close
Nuga Tekno

Google Glass, Harap Jangan Masuk Bioskop

Gaya dengan kacamata pintar, seperti Google Glass bukan berate memudah Anda bersosialisasi. Secara gaya Google Glass memang mendapat banyak pujian karena kecanggihannya, tetapi juga mendapat kritik keras hingga larangan pemakaian.

Kini, bentuk pelarangan terbaru berasal dari jaringan bioskop di Amerika Serikat. Sebelumnya pengguna kacamata ini juga di larang masuk ke markas Samsung.

Diberitakan oleh CNet, jaringan bisokop besar di AS, Alamo Drafthouse Cinema, baru-baru ini mengeluarkan peraturan bahwa pengunjung dilarang mengenakan kacamata pintar Google itu dalam bisokop.

CEO Alamo rafthouse Cinema, Tim League, mengonfirmasi kabar pelarangan Google Glass tersebut. Melalui akun Twitter-nya, League mengatakan Google Glass resmi dilarang dari auditorium begitu lampu diredupkan dan film diputar.

Apa alasan League sehingga melarang penggunaan Google Glass di jaringan bioskopnya? “Saya telah mencoba Google Glass, saat itu saya sadar akan potensi pembajakan yang bisa terjadi dari dalam bioskop,” ujar League.

“Setelah itu saya belum mengambil keputusan, sampai pada awal bulan ini saya melihat ada yang memakainya di bioskop,” imbuh League.

League mengatakan, kekhawatiran utamanya adalah petugasnya tidak bisa mengetahui apakah kacamata itu diaktifkan atau tidak. “Saya sadar betul bahwa teknologi terus berkembang dan perangkat seperti ini bisa menggantikan kacamata biasa di masa mendatang,” ujarnya.

Pembajakan memang menjadi isu utama yang dihadapi Google Glass dalam bioskop, walau perangkat ini sebenarnya memiliki daya baterai yang tidak lama, sehingga tidak mungkin penggunanya dapat merekam seluruh film.

Kasus Google Glass yang dilarang dalam bioskop sebelumnya juga pernah terjadi. Awal tahun ini, seorang pria digelandang keluar dari bioskop di Ohio, AS, lalu diinterogasi setelah ia kedapatan mengaktifkan Google Glass saat film ditayangkan.

Kacamata pintar besutan Google memang menawarkan fitur-fitur menarik yang membuatnya disambut antusias. Pada penjualan perdana, Google Glass dilaporkan terjual habis meski harganya Rp 17 juta.

Meski demikian tidak semua pihak suka dengan kehadiran Google Glass terutama di area publik karena masalah privasi. Kejadian kurang menyenangkan sempat menimpa beberapa pengguna Google Glass, salah satunya seorang wartawan AS yang diserang seorang wanita saat berjalan ke stasiun kereta.

Google Glass memang bisa dipakai untuk memotret dan merekam video tanpa diketahui orang-orang di sekitarnya.

Kekhawatiran soal fitur intip tersebut juga jadi perhatian khusus di kantor pusat Samsung. Seorang awak media yang hendak masuk ke komplek kantor pusat Samsung di Korea Selatan, diminta untuk tidak memakai Google Glass miliknya. Alasannya, soal privasi dan kerahasiaan objek-objek di markas besar Samsung.

Tak ada insiden kali ini, permintaan melepas Google Glass disampaikan dengan sopan oleh staf Samsung, sang jurnalis asal Filipina itu pun dengan sukarela melepaskannya dan mengganti dengan kacamata biasa.

Cukup beralasan kekhawatiran Samsung ini karena pada kunjungan kali ini para jurnalis akan diajak masuk ke beberapa area sensitif, salah satunya tempat pengujian produk-produk terbaru Samsung.

Meski percaya tidak akan digunakan sebagai alat mata-mata oleh jurnalis tersebut, Samsung ternyata cukup khawatir dengan fitur “intip” dari Google Glass.

Soal Google Glass bisa jadi alat mata-mata, seorang petinggi Google, Astro Teller, mencoba menepis anggapan yang sudah menyebar luas ini.