close
Nuga Tekno

Bulan Menyusut Akibat Aktifitas Bumi

Laman situs “Geology,” sebuah jurnal ilmiah prestise, memberi kejutan dalam laporan terbarunya, bahwa Bulan telah menyusut sejak lima tahun terakhir akibat meningkatnya aktifitas Bumi.

Sebagai satelit dari Bumi, pengaruh grativasi juga membuat Bulan kian menyusut. Bersamaan ditemukannya kerak yang membuatnya mengalami retak.

Tim ilmuwan ini, seperti ditulis “Geology,” sudah pernah melaporkan penyusutan Bulan sejak 2010, ketika sekelompok peneliti yang dipimpin Thomas R. Watters dari Smithsonian National Air and Space Museum mengambil gambar retakan Bulan tersebut dari pesawat robotik Lunar Reconnaissance Orbiter milik NASA.

Mengutip situs Washington Post, mereka awalnya menemukan empat belas lereng curam sepanjang hampir sepuluh kilometer yang terbentuk dari kerak panas yang retak dan mencair ketika sudah membeku.

Kontraksi dari proses pendinginan kerak Bulan memaksa mantel dan permukaannya seperti melebur, sehingga muncul penyimpangan yang mengakibatkan Bulan menyusut.

Watters meyakini bahwa lereng tersebut usianya tak sampai miliaran tahun. Diketahui Bulan berusia empat miliar tahun, sehingga kerak yang mengalami retak itu terbilang masih baru.

“Berdasarkan ukuran lereng, kami memperkirakan bahwa jarak antara inti Bulan dan permukaannya telah menyusut sebanyak sembilan puluh satu meter,” ujar Watters di dalam pernyataan pada 2010 silam.

Sampai dengan tahun ini, Watters kembali menyatakan bahwa lereng di Bulan itu seharusnya bersifat acak, namun nyatanya lereng tersebut terbentuk sesuai polanya.

Ia lalu mengatakan bahwa tarikan gravitasi Bumi berpotensi membantu penyusutan Bulan.

Pesawat robotik LRO mengidentifikasi, kini lereng curam di Bulan sudah bertambah menjadi tiga ribu dua ratus di mana posisi lereng tersebut sesuai dengan kekuatan pasang surut dari Bumi terhadap Bulan.

“Temuan ribuan lereng curam baru yang dipengaruhi oleh daya pasang surut Bumi merupakan dimensi baru yang menarik bagi pemahaman kami tentang hubungan dekat antara planet kita ini dengan sang rembulan,” kata Watters lagi.

Kamera Earth Polychromatic Imaging buatan NASA berhasil merekam gerak Bulan saat mengitari Bumi.
Sisi gelap Bulan pun terlihat jelas.

Kamera yang ditempel pada satelit Deep Space Climate Observatory itu menangkap gambar unik dari Bulan yang bergerak ke sisi depan Bumi.

Kumpulan foto tersebut kemudian diolah NASA menjadi gambar bergerak dalam animasi singkat.
Dari sini kemudian terlihat sisi lain Bulan yang selama ini tak bisa terlihat dari Bumi.

“Betapa mengejutkannya mengetahui Bumi itu lebih terang dari Bulan. Planet kita memang sebuah objek yang brilian digelapnya ruang angkasa dibanding permukaan Bulan,” kata Adam Szabo, salah satu ilmuwan NASA untuk proyek Goddard Space Flight Center di Greenbelt, Maryland.

Animasi singkat itu akhirnya diberi julukan bahwa Bulan melakukan “photobombing” terhadap Bumi. “Photobomb” adalah istilah lelucon di mana orang sengaja menyelinap ke objek yang hendak difoto.

Saat diambil, posisi Bulan diketahui sedang melintas melewati Samudera Pasifik dekat Amerika Utara.

DSCOVR merupakan proyek kolaborasi antara NASA, Angkatan Udara AS, dan National Oceanic and Atmospheric Administration.

Proyek DSCOVR menghabiskan dana sekitar besar dan bertugas mengorbit Matahari di titik langsung antara Bumi dengan Matahari sendiri. Perannya adalah sebagai sistem penghangatan untuk badai surya yang kacau.