close
Nuga Sport

Wawancara Valentino Rossi: “Saya Sudah Tua….”

Setelah dua musim di Ducati yang membuatnya “setengah gila,” bahkan pernah memutuskan dengan separuh hati akan meninggalkan arena balapan,  Valentino Rossi, menjalarkan kabar  gembira dengan pencapaiannya pada seri pembuka MotoGP 2013 di Sirkuit Losail, Qatar.

“The Doctor”  tidak hanya sukses meraih  podium nomor dua, berada di belakang rekan setimnya di Yamaha, Jorge Lorenzo, tapi juga mengembalikan ingatan banyak orang ke masa lalu ketika ia mempertontonkan kemahirannya bersaing dengan Marc Marquez, rookie” Repsol Honda,  di enam lap yang mendebarkan.

“Motto GP  kembali kagairahnya setelah dua musim membosankan,” tulis portal “G Pone” yang mewawancarai juara dunia tujuh kali MotoGP tersebut.  Di Losail, tulis “G Pone” untuk pertama kalinya  Rossi memperlihatkan aksi yang sangat impresif. Dia melakukan itu di usia 34 tahun dan hampir tidak mungkin dilakukan oleh pebalap mana pun yang pernah ada,

Dulu, tulis web itu, diawal karirnya di Motto GP,  Rossi mempertontonkan itu bersama Max Biaggi. Empat tahun lalu ia bersaing dengan Jorge Lorenzo. Kini, kita hampir tidak percaya hal yang sama ia mampu melakukannya dengan “rookie” berusia 19 tahun, Marc Marquez. Suatu yang musykil telah ia lakukan.

Untuk mengetahui lebih dekat bagaimana Valentino Rossi bisa membuat efouria itu, “G Pone” mewawancarainya secara khusus  dengan sebuah gelitik tentang perasaannya yang  ia jawab,”Saya tak merasakan hal ini sejak 2009, sejak saya cedera bahu dan kaki.”

Inilah wawancara “G Pone” dengan “The Doctor,”

Lama ya, Anda menunggu  naik podium?

 Sejak November. Ketika saya pindah dari Ducati, targetku adalah finis di podium di Qatar. Setelah pemanasan, saya tahu bahwa kecepatanku cukup bagus untuk bertarung di posisi kedua.

Anda pernah melakukan sebuah kesalahan yang hampir membuat Anda celaka?.

Ketika saya menyalip Dovizioso, saya tak berpikir melebar di tikungan, tetapi tiba-tiba saya mendapatkan Pedrosa di depanku. Mungkin dia mengambil sudut tikungan itu dan saya terlalu antusias (tertawa). Saya memulai lomba dengan yakin karena saya tahu bisa bagus. Tetapi saya melakukan kontak dengan Dani dan saya menekuk pelindung rem saya pada roda belakangnya sehingga bagus! Hanya beberapa sentimeter lebih ke samping dan saya akan berada di tanah.

Waktu itu Anda  kan  tertahan di belakang Bradl.

Setelah kontak kecil dengan Pedrosa itu, saya sedikit terguncang dan ingin tetap tenang, tetapi saya kehilangan terlalu banyak waktu di belakang Stefan. Yamaha sempurna ketika tak ada penghalang di trek setelah itu, tetapi sulit melewati para pebalap Honda karena mereka bisa mengandalkan akselerasi yang lebih baik.

Ketika Anda melewatinya, pada awalnya Anda tak mendapatkan para pebalap di depan. Mengapa?

Saya perlu memahami limitku dan mengetahui seberapa jauh mereka yang berada di depan. Kemudian saya mulai membuat catatan waktu lap dalam rentang 1 menit 55 detik dan saya melihat mereka makin dekat. Ketika Anda mulai melihat jaraknya dekat, maka memberikan Anda motivasi tambahan dan saya mulai menikmatinya. Paruh kedua balapan selalu lebih baik bagiku; ketika ban mulai sliding dan saya merasa bagus berada di atas motor, saya bisa mendapatkan itu tambahan sepersepuluh detik. Dan motorku sempurna.

Bagaimana pertarungan  Anda  dengan Marc Marquez. Keras sekali ya?

Ketika saya melihat bahwa saya bisa mendapatkan mereka, saya mencoba menghemat sedikit energi untuk pertarungan terakhir. Saya tahu bahwa Marc akan sulit, tetapi saya juga selalu kuat dan saya tak membuat sedikit kesalahan.

Dia kan rookie. Anda tahu itu. Dan dia agresif.  Apakah tidak khawatir bila terjadi  insiden?

 Agak kontras, saya sangat menikmati pertarungan dengannya. Dia seperti saya: dia tak keberatan mengenai diserang, dia malah siap membalas. Dia membuatnya menyenangkan bagiku. Kami berdua memberikan segalanya dan sangat fair serta mendapatkan pertarungan yang berat.

Nampaknya debut  Anda  di MotoGP akan baik

Tentu saja. Merupakan hal yang bagus mencoba mengalahkannya sesering mungkin selama paruh pertama musim karena takkan mudah melakukannya di paruh kedua (tertawa).

Kalau tidak ada kesalahan apa mungkin Anda bisa meraih kemenangan?

Saya pikir posisi yang riil bagiku adalah kedua. Lorenzo seperti komputer dan saya angkat topi untuknya. Saya bertanya kepadanya apakah dia merasa kesepian selama 22 lap tanpa orang lain di sekitarnya (tertawa). Kami harus tetap bekerja supaya mengalahkan Jorge, terutama pada kecepatan lap. Saya tak bisa bertahan semenit lebih lambat pada kualifikasi! Saya masih kehilangan keyakinan itu dengan M1 yang dia dan Crutchlow miliki, dan yang memungkinkan Anda mendorong lebih dari 100 persen ketika ingin cepat.

Bagaimana dengan format baru kualifikasi.

Saya sudah tua dan pada usia tertentu Anda perlu waktu tambahan untuk penyesuaian dengan perubahan (tertawa).

Pedrosa kesulitan, terkejut melihatnya?

Saya tak berpikir Dani ingin mengambil risiko saat ini dan dia menunggu momen yang tepat untuk menyerang. Kemudian, ketika dia melihat tiga lap terakhir antara saya dan Marc, dia mungkin berpikir lebih baik mempertahankan jaraknya.

Dibanding dengan di Welkom 2004,  Yamaha lebih baik ya?

 Waktu itu saya memenangi balapan dan menang selalu menjadi hal yang berbeda, emosi yang spesial. Tetapi sekarang saya berlomba dengan lawan yang luar biasa dan levelnya sangat tinggi. Saya hampir mendapatkan balapan yang sempurna dan saya sangat senang.

Dua minggu Anda pergi ke Texas, Anda kesulitan selama uji coba?

 Saya pikir saya akan lebih kompetitif dibandingkan saat uji coba karena kami mendapatkan pengesetan yang saya sangat suka. Saya mengincar podium meskipun saya tahu balapannya akan sulit. Tetapi kemudian kami kembali ke Eropa dan trek-treknya lebih cocok bagiku dan M1.

Ada apa?

Jujur, saya tak tahu (tertawa). Ini ide yang datang dariku. Di sana merupakan trek yang saya sangat suka dan di mana saya belajar membalap.”