close
Nuga Sport

Rossi, Pebalap Setengah Dewa di MotoGP

Valentino Rossi dinobatkan sebagai pebalap “setengah dewa” di ajang MottoGP karena memiliki setengah lebih publik balapan itu yang bisa mengiyakan seluruh argumen dan apa yang katakan.

“Ia benar-benar manusia ‘setengah dewa’ di ajang mottogp. Sulit untuk membantah kenyataan ini. Dan ia pantas untuk menerima kenyataan itu,” tulis laman situs “crash,” Sabtu, 09 Januari 2016.

Tidak hanya “crash,” yang menuliskan laporan panjang karir dan kehebatan Rossi di MotoGP, mantan pebalap yang pernah menjadi saingannya, Carlo Pernat, yang juga dari Italia, yakin tak akan ada rider MotoGP yang bisa sehebat dan sesukses Valentino di masa depan.

Meski banyak bermunculan rider muda nan berbakat dalam beberapa tahun terakhir, Pernat tetap ragu kalau ada joki yang bisa melampaui atau setidaknya menyamai level rider legendaris Tim Movistar Yamaha tersebut.

Rossi yang saat ini merupakan pembalap paling gaek di paddock MotoGP dengan usia tiga puluh tujuh tahun pada Februari 2016.

Kontraknya dengan Tim Yamaha Motor Racing juga akan habis pada akhir tahun ini.

Sementara itu, banyak kalangan memprediksi kalau MotoGP kali ini akan jadi musim pamungkas Rossi di MotoGP.

Meski demikian, Pernat meragukan hal tersebut mengingat The Doctor sukses tampil impresif di tiga musim terakhir, setelah sebelumnya sempat dianggap habis akibat dua musim yang berantakan dengan Ducati Corse.

“Saya rasa selama Vale masih menikmati balapan, ia akan terus bertahan. Saya kira usia bukanlah persoalan di olahraga ini.”

“ Saya tak melihat alasan mengapa ia harus berhenti. Banyak yang bilang kalau Vale sudah mendekati akhir kariernya, tapi lihat saja apa yang akan terjadi tahun ini. Jika ia masih kompetitif, saya ragu ia akan pensiun.”

“ Apalagi MotoGP masih membutuhkannya untuk berbagai aspek,” ucap Pernat, seperti juga ditulis “Tutto Motori”.

Di sisi lain, Pernat yakin MotoGP sebenarnya tak akan kehilangan daya tarik dan sisi prestisiusnya bila Rossi memutuskan gantung helm.

Meski demikian, Pernat juga yakin tak akan ada rider yang bisa menyamai kharisma tujuh kali jawara premier class tersebut, sekalipun itu para pembalap top macam Jorge Lorenzo atau Marc Marquez.

“Jika Vale pergi, saya yakin fans tetap akan menonton MotoGP, karena ada Marquez, Jorge Lorenzo, dan rising star macam Andrea Iannone, Bradley, atau Danilo.”

“ Tapi, Vale adalah legenda sejati MotoGP. Tak akan ada rider yang bisa seperti dirinya, saya sangat yakin itu.”

“ Mungkin saja ada pembalap hebat yang muncul lagi suatu saat nanti, tapi tak akan ada yang sangat blak-blakan seperti Vale dan tidak akan ada yang menarik simpati sebesar Vale,” terang Pernat.
Musim lalu memang berakhir pahit untuk Rossi.

Memimpin klasemen sementara hingga seri tujuh belas, Rossi kehilangan gelar juara di seri terakhir.
Meski begitu, Rossi tetap terpilih sebagai Rider of The Year 2015 versi Bike Sport News.

Seperti diberitakan Bike Sport News, Sabtu, 09 Januari 2016, Rossi menempati posisi puncak dalam polling pemilihan rider terbaik 2015

Hasil yang diraih oleh Rossi mengalahkan dua rival utamanya, Jorge Lorenzo dan Marc Marquez.
Lorenzo yang musim ini keluar sebagai juara dunia MotoGP hanya berada di posisi kedua.

