close
Nuga Tekno

Ada Fitur “Swipe-up” di Instagram Stories

Banyak influencer dan penerbit yang menggunakan fitur “swipe-up” untuk menuntun “follower” mereka menuju situs web sebagai bagian dari promosi.

Sejumlah selebgram, influencer, toko online, atau media online yang kita ikuti di Instagram, kerap menampilkan opsi “swipe-up”  di bagian bawah layar.

Fitur “swipe-up” di Instagram Story memungkinkan pengguna untuk menuju ke sebuah laman web yang disematkan pemilik akun.

Dengan begitu, traffic atau kunjungan ke situs web tersebut akan terdongkrak.

Untuk sementara, fitur ini hanya tersedia untuk akun Instagram yang terverifikasi, atau akun Instagram untuk bisnis yang memiliki pengikut lebih dari sepuluh ribu akun.

Selebgram, influencer, atau pun penerbit berita, telah memanfaatkan fitur ini untuk memudahkan follower  mereka menuju ke laman situs web mereka, atau yang mereka iklankan.

Menurut Adam Wescott, mitra sekaligus co-founder Select Management Group, sebuah firma manajemen pencari bakat yang kerap bekerja sama dengan para influencer, mengatakan bahwa lebih dari lima puluh persen penjualan berawal dari Instagram Stories.

Inilah yang menjadi daya tarik bagi para influencer dan media, menilai Instagram Stories lebih efisien dibanding membagikan artikel di Facebook.

Salah satunya adalah First Media, salah satu penerbit yang menargetkan wanita milenial.

Mereka memanfaatkan fitur tautan Instagram Story untuk menarik lebih banyak orang-orang untuk berlangganan ke newsletter platform mereka lainnya, termasuk So Yummy yang kerap membagikan resep makanan berupa video.

Menurut Yuval Rechter, Head of Digital First Media, tautan tersebut rata-rata berhasil menggaet dua koma persen dan menghasilkan sekitar sepuluh hingga lima belas persen pelanggan newsletter mereka.

“Ketika Anda melihat(Instagram Story So Yummy, Anda biasanya melakukannya (membuka tautan Instagram Story) setiap hari. Jadi, Anda akan lebih terhubung dengan merek, jelas Rechter s

Setali tiga uang dengan First Media, majalah ternama National Geographic pun melakukan cara pemasaran yang sama. Mereka sadar betul jika media sosial menjadi alat yang cukup manjur untuk menarik pelanggan saat ini.

Instagram menjadi salah satu wadah untuk menarik  delapan puluh tujuh juta follower akun National Geographic untuk mengunjungi situs web mereka.

Editor fotografer senior National Geographic, Vaughn Wallace, mengatakan jika mereka menggunakan tautan Instagram Story sebagai portal menuju semua situs web kanal majalah mereka.

Termasuk kampanye bersama National Audubon Society untuk meningkatkan kesadaran akan pelestarian burung.

Dalam tautan yang mereka cantumkan ke Instagram Stories, mereka mengajak para pengikut mereka untuk berlangganan “Year of the Bird”, dengan mendaftar melalui e-mail.

Setelah mendaftar, mereka juga akan menerima informasi terbaru seputar fauna burung dari National Geographic.

Namun, Wallace mengaku jika National Geographic tidak pernah meminta pengikutnya untuk berlangganan ke majalah cetak mereka melalui Instagram Stories.

Meski begitu, Wallace mengamati terjadi penyusutan follower yang melakukan swipe-up. Wallace menduga, pola menarik klik dari swipe-up terlalu sering digunakan untuk memajang iklan, bukan informasi.

Akibatnya, pengguna pikir-pikir untuk membuka tautan yang berasal dari fitur itu.

“Hal itu banyaknya Instagram Stories dengan tautan) membuat para pengguna untuk melewatkan saja apapun yang meminta mereka untuk swipe-up”, ujar Wallace.

Terlebih, jika fitur tersebut terlalu sering dipakai, konten berisi informasi menjadi mirip dengan iklan. Itu sebabnya, media lain seperti Quartz, melakukan pendekatan berbeda.

Salah satu target penerbit ini di tahun ini, menurut Direktur Editorial Quartz, Sari Zeidler, adalah mendongkrak jumlah follower di Instagram.

Membuat konten Instagram Stories yang lebih atraktif pun bakal dilakoni Quartz.

Ke depannya, konten Instagram Stories Quartz lakan ebih banyak menyampaikan informasi, dibanding meminta pengguna berlangganan ke newsletter terus menerus menggunakan fitur swipe-up.

Fitur swipe-up tentu punya banyak sisi positif, namun para influencer dan media, tentu perlu menganalisis alasan turunnya jumlah follower yang mengklik tautan di Stories.

Alasannya, bisa jadi karena bosan untuk swipe-up, atau malah tidak mengetahui adanya tautan tersebut.