close
Nuga Sport

Rossi Pensiun, Bagaimana Popular MotoGP

Valentino Rossi menjalani musim kedua puluh empat di MotoGP pada saat balapan di Qatar digelar  awal Maret lalu. Usianya pun sudah genap empat puluh tahun pada  Februari lalu.

Meski belum mengungkapkan kapan bakal pensiun, tapi Rossi tak menampik masa itu bakal tiba. MotoGP yang sudah digeluti Rossi  tentu bakal kehilangan sosok berpengaruh dan populer.

Apakah pensiunnya Rossi bakal membuat popularitas MotoGP merosot?

Rossi menilai tak akan terjadi apa-apa dengan MotoGP setelah dirinya pensiun nanti.

Dia meyakini balapan di MotoGP bakal tetap normal. Apalagi bintang-bintang baru di MotoGP termasuk juga mantan murid Rossi sudah bermunculan.

“Kalau saya pensiun, tak akan ada yang bakal berubah. MotoGP tetaplah MotoGP. Saya senang MotoGP jadi lebih dikenal saat saya masih membalap, mungkin bos Dorna harus memberi saya sejumlah uang untuk itu,” ujarnya seperti dikutip speedweek.

Rossi mengatakan tekanan terbesar yang dijalaninya selama membalap di MotoGP yaitu tekanan untuk meraih kemenangan. Termasuk sekarang dimana Rossi masih mencari kemungkinan untuk rebut gelar ke-sepuluhnya di kejuaraan balap dunia.

“Tekanan terbesar selalu saat Anda mengejar kemenangan. Saya selalu berpikir sejauh mana saya akan berkiprah,” ujarnya.

“Menjadi ikon MotoGP tentu sesuatu yang saya banggakan, ini hal bagus. Saya sudah membantu motorsport berkembang karena orang membalap gara-gara saya, itu positif.”

Rossi tak menampik terkadang dihadapkan dengan rasa bosan. Namun kecintaannya kepada balapan bisa menghilangkan itu.

“Saya selalu ingin membalap dan kalau menjadi selebritas ganjarannya, itu oke-oke saja buat saya,”ucapnya.

Kembali soal kapan pensiun, Rossi mengaku belum pernah memikirkannya. Bagi dia, itu keputusan yang sangat sulit.

Namun dia sudah punya masa depan apa yang akan dijalaninya setelah berhenti balapan.

“Saya ingin punya satu keluarga, setidaknya saya punya atu orang anak. Setelah itu kita tunggu saja,” ujarnya.

alentino Rossi tak diragukan lagi menyandang status salah satu pembalap MotoGP terbaik dalam sejarah.

Bagaimana tidak?

Sembilan gelar dunia,  telah diarihnya selama  berkarir di ajang Grand Prix.

Meski begitu, karier Rossi tak selalu gemerlap. Ia sendiri mengakui ada pula momen buruk yang membekas di hatinya, namun ia menyebutnya sebagai hal normal dalam perjalanan kariernya di lintasan balap MotoGP.

“Saya suka gelar  lima belas tahun lalu saat menang pertama kali dengan Yamaha. Tapi saya juga suka , saat pindah ke Bridgestone. Mungkin sensasinya tak sama, tapi menurut saya itu hebat, usai dua tahun tanpa gelar. Saat itu, orang mulai berkata, ‘Oh, kau sudah tua, kau sudah punya lima gelar, kau sudah habis’,” ucap Rossi, seperti dilansir Speedweek.

“Jadi mampu membuktikan anggapan mereka salah sungguh emosional. Saya juga suka gelar terakhir, karena itu kesempatan terakhir pula,” ujarnya.

Kini setelah berusia empat puluh tahun, ternyata Rossi masih punya semangat tinggi untuk meraih gelar dunia kesepuluh.

Proses mencari motivasi pun tak mudah, mengingat ia juga harus menghadapi kritik-kritik tajam yang menyebutnya sudah tua dan masanya sudah habis.

Meski begitu, rider Italia ini mengaku sudah terbiasa mendengar opini para haters.

“Lebih dari sepuluh tahun, orang kerap berkata pada saya bahwa masa saya sudah habis. Ini sudah terjadi saat saya masih berusia tiga puluh tahun, dan sejak itu tak pernah berhenti. Ini lucu, karena setiap kali saya menjalani balapan yang buruk, orang selalu bilang, ‘Ia sudah tua, ia harus berhenti’. Sialan,  satu hingga dua balapan semestinya sudah cukup bagi mereka berkata begitu. Tapi beginilah hidup,” ungkapnya.

Rossi juga menyatakan bahwa dirinya memang layak mendapatkan sepuluh gelar dunia,. Kekalahan paling menyakitkan pun diakui Rossi terjadi empat tahun lalu, di mana ia kalah tipis dari Nicky Hayden dan Jorge Lorenzo tepat di balapan penutup. Meski begitu, Rossi mengaku terus berusaha berdamai dengan masa lalu.

“Secara umum, saya puas atas karier saya dan  saat saya kehilangan dua gelar. Kedua musim itu bukan kenangan yang manis. Setiap kali teringat, saya masih berkata, ‘Sialan!’ karena sejatinya saya punya sepuluh gelar! Saya rasa saya layak dapat sepuluh gelar, karena saya sembilan kali juara dunia dan berkali-kali jadi runner up, lebih sering ketimbang rider lain! Tapi normal saja punya beberapa momen buruk ketika punya karier panjang,” terangnya.

Selain itu  Rossi, blak secara blakan mengungkapkan mengenai hubungannya dengan para rival utamanya di lintasan balap motor, seperti Loris Capirossi, Max Biaggi, Sete Gibernau, Jorge Lorenzo, Casey Stoner, dan Marc Marquez.

Seperti yang dilansir Speedweek, Rossi mengaku punya hubungan yang baik di antara mereka, namun juga ada yang buruk bahkan hingga kini.  Rossi tak memungkiri, bahwa keenam rider ini merupakan orang-orang yang membuat kariernya berwarna, sekaligus membantunya menjadi seorang pembalap yang sangat kuat dan kompetitif.

Peraih sembilan kali juara dunia ini mengakui bahwa ia mendapat banyak pelajaran dari rider-rider ini. Rossi merasa terus berkembang dengan hadirnya para rival di lintasan MotoGP.