Hal ini tentunya cukup mengejutkan karena perbedaan raihan suara yang cukup jauh dari Rossi.

Melengkapi tiga besar, bukan Marquez yang berada di posisi tersebut melainkan rider asal Inggris yaitu Bradley Smith.

Sementara itu Wakil Presiden Honda Racing Corporation, Shuhei Nakamoto, membenarkan kalau Rossi harus memiliki musuh untuk bisa terus tampil kompetitif di ajang MotoGP.

Nakamoto mengklaim Rossi bisa tampil kompetitif di MotoGP 2015 karena memiliki musuh.
Dalam hal ini Lorenzo dan pebalap Repsol Honda, Marc Marquez.

“Fakta bahwa Rossi mengungkapkan tuduhan terhadap Marquez dan itu membuat lebih dari lima puluh persen lebih penggemar MotoGP percaya. Jika Rossi berbicara untuk merusak citra Honda, itu sesuatu yang tidak bisa kami kontrol,” ujar Nakamoto kepada Gazzetta dello Sport.

“Sepanjang kariernya, Rossi selalu butuh musuh. Sebut saja Sete Gibernau, Max Biaggi dan Casey Stoner. Itu yang saya suka dari Rossi. Itu artinya dia normal, dia bukan dewa,” sambung Nakamoto.

Musim lalu Rossi memiliki dua musuh sekaligus: Lorenzo dan Marquez. Pebalap gaek itu itu menuduh Marquez telah membantu Lorenzo dalam perebutan gelar juara dunia MotoGP 2015.

Puncak kekesalan Rossi terhadap Marquez terjadi di GP Malaysia, ketika mantan pebalap Ducati itu diklaim menendang Marquez hingga terjadi di Sirkuit Sepang.

Nakamoto menganggap ke Rossi tidak bisa disalahkan sendirian atas insiden di GP Malaysia.

“Marquez selalu tampil untuk menang, dan jika ada kesempatan menyalip, dia akan melakukannya. Di Sepang kedua pebalap melakukan kesalahan. Mereka menurunkan kecepatan dan itu membuat Pedrosa dan Lorenzo unggul jauh,” ucap Nakamoto.

“Tahun depan saya harapkan balapan yang bersih. Liburan membantu Marquez melakukan segalanya, saya berharap Rossi juga seperti itu.”

Menurutnya, isiden yang terjadi antara Marc Marquez dan Valentino Rossi menjadi topik panas MotoGP 2015, hingga kini dampakt masih membekas.

Apa yang dilakukan Rossi dengan mencap adanya kongkalikong antara Marquez dan rider Tim Movistar Yamaha Jorge Lorenzo membuat nama Honda sedikit-banyak rusak di mata pencinta MotoGP.

Hal itu dikarenakan jumlah fans Rossi yang besar dan rata-rata memercayai perkataannya.

Sebelum insiden yang terjadi di Sepang, pembalap yang identik dengan nomor 46 itu mengatakan Marquez membantu Lorenzo agar menggagalkannya meraih gelar juara dunia.

Hal itu disampaikan The Doctor pada sesi konferensi pers tiga hari sebelum GP Malaysia berlangsung.

Dasar argumen Rossi adalah perilaku membalap yang aneh dari Marquez di seri Phillip Island. VR46 menilai The Baby Alien sengaja melindungi Lorenzo dari kejaran Rossi dengan cara mengacaukan balapannya.

“Mungkin merusak nama Honda. Faktanya ketika Rossi telah mengatakan sesuatu, lebih dari lima puluh persen fansnya percaya akan hal itu. Jika memang Valentino mengatakannya untuk merusak image Honda, itu di luar kontrol kami,” urai Nakamoto, seperti dimuat La Gazzetta dello Sport.

Tags : slide