdasan.

Sejumlah area yang menjadi perhatian adalah speech recognition dan image recogntion untuk mendukung pemasukan perusahaan.

Adapun dalam penelitian ini, para peneliti mempertimbangkan kemampuan sistem, seperti penguasaan pengetahuan, pembelajaran, penggunaan, termasuk penciptaan.

Sekadar infromasi, para peneliti juga melakukan pengukuran pada kecerdasan buatan Google, AlphaGo, yang berhasil mengalahkan juara dunia Go.

Kendati tak mengungkap hasil pengukuran tersebut, mereka menyebut kepintarannya masih di bawah manusia.

Sebuah penelitian memperlihatkan, teknologi artificial intelligence  atau kecerdasan buatan milik Google memiliki IQ lebih tinggi dibandingkan Siri, asisten virtual milik Apple.

Saat ini, perkembangan AI sangat cepat sehingga mereka dapat melakukan berbagai hal, seperti menjadi asisten virtual, mengerjakan ujian, hingga menjalankan permainan strategi seperti catur.

Untuk mengukur kecerdasan AI, para peneliti melakukan tes yang menguji mereka dalam menguasai bidang tertentu, menciptakan sesuatu, hingga memberi umpan balik. Dalam penelitian tersebut, mereka menguji lima puluh AI.

Melalui sebuah laporan yang diterbitkan pada Sabtu lalu, hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa Google AI memiliki skor tertinggi

Google AI dan Bing, mesin pencari milik Microsoft, menjadi lebih pintar.

Hasil penelitian tersebut mungkin sedikit mengurangi kekhawatiran banyak orang terhadap kecerdasan AI yang semakin hari semakin canggih.

Dua di antara banyak orang tersebut adalah fisikawan Stephen Hawking dan CEO Tesla Motors sekaligus CEO SpaceX, Elon Musk.

Stephen Hawking percaya bahwa AI dapat menimbulkan bahaya yang sesungguhnya, tergantung siapa yang mengendalikannya, sehingga dapat membodohkan, bahkan mengakhiri eksistensi manusia.

Hal senada juga dilontarkan Elon Musk, yang beranggapan AI dapat menginisiasi Perang Dunia III jika tidak ada regulasi yang mengaturnya secara terperinci.

Selain itu, pendiri Alibaba Jack M berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan tersebut bisa jadi dikendalikan oleh sistem AI dalam tiga dekade kedepan.

Perusahaan teknologi kawakan seperti Apple, Google, dan Microsoft memang telah mengarahkan pandangan kepada riset terhadap AI yang dapat meningkatkan kemampuan dalam teknologi pengenalan suara, gambar, dan fitur-fitur lain.

Teknik ini dipercaya dapat meningkatkan pendapatan layaknya menyediakan iklan.

Namun, membandingkan sistem AI milik mereka sejatinya adalah hal yang sulit, sehingga para peneliti bertujuan untuk membuat metode perbandingan yang sesuai.

Beberapa aspek yang menjadi perhatian mereka adalah penguasaan pengetahuan, kemampuan belajar, menggunakan benda, hingga membuat sebuah kreasi.

Sementara itu, anak perusahaan teknologi Google, Deep Mind, baru saja mengumumkan bahwa mereka telah mulai membangun kecerdasan buatan yang bisa memprediksikan masa depan.

Namun, jangan salah paham. Kemampuan tersebut bukan menerawang bak paranormal, melainkan menimbang beberapa keputusan dan membuat rencana untuk masa depan tanpa instruksi dari manusia.

Bagi Anda, hal tersebut mungkin terdengar biasa saja, tetapi mengimajinasikan konsekuensi dari suatu aksi adalah tugas yang sulit bagi robot.

Dilansir dari situs resmi Deep Mind, salah seorang peneliti mengilustrasikannya demikian: “Ketika meletakkan gelas di pingir meja, misalnya, kita akan berhenti sebentar untuk menilai seberapa stabil gelas dan akankah ia jatuh.”

“Dengan basis konsekuensi yang diimajinasikan ini, kita mungkin akan menata ulang gelas tersebut agar tidak jatuh dan pecah.”

Dia melanjutkan, jika alogaritme kita dapat mengembangkan perilaku yang sama canggihnya, maka mereka juga akan memiliki kemampuan untuk berimajinasi dan memikirkan masa depan.

Setelah itu, mereka pasti bisa menciptakan sebuah rencana berdasarkan pengetahuan ini.

Untuk menciptakan kecerdasan buatan dengan kemampuan tersebut, para peneliti DeepMind menggabungkan beberapa pendekatan sekaligus.

Dua di antaranya adalah reinforcement learning yang berarti belajar melalui percobaan dan deep learning yang meniru cara otak manusia menyimpan informasi raksasa dalam bentuk jaringan.

Hasilnya adalah sebuah sistem yang menggabungkan percobaan dengan simulasi sehingga ia dapat mempelajari lingkungannya dan berpikir sebelum mengambil keputusan.

Alogaritme ini kemudian diuji menggunakan Sokoban, sebuah permainan video puzzle

Permainan ini mengharuskan pemain untuk membuat perencanaan terlebih dahulu sebelum mengerjakannya, tetapi kecerdasan buatan Deep Mind tidak diberitahu mengenai aturan tersebut maupun cara bermainnya.

Ternyata, kecerdasan buatan dengan kemampuan berimajinasi ini mampu menyelesaikan delapan puluh lima persen dari semua level Sokoban, dua puluh limapersen lebih tinggi dari kecerdasan buatan dengan pendekatan lama.

Para peneliti melaporkan bahwa alogaritme yang baru membuat kecerdasan buatan menjadi lebih mampu mengatasi kekurangan dalam pengetahuan mereka, lebih pintar dalam memilih informasi yang berguna untuk simulasi, dan bisa mempelajari berbagai strategi untuk membuat perencanaan.