close
Nuga Tekno

Facebook Kini Mulai Ditinggalkan Pengiklan

Skandal penyalahgunaan dan kebocoran lima puluh juta data pengguna Facebook terus berbuntut panjang.

Mozilla jadi perusahaan besar pertama yang menyatakan diri akan mulai menarik iklan dari platform media sosial tersebut.

Dalam postingan di blog perusahaan, Mozilla mengonfirmasi kabar tersebut. Skandal Cambridge Analytica jadi alasan Mozilla membuat keputusan untuk setop beriklan di Facebook.

“Skandal Cambridge Analytica membuat kami menelaah lebih dalam peraturan privasi default Facebook,” tulis Mozilla.

“Meski begitu kami percaya masih ada banyak hal untuk dipelajari, kami menemukan hal mengkhawatirkan seperti akses terbuka ke banyak data – khususnya yang berkenaan dengan pengaturan aplikasi ke pihak ketiga.”

Namun begitu, Mozilla nampaknya tidak sendiri. Sejumlah perusahaan yang beriklan di Facebook juga menyatakan tengah mempertimbangkan untuk menghentikan beriklan di platform tersebut.

Dilaporkan The Times, Incorporated Society of British Advertisers atau ISBA di Inggris telah meminta pertanggungjawaban Facebook atas penyalahgunaan data penggunanya.

ISBA juga dikabarkan meminta waktu untuk bertemu langsung dengan Mark Zuckerberg untuk meminta penjelasan dan mempertimbangkan langkah seperti yang ditempuh Mozilla.

“Ketika kami bertemu dengan Facebook nanti, kami ingin memahami ruang lingkup penyelidikan yang telah diungkapkan Zuck kemarin,” ungkap direktur jenderal ISBA Phil Smith.

ISBA sendiri merupakan badan perdagangan yang berbasis di Inggris yang mewakili lebih dari tiga ribu merek, termasuk P&G dan Unilever.

Mereka tengah mempertimbangkan rencana untuk menarik ratusan juta dolar uang iklan yang mengalir ke Facebook

Cambridge Analytica, perusahaan analisis data yang tersandung kasus pencurian data 50 juta pengguna Facebook dikabarkan menggunakan layanan email yang diproteksi.

Layanan email yang diotomasi ini digunakan untuk menutupi jejaknya ketika melakukan korespondensi antara perusahaan dan pihak ketiga.

Dilansir dari Mashable, investigasi Channel 4 News menunjukkan email yang menggunakan provider email ProtonMail ini diatur agar bisa menghapus sendiri setelah dua jam.

Kepada Channel 4 News, CEO Cambridge Analytica Alexander Nix mengungkapkan dengan menggunakan email tersebut tak akan lagi bukti, jejak kertas dan bukti lainnya.

Sementara itu para pemakai Facebook kini diingatkan untuk melakukan pengaman akun.

Langkah pengamanan ini dilakukan pengguna ketika membuat email yang mengakses ProtonMail.

Pengirim bisa mengatur sendiri tanggal dan jam masa tenggat email berakhir.

Hitung mundur waktu email hilang akan dimulai ketika email terkirim. Namun, perlu diingat fitur email hilang sendirinya ini hanya berlaku dari akun ProtonMail ke ProtonMail.

Email tidak akan hilang dengan sendirinya apabila pengirim mengirimkan email ke akun Gmail. Sehingga, CA mendorong calon kliennya untuk membuat akun ProtonMail terlebih dahulu.

Dalam pembuatan akun, pengguna memiliki empat opsi pilihan berlangganan, yakni Free, Plus, Visionary dan Business.

Keempat opsi ini memiliki penawaran fitur yang berbeda-beda. Misalnya, dengan opsi Free maka pengguna hanya bisa memiliki 500Mb penyimbangan, 150 pesan per hari dan dukungan fitur terbatas.

Sedangkan plan Plus menawarkan ragam fitur salah satunya kirim pesan terenkripsi ke penerima ekternal hingga menggunakan nama domain sendiri. Namun, pelanggan harus membayar sebesar 4 euro per bulan atau 48 euro per tahun.

Pilihan paling mahal adalah plan Visionary dengan harga 24 euro per bulan atau 288 euro per tahun. Kelebihan akun ini adalah dukungan 10 domain hingga dukungan multi-user 5 total.

Plan termahal ini pun memungkinkan pengguna mengirimkan pesan terenkripsi ke penerima eksternal atau akun non-ProtonMail. Pengguna bisa menuliskan email, namun memilih opsi enkripsi sebelum mengirimkan pesan,

Selanjutnya, ProtonMail akan meminta pengguna membuat kata sandi untuk pesan itu. Anda harus mengomunikasikan kata sandi itu ke penerima yang dituju.

Penerima akan menerima tautan ke pesan terenkripsi yang dilengkapi dengan waktu penghapusan otomatis yang ditentukan. Dengan cara ini, isi pesan yang dienkripsi tidak akan hidup di server Google.

Perusahaan asal Swiss ini pun menyediakan tambahan Plan untuk pelaku bisnis dengan memprovide host yang terenkripsi. Lebih lanjut, ProtonMail tidak dapat digunakan untuk mengirim spam/ email yang tidak diminta atau untuk email massal.

Dengan platform inilah Cambridge Analytica melakukan komunikasi tanpa terdeteksi

Sementara itu, CEO dan co-founder Path, Dave Morin mengumumkan akan membangun ulang Path. Hal ini dilakukan setelah pihaknya mendapat permintaan dari berbagai pihak.

Permintaan ini datang terutama terkait dengan skandal penyalahgunaan data pengguna Facebook menerpa. Ia pun meminta warga Twitter untuk mengontaknya jika tertarik dengan ide membangun ulang Path.

Setelah cuitannya terbit, tanggapan positif pun berdatangan. Diantaranya dari Mike DiCarlo mantan Direktur Teknik Path, salah seorang angel investor Jason Calcanis, dan founder Layer, Ron Palmeri.

Mereka berminat untuk berkolaborasi atau berinvestasi untuk mendukung usaha Path ini, demikian dilaporkan The Next Web.

Kondisi Facebook yang terpuruk setelah kasus ini mencuat membuat perusahaan itu kehilangan pendapatan valuasinya dan sahamnya merosot.

Kondisi ini diperparah dengan kampanye untuk bersama-sama menghapus akun facebook lewat tagar #deletefacebook, yang didukung oleh berbagai tokoh didunia termasuk pendiri WhatsApp Brian Acton.

Path kabarnya sempat menolak pinangan akuisisi dari Google dan lebih memilih akuisisi perusahaan internet asal Korea Selatan, Daum Kakao

Morin dulunya merupakan mantan karyawan dari Facebook, dan bertanggung jawab dalam pembuatan platform pengembang Facebook Connect.

Facebook Connect adalah yang memungkinkan perusahaan aplikasi untuk mengumpulkan data dari pengguna seperti yang dilakukan oleh Cambidge Analytica untuk mendapatkan lima puluh juta profil pengguna.

Namun Morin sudah bertahun-tahun lamanya meninggalkan Facebook, saat Facebook Connect mulai diekploitasi untuk memanen data demi keuntungan perusahaan.