close
Nuga Tekno

Google Resmi “Bunuh” Keberadaan Inbox

Setelah beroperasi selama empat tahun, Google akhirnya memutuskan untuk menghentikan layanan aplikasi email-nya, yakni Inbox.

Dikutip dari laman The Verge, perusahaan raksasa mesin pencari tersebut bakal resmi menghentikan layanan aplikasi Inbox secara total per Maret tahun depan.

Meski kabar buruk untuk sebagian pengguna setianya, penutupan layanan Inbox ini sudah diprediksi sejak lama.

Sejak dirilis pada empat tahun lalu lalu, Inbox dikabarkan jarang mendapatkan pembaruan fitur yang rutin disebar oleh pengembang aplikasi via Google Play Store ataupun App Store.

Walau jarang mendapatkan update, Google Inbox sebetulnya menawarkan berbagai fitur yang menarik dan tidak ada di dalam layanan email Google lainnya, yakni Gmail.

Adapun fitur yang tidak ada di Gmail, seperti Snoozing yang berfungsi untuk menghapus email dan reminders sementara waktu dari email pengguna.

Sedangkan untuk Bundling, pengguna dapat dengan mudah merapikan email yang diterima berdasarkan kategorinya.

Google menegaskan bahwa Inbox adalah layanan email yang sangat berbeda dari Gmail.

Jelang ditutupnya Inbox, Google sudah menyediakan salah satu fitur andalan aplikasi tersebut, Snoozing, ketika perusahaan meluncurkan update layanan Gmail-nya baru-baru ini.

Selain Snoozing, Google dikabarkan bakal memboyong fitur Bundling ke dalam layanan Gmail.

Secara keseluruhan, ditutupnya Inbox ini merupakan jalan yang tepat bagi Google agar lebih fokus dalam meningkatkan satu layanan email-nya, yaitu Gmail.

Selain itu guna meningkatkan keamanan pengguna saat mengakses Chrome di perangkat Android, tim peneliti Google dikabarkan sedang mempersiapkan update besar-besaran.

Dalam usaha mencapai hal tersebut, Google meluncurkan aplikasi Chrome  tujuh puluh beta untuk sistem operasi Android, macOS, Linux, Chrome OS, dan Windows.

Dilansir Phonearena,, Chrome ttujuh puluh beta mengadopsi teknologi sensor sidik jari yang nantinya bakal digunakan untuk mengakses beragam layanan di perangkat.

Tak hanya memiliki kemampuan mengenali sidik jari, Chrome versi Android akan memiliki kemampuan mengidentifikasi bentuk (shape identification).

Google menyebutkan, teknologi itu mengandalkan tiga jenis API (application programming interface) untuk mendeteksi bentuk wajah, barcode, dan teks dalam gambar di dunia maya.

Hal menarik lainnya yang Google lakukan adalah mulai versi Chrome tujuh puluh, browser tersebut tidak akan lagi menyertakan build number perangkat Android dan iOS.

Google melakukan perubahaan ini bertujuan untuk mencegah eksploitasi celah keamanan hingga pencurian data pribadi pengguna lewat aplikasi Chrome.

Informasi, Google Chrome telah berusia sepuluh tahun sejak dirilis pertama kali pada sepuluh tahun lalu. Menandai usianya yang kesepuluh, Google menghadirkan perubahan desain yang lebih penuh dengan estetika sekaligus fungsional.

Saat ini, Google Chrome memiliki tampilan desain agak kotak. Sementara, mengutip laman The Next Web, desain baru yang dihadirkan pada Google Chrome memiliki tampilan sisi agak bulat.

Perubahan desain akan segera menyambangi Google Chrom desktop dan mobile. Ikon situs web pun kini lebih mudah dilihat saat pengguna mengisi tab jendela.

Selain itu, opsi menu dan elemen desain lainnya diatur dan disederhanakan di berbagai versi aplikasi. Laman tersebut menyebutkan, desain baru Chrome ini mulai digulirkan ke pengguna.

Menyoal performa, Google menjelaskan, pihaknya terus memperbaiki waktu muat, latency, hingga masalah penggunaan memori.

Google Chrome memulai debutnya pada sepuluh tahun lalu

Mulanya, Chrome dipasarkan sebagai peramban baru dan memulai debutnya dengan komik web dari Google untuk menandai browser pertama milik perusahaan.

Seperti dikutip The Verge, mulanya Chrome diluncurkan sebagai aplikasi beta untuk Windows, baru selanjutnya Chrome hadir di Linux dan MacOS pada 2009.

Chrome memulai debut di saat yang tepat, yakni saat pengembang dan pengguna internet mulai bosan dengan Internet Explorer dan Firefox.

Untuk menghadirkan Chrome, Google menggunakan komponen-komponen render engine WebKit Apple dan Mozilla Firefox.

Selanjutnya perusahaan membuat seluruh source code Chrome agar bisa diakses publik sebagai projek Chromium.

Salah satu bagian signifikan saat Chrome pertama kali dirilis adalah ide tentang “sandboxing“.

Fitur ini memungkinkan agar satu tab browser Chrome mengalami crash, tidak berdampak pada keseluruhan browser. Selain itu, anticrash ini juga meningkatkan kecepatan dan kestabilan Chrome secara umum.