close
Nuga Tekno

Google Bisa Bikin Orang Jadi Bodoh?

Google, kini, menjadi “pesakitan” bersamaan dengan tuduhan berbagai ahli dan pengamat bahwa mesin pencarinya membikin orang jadi malas dan bodoh untuk berpikir.

Benarkah?

Seperti dimuat dalam laman situs media terkenal Inggris, The Telegraph, Kamis, 08 Oktober 2015, hampir segala macam informasi yang bisa ditemukan dengan bantuan Google membuat orang malas berpikir.

“Dan ketergantungan itu membuat generasi berikutnya jadi bodoh,” tulis Telegraph.

Ketergantungan terhadap produk digital tersebut, menurut studi terbaru, telah melemahkan kemampuan otak manusia.

Kebanyakan orang sekarang mengandalkan teknologi tersebut daripada kemampuan mengingat dengan otak mereka.

Ini bisa dilihat dengan bagaimana orang yang hidup sebelum zaman telepon digital masih bisa mengingat nomor telepon yang dihapal dulu daripada mengingat nomor kontak yang ada di ponselnya saat ini.

Maria Wimber dari University of Birmingham mengatakan, kebiasaan mencari sesuatu secara online, membuat memori jangka panjang tidak terbentuk di otak. Sementara, informasi yang diperoleh dengan pencetan tombol seringkali mudah dilupakan.

Studi dilakukan dengan mensurvei enam ribuan orang dewasa dari Inggris, Perancis, Jerman, Italia, Spanyol, Belgia, Belanda, dan Luxembourg.

Peneliti menemukan lebih dari sepertiga orang akan memilih internet pertama kali untuk memperoleh informasi.

“Otak kita akan lebih kuat mengingat sesuatu bila sering diulang dan pada saat yang sama menghilangkan memori yang tidak relevan. Namun, mengulang informasi dengan pasif seperti dengan bantuan internet tidak membuat memori bertahan lama,” kata Wimber, seperti dikutip dari BBC pada Kamis, 08 Oktober 2015

Studi dari Kaspersky Lab ini mengatakan bahwa masyarakat kini mulai menganggap penggunaan perangkat computer sebagai perpanjangan dari otak mereka.

Ini juga menunjukkan peningkatan kemunculan ‘amnesia digital’ di mana orang-orang mudah melupakan informasi penting karena terlalu bergantung dengan teknologi tersebut.

“Kebiasaan menyimpan informasi pada alat digital membuat kita berisiko untuk semakin malas menghafal sesuatu untuk jangka panjang. Itu juga bisa mengalihkan perhatian kita untuk melihat suatu kejadian dengan benar,” tambah Wimber.

Pendapat Wimber ini diperkuat ilmuwan asal Inggris bernama Trevor Bayliss yang juga menyuarakan kecemasan tersebut.

Trevor terkenal dengan penemuan radio bertenaga engkol.

“Anak-anak harus diajari untuk mandiri, tidak bergantung dengan ponsel atau komputer. Mereka saat ini terlalu bergantung pada pencarian Google,” kata Trevor yang telah meraih gelar kebangsawanan “OBE” dari kerajaan Inggris ini.

“Banyak anak otaknya menjadi mati jika mereka terlalu bergantung ke internet, karena mereka tidak akan mampu melakukan sesuatu dengan cara lama,” tambahnya.

Namun tidak semua setuju dengan pendapat Trevor.

Dr David Wood dari Warwick University menilai bahwa internet dan Google sangat bermanfaat.

“Jauh dari kata bikin bodoh, dari sudut pandang saya justru berlawanan. Internet adalah alat dan sesuatu yang punya potensi fantastis untuk anak jika digunakan dengan benar,” ujarnya seperti juga ditulis Telegraph

Sebuah studi dari Universitas Waterloo di Kanada yang belum lama ini merilis hasil penelitiannya menyatakan bahwa smartphone dengan berbagai aplikasinya membuat seseorang akan semakin malas.

Hal ini karena mereka, pengguna smartphone beranggapan bahwa smartphone adalah perpanjangan dari otak mereka.

Saat ini lebih banyak mereka yang menggunakan Google sebagai sumber informasi yang instan.

Artinya jika mereka melakukan hal tersebut secara terus-menerus, maka secara tidak langsung keaktifan otak akan berkurang.

Mereka yang lebih sering menggunakan Google dianggap mengesampingkan daya ingat mereka sendiri. Jika hal tersebut terus berlanjut, bukan tidak mungkin jika otak anda menjadi kurang terpakai dan lahir indikasi kebodohan pada akhirnya.

