close
Nuga Tekno

Aplikasi Android Bisa Jalan di Chromebook

Google membocorkan kerja besarnya berupa pengembangan aplikasi-aplikasi Android yang  bisa dijalankan pada komputer yang bersistem operasi Chrome

Bocoran  informasi sengaja dibuat Goofle dalam Chromebook.

Dalam bocoran itu diungkapkan, pengguna Reddit  menemukan sebuah opsi yang memungkinkan Chromebook  bisa menjalankan aplikasi Android.

Opsi bernama “Enable Android apps to run on your Chromebook” berhasil ditemukan pada menu pengaturan di Chrome OS versi 51.

Namun, tak lama setelah menu setting dibuka, opsi tersebut hilang secara otomatis sehingga pengguna tak lagi bisa menemukannya.

Meski secara fisik hilang, pemilik akun Reddit TheWiseYoda sempat membuka kode sumber Chrome OS versi 51 dan menemukan kalimat yang menunjukkan bahwa fitur tersebut sejatinya tetap ada.

“Over a million apps and games now available on your Chromebook” dan “Choose from over a million apps and games on Google Play to install and use on your Chromebook”.

Dengan adanya fitur ini, bisa jadi pengguna Chrome OS pun dapat mengakses Google Play Store untuk memperoleh berbagai aplikasi Android.

Hal ini akan membuat fungsionalitas Chromebook semakin baik mengingat tak banyak orang yang mengembangkan aplikasi untuk platform Chrome OS.

Saat ini, fitur tersebut nampaknya baru tersedia untuk versi developer. Itu pun masih belum bisa digunakan.

Kemungkinan, Google baru mengumumkan keberadaan fitur tersebut pada konferensi Google I/O yang diadakan pada Mei mendatang.

Sebelumnya, pada dua tahun lalu, Google sudah berhasil merayu sejumlah perusahaan agar membuat aplikasi Android yang bisa berjalan di Chrome OS –seperti Vine, Evernote, dan Duolingo– sebagai bagian dari uji coba yang dilakukan hingga April tahun  lalu.

Tak lama berselang, pada di September-nya, Google pun meluncurkan aplikasi ARC  Welder yang berfungsi sebagai ‘jembatan’ antara Chrome OS dan Android.

Sistem operasi Chrome selama ini terpasang di personal computer (PC) rencananya akan dilebur menjadi satu dengan Android.

Rencana itu dijadwalkan rampung tahun depan.

Google nantinya hanya memiliki satu sistem operasi di pasar dan menjadikan Android sebagai OS dasar untuk semua perangkat jenis ponsel pintar, tablet, hingga PC.

Sementara itu media terkenal di New York, Wall Street Journal mewartakan, dari sumber yang tak ingin disebut namanya, Google akan memperkenalkan versi awal dari OS Android terpadunya itu tahun depan.

Keputusan ini dinilai seharusnya bisa menyatukan upaya tim software perusahaan untuk semakin mengembangkan sistem operasinya agar lebih memikat para pengembang pihak ketiga.

Google sendiri telah menggabungkan tim kerja Chrome dan Android ke dalam satu payung divisi manajemen sejak dua tahun silam.

Sistem operasi Chrome selama ini menjadi dasar peranti lunak yang berjalan di komputer konvensional dan perangkat PC Chromebook, sementara Android diperuntukan untuk perangkat seperti tablet dan ponsel pintar yang kemudian diperluas lagi untuk jam tangan pintar dan televisi.

Google pun nantinya akan mengganti nama komputer notebook Chromebook begitu perusahaan memasukan versi baru Android, namun memang belum ditentukan apa nama penggantinya.

Pihak Google menolak untuk memberi tanggapan soal keputusan ini.

Semakin tinggi pohon, semakin kencang angin menerpa. Semakin populer Android, makin kencang serangan siber menerpanya.

Google mau tak mau harus menancapkan pondasi yang kuat untuk menjaga keamanan agar apa yang telah dia bangun Android tidak rubuh diterpa program jahat.

Google punya cara baru untuk membuat Android lebih aman, yaitu dengan memindai 6 miliar aplikasi Android setiap hari pada ponsel pintar di seluruh dunia untuk mencari program berbahaya.

Ini semua terungkap dari laporan tahunan yang memperlihatkan kondisi keamanan Android. Itu semua dilakukan untuk mencari aplikasi yang berpotensi berbahaya atau mereka sebagai Potentially Harmful Apps

Perusahaan mengatakan pemindaian ini melibatkan empat ratus  juta perangkat per hari, namun tidak jelas pemindaian tersebut dilakukan secara otomatis atau diprakarsai oleh pengguna, atau kombinasi keduanya.

Yang jelas, Google mengatakan aplikasi PHA terinstal pada kurang dari dari seperempat  persen perangkat Android yang selalu mendapatkan aplikasi dari Google Play Store.

Namun, jika pengguna mendapatkan aplikasi dari toko pihak ketiga, maka potensi terjangkit oleh program jahat bisa lebih besar.

Google sendiri berupaya meningkatkan keamanan sistem operasi Android agar privasi lebih terjaga, termasuk melakukan konfirmasi untuk aplikasi yang hendak mengakses informasi pribadi seperti kontak pada versi sistem operasi Marshmallow.

Pada Juni tahun lalu, Google juga membuka sayembara peneliti keamanan bagi peretas untuk menemukan celah berbahaya pada Android.

Tags : slide