close
Nuga Tekno

Gabriel Garcia Marquez Laman Google Hari Ini

Hari ini, Selasa, 06 Maret, laman mesin pencari Google menghadirkan doodle warna-warni dengan latar seorang pria  berkumis yang  penuh imajinasi.

Lantas?

Ya,  Google  memang sedang merayakan ulang tahun Gabriel Garcia Marquez

Gabriel Garcia Marquez adalah seorang novelis, jurnalis, penerbit, dan aktivis politik asal Kolombia.

Ia merupakan salah satu tokoh utama untuk gaya sastra yang diistilahkan “realisme magis”, yakni semacam cerita rakyat.

Hal ini yang coba dilukiskan Google Doodle hari ini.

Dalam keterangannya, Google menggambarkan doodle tersebut sebagai kota Macondo di tengah hutan Amazon yang lebat. Menembus celah kanopi hutan hujan yang lembab, tampaklah kota cermin.

Kota yang merupakan rumah bagi keluarga Buendia, dan tempat lahirnya berbagai keajaiban.

Mulai dari ikan kecil yang terbuat dari emas, kupu-kupu kuning raksasa, hingga kereta yang mendesis merdu di bawa ‘Blue Moon‘.

Satu-satunya tamu disana hanyalah sosok gipsi misteris yang meriwayatkan berbagai cerita aneh.

Keberanian Gabo yang tajam dalam mengangkat isu politik, menjadi salah satu alasan karya-karya non-fiksinya sangat fasih mendokumentasikan masa-masa dimana ia hidup.

Salah satunya adalah berita tentang penculikan, yang menjadi satu cerita Gabo paling terkenal.

Meski telah tiada, Gabriel Garcia Marquez tetap menjadi ikon budaya yang terus bersinar di dunia sastra dan jurnalistik terutama di Amerika Latin.

Karya legendaris yang membuat Gabriel Garcia Marquez tenar adalah “Kisah tentang Seorang Pelaut yang Karam”.

Ditulis bersambung di surat kabar pada masa itu, novel itu menceritakan kisah nyata tentang kapal karam akibat banyak barang-barang selundupan.

Basisnya sebagai jurnalis membuat Gabriel Garcia Marquez kerap menulis novel non-fiksi. Kendati begitu, ia juga rajin menelurkan novel yang dikategorikan fiksi, atau lebih tepat bersifat realisme magis.

Novel realisme magis dari Gabriel Garcia Marquez yang terkenal adalah “Seratus Tahun Kesunyian”, mengisahkan kehidupan di sebuah desa di Amerika Selatan yang terasing dan banyak menghimpun kejadian-kejadian aneh tetapi dianggap lumrah.

Cerita itu merupakan refleksi filsafat tentang hakikat waktu dan keterasingan. Secara garis besar, karya-karya Gabriel Garcia Marquez sering mengangkat tema usia lanjut, kematian, dan penguburan.

Gabriel Garcia Marquez adalah penerima Penghargaan Nobel dalam Sastra.

Lebih dari satu dekade setelahnya,  ia didiagnosa menderita kanker kelenjar getah bening.

Musibah itu mendorongnya menulis memoar berjudul “Hidup untuk Menceritakan Kisahnya” yang terbit pada dua ribu silam. Gabriel Garcia Marquez sendiri meninggal empat tahun lalu dalam usia delapan puluh tujuh tahun .

Peraih nobel Kesusastraan itu telah menulis lebih dari dua puluh lima buku.

Karya-karyanya secara luar biasa mampu membawa pembacanya ke dalam dunia realisme magis sehingga merasa berada di daerah tropis yang lembab.

Istilah realisme magis muncul karena gaya bertuturnya yang hidup dengan cerita mencampurkan kenyataan dan hal gaib. Selain itu ia juga menggunakan Bahasa Spanyol.

Karya-karya sastranya memuat potret sosial, politik, dan berbagai persoalan lainnya. Kemampuannya sebagai jurnalis juga berpengaruh pada tulisan-tulisannya yang tajam.

Dikutip dari The Guardian, ada lima novelnya yang wajib dibaca.

Pertama adalah One Hundred Years of Solitude mencatat tujuh generasi keluarga Buendía di desa Macondo.

Novel ini berkisah tentang gipsi kenabian dan pasangan kekasih yang melanggar adat desa itu. Novel ini merupakan buku yang paling cepat laris dalam waktu sekejap.

Buku ini pula yang meluncurkan Garcia Marquez pada ketenaran di seluruh dunia. Novel ini pula yang memicu perkembangan pesat literatur Amerika Latin.

Gabriel Garcia Marquez menghabiskan sepuluh tahun untuk meneliti kediktatoran Pinilla hingga Trujillo dan dari Franco hingga Peron.

Kemudian dia mencoba untuk melupakan semua yang telah dia dengar dan baca untuk menciptakan kisah yang dia buat dengan gayanya sendiri, “Sang Jenderal Semesta Alam”.

Novel ini dibuka dengan ditemukannya jenazah tiran yang tewas di lantai istana kepresidenan. Tiran ini lebih tua dari semua pria tua dan semua hewan tua di darat atau lautan.

Garcia Marquez mengeksplorasi rusaknya moral dan lumpuhnya politik. Dia menyebutnya dengan “puisi tentang kesendirian kekuasaan” atau poem on the solitude of power.

Terinspirasi dari masa pacaran orang tuanya sendiri, Love in the Time of Cholera menceritakan bagaimana cinta antara Florentino Arizo dan Fermina Daza. Hubungan keduanya digagalkan oleh pernikahan Fermina dengan seorang dokter yang mencoba membasmi kolera.

Sebuah novel lain mengisahkan masa-masa dalam bulan terakhir kehidupan Simon Bolívar. Simon Bolivar orang yang membebaskan Kolombia dari Spanyol pada awal abad kesembilan belas

Novel ini menyebabkan badai di Amerika Selatan ketika pertama kali diterbitkan.

Garcia Marquez memetakan perjalanan pemimpin revolusioner dari Bogota ke pantai Kolombia. Dia melukiskan potret seorang pria yang kelelahan secara fisik dan mental. Potret ini mencerminkan kenangan akan konflik dan perjuangannya.

García Marquez terus bekerja sebagai jurnalis. Alasannya pekerjaan ini membuatnya tetap berhubungan dengan dunia nyata.

Dalam novelnya ini pula, Garcia Marquez melihat kembali serentetan penculikan yang dilakukan kartel Medellín Cartel Kolombia Pablo Escobar pada sembilan puluhan

Tags : slide