close
Nuga Tekno

Bumi Pernah Jadi “Neraka”

Teori tentang eksistensi Bumi sebagai planet Biru yang layak huni tak pernah habisnya sebagai kajian ilmu. Eksistensi unsur baru Bumi terus mengalir dalam temuan para ilmuwan. Ada yang mengatakan, dulunya bumi bagian dari Mars. Ada teori yang menegaskan, kuatnya unsur atom dalam bumi.

Teori terbaru tentang Bumi yang datang dari para peneliti University of Bonn, Jerman, seperti dikutip New Scientist, mengatakan, dulu, Bumi adalah “neraka”, panas dan tak mampu mendukung kehidupan.

Namun, kondisi serupa neraka itu tak berlangsung lama dalam skala astronomi. Bumi kemudian berubah menjadi planet biru yang ramah.

“Neraka” di Bumi awalnya diperkirakan berlangsung pada 600 juta tahun awal umur Bumi. Periode itu disebut Hadean. “Ini adalah periode sejarah Bumi saat planet kita masih muda, panas, seperti neraka dan tak mendukung kehidupan,” kata Judit Coggon dari University of Bonn, Jerman, seperti dikutip New Scientist..

Namun, periode tersebut diperkirakan hanya berlangsung sekejap. Studi terbaru yang dilakukan oleh Coggon dan timnya mengungkap bahwa Bumi mungkin menjadi surga kehidupan dan berubah menjadi planet biru lebih awal dari yang diduga sebelumnya.

Pemodelan sebelumnya menyatakan, logam seperti emas dan platinum disebut juga unsur-unsur yang cinta besi, yang larut di besi yang meleleh akan langsung tenggelam ke inti Bumi yang kaya besi begitu terbentuk.

Unsur tersebut dikirim ke Bumi dari antariksa oleh asteroid dan komet. Ilmuwan memperkirakan, bombardir asteroid dan komet yang mengirim unsur itu terjadi 3,9 miliar tahun lalu. Saat itu, air dalam bentuk es juga dikirim ke Bumi.

Coggon yang melakukan analisis kimia batuan di Greenland mengungkap bahwa Bumi sudah kaya emas dan platinum sejak 4,1 miliar tahun lalu. Artinya, proses dikirimnya emas, platinum, beserta air yang membentuk lautan di Bumi mungkin sudah terjadi sebelumnya.

Coggon dalam studinya yang dipublikasikan di Nature Geoscience, 21 Agustus 2013 lalu, memperkirakan, Bumi sudah kaya lautan sejak 200 juta tahun setelah terbentuk. Artinya, “neraka” di Bumi berlangsung sangat singkat dan kehidupan ada jauh lebih awal dari yang diduga.

Teori tentang Bumi adalah “neraka” merupakan kelanjutan dari asal muasal planet Biru ini. Dari mana kita semua berasal? Studi terbaru mengungkapkan bahwa kehidupan di Bumi mungkin berasal dari Mars.

Baru-baru ini, ilmuwan menganalisis sebuah meteorit yang berasal dari Mars. Mereka menemukan adanya unsur bernama Molybdenum dalam bentuk yang telah teroksidasi.

“Hanya bila Molybdenum ada dalam bentuk yang sangat teroksidasi maka unsur itu bisa memengaruhi permulaan kehidupan,” kata Steven Benner dari Westheimer Institute for Science and Technology di Florida.

Molybdenum dalam bentuk yang sangat teroksidasi tidak bisa ditemukan di Bumi purba. Sebabnya, bumi pada awal terciptanya kehidupan, sekitar 3 miliar tahun lalu, miskin unsur oksigen.

Para peneliti percaya, unsur Molybdenum yang teroksidasi itulah yang mendorong terciptanya makhluk hidup di Bumi.

Molekul organik memang syarat utama terciptanya kehidupan. Namun, molekul ini butuh pemantik lain sehingga kehidupan benar-benar tercipta. Kehidupan terbentuk hanya dengan penambahan Boron dan Molybdenum.

Boron akan membantu terbentuknya cincin molekul karbohidrat. Sementara Molybdenum membantu menyusun unsur gula ribosa, yang kemudian menjadi bagian dari Asam Ribonukleat (RNA), materi genetik yang dipercaya eksis sejak awal kehidupan. Ilmuwan percaya, pada awal kehidupan, belum ada Asam Deoksiribonukleat.

“Analisis pada meteorit Mars baru-baru ini menunjukkan bahwa obyek itu memiliki kandungan Boron. Kami sekarang percaya bahwa bentuk Molybdenum yang teroksidasi juga ada di sana,” kata Benner seperti dikutip Space, Kamis (29/8/2013).

Menurut peneliti, RNA sulit berada di Bumi pada masa awal kehidupan. Pasalnya, Bumi saat itu sudah kaya air yang justru bersifat merusak RNA.

Dengan demikian, peneliti menganggap bahwa kehidupan sebenarnya tercipta di Mars lebih dahulu. Kemudian, kehidupan dibawa ke Bumi lewat meteorit. Skenario ini mungkin karena beberapa mikroba diyakini mampu bertahan dalam perjalanan antariksa.

Benner memaparkan hasil penelitiannya di Goldschmidt Geology Conference di Florida, Kamis kemarin.