close
Nuga Tekno

Hoaks, Twitter Tutup Aplikasi Kendali “Bot”

Twitter serius mengusir hoaks dari konten aplikasinya dan telah menutup lebih dari seratus empat puluh tiga ribu aplikasi dari layanannya sejak April lalu.

Aplikasi itu biasanya digunakan untuk mengendalikan akun-akun bot yang bisa mengirimkan cuitan atau melakukan reweet otomatis.

Hal ini dilakukan sebagai bagian dari aksi bersih-bersih yang dilakukan aplikasi media sosial itu dari kegiatan penyebaran hoaks yang dilakukan melalui bot-bot tersebut.

Twitter menyebut saat ini tengah melakukan pengetatan terhadap API  atau application programming interfaces miliknya.

API adalah serangkaian kode dan protokol untuk menghubungkan satu aplikasi dengan aplikasi lainnya.

Twitter membuat API ini agar pengembang pihak ketiga agar bisa menciptakan aplikasi lain yang terhubung dengan sistem Twitter.

“Kami berkomitmen untuk menyediakan akses ke platform kami bagi produk dan layanan yang membuat Twitter sebagai tempat yang lebih baik,” jelas Direktur Senior Manajemen Pengembangan Produk Twitter, Rob Johnson, seperti dikutip AFP.

Pengembangan API sebenarnya adalah hal lumrah yang banyak dilakukan aplikasi lain, seperti Facebook misalnya.

Keterhubungan antar aplikasi inilah yang juga memicu skandal penyalahgunaan data pengguna yang dilakukan oleh Cambridge Analytica dengan memanfaatkan aplikasi kuis kepribadian yang dibuat oleh Profesor Kogan.

Belakangan Twitter tengah menghadapi tekanan soal akun-akun robot otomatis yang bertebaran di platformnya.

Sebab akun-akun ini menyebarkan informasi yang salah atau palsu. Informasi tersebut terkait seseorang atau isu politik.

Sebelumnya, Twitter telah menghapus lebih dari tujuh puluh juta akun bot yang digunakan untuk menyebarkan informasi palsu.

Langkah bersih-bersih ini dilakukan Twitter lantaran menyadari bahwa platformnya saat ini dibanjiri oleh cuitan spam, pelanggaran privasi, dan pesan berbahaya dari aplikasi otomatis itu.

“Kami mengambil langkah tambahan utuk memastikan bahwa platform bagi pengembang (pihak ketiga) bekerja di layanan percakapan yang sehat di Twitter,” lanjutnya.

“Kami tidak menoleransi penggunaan API untuk memproduksi spam, memanipulasi percakapan, atau menginvasi privasi orang lain lewat Twitter.”

Meski demikian, akun bot sebenarnya tak selalu berbahaya. Beberapa cuitan otomatis ini memang sengaja dibuat untuk memberitahukan peringatan bahaya, misalnya.

Tapi bot di Twitter telah disalahkan untuk menyebarkan hoaks dan informasi yang salah untuk memengaruhi opini publik.

Mulai Selasa  kemarin pengembang yang ingin mendapatkan akses untuk membuat aplikasi otomatis di Twitter mesti melalui proses pendaftaran baru.

Sebab, Twitter akan meminta detil mengenai tujuan penggunaan aplikasi tersebut.

Twitter juga  melaporkan telah menagguhkan lebih dari satu juta akun per hari dalam beberapa bulan terakhir.

Tindakan ini dilakukan untuk mengurangi aliran informasi palsu di platform mereka.

Sepanjang Mei dan Juni, layanan mikroblogging ini melaporkan sudah menangguhkan lebih dari 70 juta akun. Langkah serupa akan terus berlanjut pada bulan Juli.

“Sulit untuk percaya bahwa tujuh puluh juta akun terpengaruh ketika Twitter hanya memiliki tiga ratus tiga puluh enam juta  pengguna aktif bulanan,” ungkap analis Wedbush, Michael Pachter seperti dikutip dari Reuters.

Perusahaan mengambil langkah untuk menghapus akun pengguna dengan tujuan memperkenalkan pembaruan untuk memantau konten yang bisa menyebarkan informasi palsu.

Pada kuartal kedua tahun ini pengguna Twitter diperkirakan tumbuh hampir tiga persen.

“Dugaan saya adalah bahwa sejumlah besar akun yang ditangguhkan ini tidak aktif. Seharusnya berdampak kecil pada perusahaan,” ucap Patcher.

Menurut sumber Washington Post, penghapusan akun yang tidak diinginkan secara agresif berimbas pada penurunan pengguna bulanan.

“Karena peningkatan teknologi dan proses selama setahun terakhir, kami sekarang menghapus dua ratus empat belas persen lebih banyak akun karena melanggar kebijakan spam kami setiap tahun-ke-tahun,” kata perusahaan dalam blog resmi bulan lalu.