Ilmuwan dari Universitas Waterloo, Gordon Pennycook dilansir Daily Mail mengatakan, “Penelitian kami membuktikan bila frekuensi penggunaan smartphone tinggi berkaitan dengan kecerdasan yang lebih rendah.”

Juga disebutkan dari penelitian tersebut bahwa orang-rang yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi akan cenderung lebih sedikit menggunakan smartphone ataupun Google.

Dengan melakukan hal tersebut mereka telah dapat menyelesaikan persoalan yang menimpa mereka tanpa menggunakan smartphone. Hal yang sebaliknya akan dilakukan pada mereka yang mempunyai tingkat kecerdasan rendah.

Sebuah hasil studi lain yang diterbitkan di jurnal riset Science juga menyatakan, Google membuat orang makin bodoh.

Google Effects on Memory: Cognitive Consequenses of Having Information at Our Fingertips’ yang dilakukan Betsy Sparrow dari Columbian University yang meneliti kapan dan cara akses ingatan Transactive.

Seperti diketahui, beberapa situs populer merupakan penggali data (mesin pencari seperti Google atau Yahoo) atau penyimpan data (seperti Wikipedia atau IMBD). Pada situs-situs ini, jumlah data yang dihasilkan tiap tahunnya meningkat secara eksponen.

Artinya, tak ada satu orang pun mampu mengetahui segala hal tentang suatu hal seperti era kuno. Mampu mengekspor pengetahuan dan mengingatnya kapan pun, berarti Anda mampu melepaskan lebih banyak kekuatan otak untuk melakukan hal-hal penting, termasuk berpikir dan kreatifitas, yang membutuhkan lebih dari sekadar kapasitas penyimpanan.

Lebih lanjut, terlalu sering menggunakan situs seperti Google akan membuat otak tak terlatih dan membuat kemampuannya melambat.

Sebuah jawaban lain dtang dari nalis Nicholas Carr mempertanyakan dalam tulisannya di Atlantic Monthly.

“Saya tidak berpikir seperti dulu lagi, karena hanya menelusuri web dan tidak berpartisipasi dalam pemikiran yang mendalam,” tulisnya.

Dia mengakui bahwa teknologi baru terkadang membuat sulit untuk berkonsentrasi, tapi tantangan itu bukannya menghasilkan “kecerdasan cair” atau menghasilkan makna dalam kebingungan.

Argumen ini merupakan bagian dari sebuah studi baru dari Pew Internet & American Life Project.

Organisasi itu mewawancarai berbagai pemangku kepentingan teknologi dan kritikus lewat survei online tentang harapan sosial, politik, dan perubahan ekonomi lima tahun mendatang, dan salah satu pertanyaan yang berhubungan dengan efek dari mesin pencari seperti Google.

Tujuh puluh enam persen diantaranya mengatakan bahwa Google tidak akan membuat kita bodoh.

“Google memungkinkan kita untuk lebih kreatif dalam mendekati masalah dan lebih terintegrasi dalam pemikiran. Kita menghabiskan lebih sedikit waktu untuk mencoba mengingat dan lebih banyak waktu untuk menghasilkan solusi,” kata Paul Jones dari ibiblio.org di University of North Carolina Chapel Hill.

“Bagi orang-orang yang bersedia mengeksplorasi sumber-sumber baru dan argumen baru, bisa lebih baik,” tulis Oscar Gandy, seorang profesor di University of Pennsylvania. Pew juga meminta tanggapan Google.

“Google akan membuat kita lebih banyak informasi. Orang yang paling pintar di dunia bisa saja di belakang sebuah bajak di China atau India.”

“ Menyediakan akses universal terhadap informasi akan memungkinkan orang-orang untuk menyadari potensi penuh mereka, memberikan manfaat bagi seluruh dunia,” kata Hal Varian, kepala ekonom di Google.

Carr tentu saja benar bahwa Google menumbuhkan pemahaman data.

Tapi untuk memahami data baik untuk Google internal maupun bagi penggunanya tidak seperti bangunan artefak yang sama berulang kali pada jalur perakitan, melainkan memerlukan kreativitas, campuran dari pengetahuan yang luas dan mendalam, dan sejumlah koneksi ke orang lain.

Itulah yang dilakukan Google adalah berusaha untuk memfasilitasi,” kata Peter Norvig, direktur riset Google.