close
Nuga Sport

Rossi Mengeluhkan Motornya Masih Lambat

Sejak dua tahun lalu, rider Movistar Yamaha Valentino Rossi sudah mengeluh bahwa motornya tak mampu bersaing dengan Honda dalam perebutan gelar juara MotoGP.

Sampai saat ini solusi belum juga ditemukan. Saking gemasnya dengan situasi tersebut kabarnya juara dunia sembilan kali tersebut kini mulai mendesak adanya reshuffle pada jajaran pertinggi tim Movistar Yamaha.

Hingga seri Jerman pekan lalu, Yamaha sudah delapan belas bulan mengalami paceklik kemenangan. Ini menjadi durasi terpanjang tim pabrikan berlogo garpu tala tersebut mengarungi persaingan di kelas premium tanpa berdiri ke podium teratas.

Akibat buruknya performa tim tersebut sejumlah media asing melansir bahwa Rossi sedang menggalang kekuatan untuk mendepak Lin Jarvis dari posisi managing director Movistar Yamaha.

Figur Rossi memang cukup sentral di tim tersebut. Sehingga, dalam banyak pengambilan kebijakan The Doctor ikut memengaruhi.

Dia bahkan sudah memiliki nama yang diajukan kepada Yamaha Jepang untuk menggantikan Jarvis.

Dia adalah William Favero. Posisinya saat ini adalah direktur komunikasi Movistar Yamaha. Sosoknya dikenal sangat dekat dengan klan Tavullia (kampung halaman Rossi) di paddock MotoGP.

”Rossi sudah dua kali mengirimkan pesan langsung kepada jajaran bos Yamaha di Iwata terkait hal ini,” tulis seorang jurnalis senior MotoGP Diego Lacave dikutip Motorcycle News.

Rossi sendiri mengatakan tak pernah bosan mengingatkan jajaran bos tim agar segera menyelesaikan masalah akselerasi pada YZR-M1.

Misalnya, dengan meminta Yamaha berinvestasi lebih besar dalam hal sistem elektronik motor. ”Sampai kalau ketemu saya di garasi, mereka langsung kabur (karena terlalu sering ditagih),” seloroh Rossi lalu tertawa usai balapan GP Jerman.

Seperti diketahui masalah yang dihadapi Yamaha muncul setelah ada kebijakan penyeragaman ECU  Sejak saat itu tim pabrikan tidak bisa mengembangkan ECU-nya sendiri.

Kebijakan tersebut dirancang agar persaingan antara tim pabrikan dan independen semakin merata. Situasinya semakin memburuk ketika pemasok tunggal ban MotoGP beralih dari Bridgestone ke Michelin.

Sementara itu, kesuksesan Rossi di GP Jerman memunculkan nama Jonas Folger. Rossi mengakui, podium kedua yang diraihnya pada balapan tersebut didapat berkat mencontek balapan pembalap Jerman itu tahun lalu. ”Saya meniru semuanya. Mentalnya, setingan motornya, sampai jalur balapnya,” ungkap rider 39 tahun tersebut.

Finis runner up menjadi hasil terbaik Yamaha sepanjang musim 2018. Kesuksesan Rossi itu membuat nama Folger muncul sebagai calon pembalap uji Yamaha untuk musim depan. Sebagai pembalap uji, Folger akan ikut mengembangkan M1 untuk tim pabrikan. Dia juga dimungkinkan tampil sebagai wildcard.

Pada balapan terakhirnya Rossi mengatakan ada perkembangan baru yang dirasakannya sejak di lap pertama. Yakni stabilitas motor yang lebih baik. Dengan modal tersebut M1 bisa digeber lebih kencang di tikungan, meski harus merebah sangat dalam. ”Kami sangat cepat meski tak cukup untuk mengejar Marquez,” akunya.

Meski begitu masalah lama yang sudah berumur nyaris setahun belum juga bisa diatasi. Masalah akselerasi, terutama ketika keluar tikungan.Terlalu banyak spin di ban belakang. Ujung-ujungnya motor jadi sedikit lambat dibandingkan para rival. Selain itu, spin membuat ban lebih cepat aus.

Maverick Vinales, yang finis di podium ketiga GP Jerman, mengamini pendapat Rossi.

Masalahnya, menurut pembalap Spanyol tersebut, bersumber dari penyaluran power mesin yang tidak proporsional.

Tenaga mesin yang diterima ban belakang terlalu besar. Alhasil spin selalu terjadi saat tuas gas dibuka setelah keluar tikungan. ”Power mesin kami besar. Tapi penyalurannya terlalu brutal,” ungkapnya.

Untuk saat ini, lanjutnya, perbaikan sistem elektronik menjadi solusi penting. Tapi sebelum solusi tersebut ditemukan,Vinales mengaku harus mengubah gaya balapnya untuk menyesuaikan dengan polah motor.

”Mungkin aku juga harus menambah berat badan,” kata Vinales.

Bobot tubuh, lanjutnya, diperlukan untuk mendapatkan cengkeraman ban belakang lebih kuat di awal balapan.

Vinales menyebut, cengkeraman ban justru terasa lebih kuat setelah balapan memasuki paro kedua. Padahal di saat masih baru semestinya grip ban lebih kuat.

Meski demikian Vinales cukup puas dengan hasil GP Jerman. Dia merasa motornya sudah mendekati performa ketika pertama kali datang ke Yamaha awal tahun lalu.

Saat itu, dia menyapu bersih seluruh uji coba pra musim sebagai yang tercepat.

Kemudian, pembalap tersebut memenangi dua balapan pembuka secara beruntun, plus GP Prancis, sebelum akhirnya paceklik datang sampai sekarang.

Sama dengan Rossi, dia berharap segera ada solusi dari markas besar Yamaha sebelum seri balapan dimulai kembali bulan depan.

”Faktanya, saya dan Maverick lebih kuat sekarang. Kami di posisi dua hingga tiga klasemen pembalap. Tapi kami butuh sedikit bantuan dari Jepang pabrikan Yamaha untuk memperbaiki sistem elektronik,” ucap Rossi.

Di saat Yamaha mulai bangkit, Honda juga merasa percaya diri dengan ketangguhan Marc Marquez.

Tak hanya sukses memenangi GP Jerman untuk kesembilan kalinya secara beruntun, sang juara bertahan mengaku belum mengerahkan semua kemampuannya pada balapan tersebut.

Hal itu memang tampak saat Marquez terlihat dengan lincah memainkan ritme balapnya di Sachsenring.

Mengendur saat harus menghemat ban dan melaju kencang ketika merasa perlu.

”Saya punya pace ketika itu dibutuhkan,” katanya yakin. Memasuki jedah musim panas dengan keunggulan poin dari Rossi memang belum sepenuhnya bisa membuat Marquez puas. