close
Nuga Tekno

Google Telah Bikin Token Keamanan Titan

Google menjual kunci keamanan fisik yang dinamakan Titan. Fungsinya serupa dengan token, kunci ini berguna untuk menjadi pengaman ketika pengguna melakukan login ke suatu akun di situs online.

Jadi, pengguna tak bisa masuk ke akunnya di suatu situs meski sudah memasukkan nama pengguna dan password yang benar.

Pengguna hanya bisa masuk dengan nama pengguna dan password-nya jika Titan ditancapkan ke perangkat. Kunci ini berperan sebagai verifikasi keamanan lapis kedua dari otentifikasi dua faktor.

Kunci keamanan ini bisa terhubung ke perangkat lewat berbagai cara, baik lewat USB, bluetooth, dan koneksi lainnya.

Kunci ini bisa digunakan untuk berbagai layanan seperti Facebook, Dropbox, dan Github.

Google juga mengaku sudah melakukan pengujian pada kunci keamanan fisik ini. Sejauh ini disebutkan bahwa tidak ada pengembangnya yang terkena serangan phising.

Selain itu, proses produksi Titan membuat kunci ini lebih tahan dari serangan yang mungkin disusupi oleh pemasok.

“Firmware Titan disegel secara permanen ke cip hardware keamanan saat produksi di pabrik pembuatan cip,” jelas Cloud product manager Christian Braand, seperti ditulis laman  The Verge.

Jadi pengguna tak akan bisa login ke akunnya meski sudah memasukkan kata kunci dan nama pengguna yang benar kalau perangkat ini tidak tertancap di komputer atau smartphone.

Keuntungannya, pengguna lebih aman dari kemungkinan serangan phising. Sebab, meski orang lain memiliki password dan nama pengguna, mereka tak bisa masuk karena tak memiliki kunci fisik ini.

Kelemahannya, pengguna mesti membawa selalu perangkat ini jika ingin masuk ke akun mereka.

Bulan lalu, Google mengumumkan bahwa mereka akan segera menjual kunci keamanan Titan. Google sekarang menjual kunci keamanan ini lewat Google Store

Kunci Titan ini awalnya hanya akan digunakan untuk internal Google.

Namun, Google lantas hendak menjualnya untuk pelanggan Google Cloud bulan lalu.

Tapi, saat ini Google malah akan menjual kunci keamanan ini untuk publik, demikian dilaporkan UberGizmo.

Sebelumnya, diberitakan, Google  telah membayar Mastercard jutaan dollar untuk membeli data soal daftar transaksi pengguna.

Mereka menggunakan data ini untuk membuat alat bagi pengiklan yang akan membongkar apakah mereka yang mengklik iklan online kemudian akan melakukan pembelian di toko ritel fisik.

Perjanjian ini dilakukan untuk melacak kebiasaan belanja pengguna kartu Mastercard di Amerika Serikat.

Hal ini dilakukan untuk melacak apakah iklan onlin eyang dipasang memengaruhi pola belanja mereka secara offline. Perjanjian rahasia antara kedua perusahaan ini terbongkar empat tahun kemudian, seperti dilaporkan Bloomberg.

Baik dari pihak Google maupun Mastercard tidak ada yang mengumumkan kerjasama ini. Kedua perusahaan juga tidak memberitahukan kepada penggunanya bahwa pembelian mereka di toko fisik telah dilacak.

Pembelian ini lantas dihubungkan dengan interaksi mereka dengan iklan online. Baik Google dan Mastercard menyebut bahwa data pengguna mereka dianonimkan untuk melindungi informasi pribadi mereka.

Bloomberg melaporkan secara detil bagaimana hal ini dilakukan. Pelacakan dilakukan ketika pengguna login ke akun Google mereka dan mengklik iklan Google. Hal ini dimulai dengan pelanggan yang login ke akun Google mereka mejelajah produk tertentu namun tidak membelinya.

Lalu, jika orang ini ternyata membeli barang tersebut di toko fisik dengan kartu Mastercard dalam waktu kurang dari 30 hari, Google akan mengirim laporan kepada pengiklan mengenai hal ini dan dikaitkan dengan kefektifan iklan mereka.

Laporan ini dikelompokkan pada fitur pendapatan ritel offline. Untuk keluar dari pelacakan ini, pengguna perlu menonaktifkan “Web and App Activity” lewat tautan ini.

Google belakangan terbongkar telah melacak kehidupan kita secara diam-diam. Sebelumnya, Google ketahuan melacak lokasi lewat Maps meski fitur pelacakan lokasi sudah dimatikan.

Google juga dilaporkan bisa menentukan lokasi lewat pencarian di peramban. Belakangan ia ketahuan juga melacak kebiasaan belanja pengguna secara offline.

Usaha ini dilakukan Google untuk mengetahui apakah iklan online di platformnya memengaruhi belanja online pengguna. Sebab selama ini, penjual yang membeli iklan online Google tidak pernah tahu apakah hal itu benar-benar berpengaruh pada penjualan secara offline.

Google telah lama menyediakan data lokasi pengguna kepada pengiklan. Data ini tentu didapat dari Google Maps dan data granular lainnya yang diperoleh dari sistem operasi Android yang dipakai pengguna.

Tapi data-data ini tidak pernah mengindikasikan apakah pengguna benar-benar membeli produk yang sudah mereka lihat iklannya di Google.

Sebab seringkali pembeli mencoba baju, peralatan kecantikan, dan barang lainnya di toko fisik sebelum melakukan pembelian.

Pelacak baru Google ini menjawab pertanyaan tersebut untuk pengiklan.

Google menolak mengonfirmasi perjanjiannya dengan Mastercard dan menyatakan bahwa data personal pembeli disembunyikan dari pihak Google dan rekanannya.

“Sebelum kami meluncurkan produk beta ini tahun lalu, kami membuat teknologi enkripsi dua sisi yang mencegah Google dan rekanan kami melihat informasi pribadi pengguna.”

“ Kami juga tak punya akses ke data pengguna dari rekanan kartu kredit dan debit mereka dan tidak berbagi informasi pribadi dengan rekanan kami. Pengguna Google bisa menonaktifkan kendali Web and App Activity kapan saja.”

Mastercard juga menyatakan bahwa mereka berbagi data agregat dan anonim, seperti volume, seperti rata-rata ukuran dan volume penjualan antara penjual dan penyedia layanan untuk mengukur keefektifan iklan.

“Jaringan kami beroperasi tanpa kami tahu tiap barang yang dibeli pengguna di toko tertentu – fisik atau digital. Tidak ada transaksi individu atau personal yang diberikan.

Hal ini dilakukan untuk menjaga privasi penjual dan pembeli di seluruh dunia. Dalam proses transaksi kami melihat nama peritel dan total pembelian, tapi tidak produk secara spesifik.”

Tahun lalu, Google mengumumkan layanan yang disebut “Store Sales Measurement” (pengukuran penjualan di toko). Layanan ini merekam tujuh puluh persen transaksi kartu kredit dan debit di AS lewat kerjasama pihak ketiga.

Hingga saat ini, Google tidak mengungkap rekanannya secara spesifik. Sekarang terungkap setidaknya Mastercard menjadi salah satu rekanan mereka.

Bisa jadi 7tiga puluh persen transaksi di Amerika Serikat ini tidak hanya melibatkan Mastercard tapi juga penyedia kartu lainnya, seperti dilaporkan The Verge.