close
Nuga Tekno

Google+ Diretas Lagi, Ini Cara Hapus Akun

Menjelang tutup bukunya di pertengahan tahun depan  Google+ untuk kedua kalinya kembali diretas dengan jumlah yang lebih besar dari pengumuman sebelumnya.

Berdasarkan pengumuman di blognya Google menyebut bahwa lima puluh dua juta akun Google+ penggunanya diretas. Angka yang  seratus kali lebih besar dari peretasan sebelumnya yang hanya berdampak pada lima ratus ribu pengguna saja.

Peretas berhasil membobol nama pengguna, alamat surel (email), pekerjaan, dan umur pengguna. Data pengguna ini tetap bisa diambil meski pengguna menyetel akun menjadi privat.

Google menyalahkan bug yang ada di platformnya. Mereka menyebut akan memperbaiki permasalahan ini dalam beberapa minggu mendatang.

Menurut Google, peretasan ini terbatas pada informasi pribadi pada profil pengguna dan mengklaim tidak ada penyalahgunaan data pengguna.

“Tidak memberikan akses informasi pada data finansial pengguna, data kependudukan, kata kunci, atau data lain yang bisa digunakan untuk penipuan dan pencurian identitas,” seperti dikutip PCWorld.

Google pun berencana menutup Google+ lebih cepat. Semula platform ini akan ditutup Agustus, namun dipercepat jadi April.

Data Google menunjukkan bahwa waktu pengguna di situs media sosialnya itu kurang dari lima detik, yang artinya tak ada yang benar-benar menggunakan sosial media ini.

Google dikabarkan akan menutup Google+ lebih cepat dari yang direncanakan semula karena ditemukannya bug perangkat lunak baru.

Google+ akan menutup layanan ini empat bulan lebih awal dari yang direncanakan.

Dilansir dari AFP, Wakil Presiden Manajemen Produk G Suite David Thacker Suite menjelaskan program antarmuka (API) yang digunakan oleh pengembang untuk mengakses data Google+ akan dimatikan dalam waktu sembilan puluh hari.

“Dengan penemuan bug baru ini, kami telah memutuskan untuk mempercepat penutupan semua API Google+,” kata Thacker dalam posting blog.

“Meskipun kami mengakui ada implikasi untuk pengembang, kami ingin memastikan perlindungan pengguna kami.”

Bug baru ditemukan selama pengujian rutin dan diperbaiki. Google menetapkan bahwa kerentanan memengaruhi sekitar lima puluh dua koma lima juta pengguna, memungkinkan aplikasi untuk melihat informasi profil seperti nama, pekerjaan, usia dan alamat email bahkan jika akses disetel ke pribadi.

Pada bulan Oktober, Google mengumumkan rencana untuk mematikan jaringan sosial setelah memperbaiki bug yang mengekspos data pribadi di sebanyak lima ratus ribu  akun.

Audit keamanan telah mengungkapkan bug perangkat lunak yang memberi akses aplikasi pihak ketiga ke data profil pribadi Google+ yang dimaksudkan orang untuk berbagi hanya dengan teman.

Data yang terlibat terbatas pada bidang profil opsional, termasuk nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan dan alamat email, kata Google.

Tidak ada bukti yang ditemukan pada saat itu bahwa para pengembang telah memanfaatkan bug, menurut Google

Kasus kebocoran  data pengguna Google+ mendorong induk perusahaan, Alphabet membekukan sementara layanan media sosial mereka. Isu kebocoran data pengguna sempat membuat banyak pihak khawatir terhadap aspek privasi yang dimiliki perusahaan.

Dalam jajak pendapat (polling) yang dilakukan CNNIndonesia.com melalui Twitter, kasus kebocoran data di layanan media sosial ternyata tak lantas membuat pengguna ketakutan.

Sekitar  lima puluh enam persen netizen yang terlibat dalam polling mengaku kasus kebocoran data yang menimpa Facebook dan Google + tak membuat mereka ketakukan menggunakan layanan media sosial.

Setelah menyembunyikan dugaan kebocoran data pengguna Google+ sejak Maret lalu, Alphabet Inc. akhirnya memutuskan menutup sementara layanan media sosialnya.

Dugaan kebocoran lima ratus ribu data pengguna membuat Google+ ditutup sementara selama sepuluh  bulan.

Lewat unggahan di blog resminya, Google mengatakan pihaknya telah mendeteksi bug sejak Maret lalu dan memutuskan untuk tidak melaporkan lantaran khawatir ada pengawasan dari regulator.

Meski demikian, Google memastikan layannya akan mati suri hingga Agustus nanti. Pihak perusahaan juga mengatakan tidak ada pengembang yang mengeksploitasi kerentanan atau data yang disalahgunakan.

Google+ resmi ‘mati suri’ selama sepuluhbulan hingga Agustus  tahun depan. Keputusan ini diambil induk perusahaan Google, Alphabet Inc setelah mengungkapkan rendahnya penggunaan Google+ ditambah dugaan kebocoran data.

Google bahkan mengungkapkan sembilan puluh persen pengguna menggunakan Google+ dalam waktu kurang dari lima detik dalam setiap sesi. Akibat bug, terdapat juga dugaan kebocoran data pengguna
Namun, pada awal jejak perjalanan Google+, aplikasi ini sempat menjadi ‘ancaman’ penguasa media sosial Facebook.

Dan ini dia  rekam jejak Google+ sejak tujuh tahun lalu.

Dipimpin oleh Vic Gundotra dan Bradley Horowits, Google+ diumumkan  Google+ hadir dengan memperkenalkan beberapa fitur seperti Circles (contact group) , Sparks (news feed), dan Hangout (video chat).

Dalam waktu dua minggu, Goolge+ telah mencapai sepuluh juta pengguna.

Google mulai untuk ‘memaksa’ pengguna Gmail untuk memiliki akun Google+. Ini merupakan salah satu langkah dari banyak langkah integrasi ‘paksaan’ dari Google.

Pada bulan November, Hangout ditingkatkan fungsinya dan menjadi ujung tombak Google+ karena banyaknya aktivitas yang menggunakan platform tersebut.

Pada Desember, Google+ menambahkan fitur ‘Communities’ sebagai cara bagi pengguna untuk membuat sebuah topik berbasis forum.

Rendahnya interaksi dan keterlibatan pengguna dalam Google+, membuatnya tidak lagi diklaim sebagai peruntuh adidaya Facebook.

Pada lima tahun lalu, Google+ diproyeksikan sebagai lapisan sosial produk Google. Google+ saat ini sudah terintegrasi dengan Gmail dan Google Contact.

Google Talk digabungkan dengan Google + Messenger untuk dimasukkan ke dalam Hangout.

Pada September, Google + menginfiltrasi Youtube. Apabila pengguna ingin berkomentar di Youtube, maka pengguna harus memiliki akun Google +. Google berharap kebijakan ini lebih menghidupkan Google +.

Founding Father Google+, Vic Gundotra meninggalkan Google. Hal ini membuat para pengamat menilai Google+ adalah ‘mayat hidup’. Google+ tidak lagi dianggap sebagai sebuah produk tapi sebagai platform.