close
Nuga Tekno

“Go Pro” Makin Kehilangan Jati Diri

GoPro makin  kehilangan jati dirinya sebagai  perusahaan “high technologi.”

Penyebabnya, produsen kamera aksi ini berencana menyuguhkan fitur baru yang memudahkan pengguna memamerkan video secara instan, seperti kacamata pintar Spectacles dari Snapchat.

Di tahun ini, GoPro akan fokus mengembangkan formula ‘baru’ yang memungkinkan foto atau video yang direkam oleh kameranya bisa langsung diunggah di internet secara cepat tanpa perlu diolah besar-besaran, layaknya Spectacles.

Kacamata Spectacles sama seperti GoPro, ditenagai oleh kamera yang bisa langsung merekam video di sekitar pengguna.

Hanya saja Spectacles bisa langsung mengunggah video tersebut langsung ke media sosial Snapchat.

Selaras dengan fokus tersebut, GoPro nantinya akan membuat fitur yang mampu mengirim video menarik langsung ke ponsel pintar pengguna agar bisa dibagikan secara instan.

“Ini demi memangkas waktu untuk konsumen,” ujar sang CEO Nick Woodman kepada TechCrunch .

Woodman melanjutkan, “mereka tidak ingin meluangkan waktu untuk mentransfer data meski masih ada yang bersedia melakukannya, tetapi pengguna lainnya tidak ingin membuang waktu untuk mempelajari aplikasi. Mereka hanya ingin dapat menangkap rekaman dan mengunduhnya.”

Selama ini GoPro memang menjadi pilihan bagi para pencinta petualangan dan aktivitas penuh aksi lain, namun perusahaan merasa perlu meningkatkan layanannya agar terus memikat hati.

Saat ini, GoPro sedang mencari cara untuk memproduksi perangkat lunak yang dapat menilai menarik atau tidaknya suatu momen berdasarkan sinyal dan sensor di dalam perangkat.

Tujuannya, agar memudahkan pengguna berbagi konten dengan orang lain.

“Kami belum meluncurkan fitur ini. Anda bisa merekam video dengan GoPro dan memakai aplikasi kami untuk menyalinnya ke ponsel Anda, dan aplikasi itu membutuhkan waktu untuk mengolahnya.”

“ Jika Anda menggunakan algoritma yang sedang kami kembangkan untuk mengidentifikasi momen apa yang benar-benar menarik, Anda tinggal menyalin mereka, tak perlu seluruh file. Tentu ini akan lebih singkat,” imbuh Woodman.

Sekadar diketahui, GoPro sedang mengalami jatuh bangun sejak setahun belakang.

Mulai dari sahamnya yang terjun bebas hingga perusahaan yang dinilai minim inovasi.

Sebelum penutupan tahun, GoPro mengumumkan siap memangkas karyawannya, termasuk  posisi yang sudah ada sebelumnya dan posisi yang sejak awal dibuka untuk pegawai baru.

Presiden GoPro Tony Bates juga dilaporkan hengkang dari perusahaan pada akhir tahun lalu.

GoPro berencana kembali meluncurkan drone Karma Stabilizer setelah menarik seluruh produknya pada tahun lalu karena masalah baterai.

Perusahaan berharap tahun ini penjualannya kembali meningkat.

GoPro sedang mengalami perubahan struktur perusahaan.

Pemutusan hubungan kerja terhadap lima belas persen pegawai itu sudah termasuk posisi yang sudah ada sebelumnya dan posisi yang tadinya dibuka untuk karyawan baru.

Mengutip situs Engadget, perubahan struktur organisasinya juga memaksa GoPro menutup divisi entertainment, yang awalnya diproyeksikan bisa menyuguhkan konten layaknya perusahaan media.

‘Kejutan’ tak berhenti di situ. Presiden GoPro Tony Bates juga dilaporkan akan hengkang dari perusahaan pada akhir tahun lalu.

Namun, belum ada pernyataan resmi mengenai alasan mantan CEO Skype itu memutuskan keluar apakah disebabkan oleh performa perusahaan atau hal lain.

Pemangkasan tenaga keja GoPro pun dinilai akan menghambat perusahaan untuk kembali meraup keuntungan pada tahun ini.

Dari sisi upaya penjualan produk, selain gencar menjual banyak kamera aksi GoPro Hero 5, peruntungan lain pun sudah dilakukan dengan mengembangkan drone.

Drone bernama Karma ini seakan ingin menjadi pelengkap gaya hidup sehari-hari pengguna, sebab tujuan konsep foldable alias bisa dilipat adalah agar ia muat disimpan di dalam tas.

Hanya saja, selang beberapa pekan setelah dipasarkan, GoPro dilaporkan menarik drone Karma dari peredaran tanpa alasan pasti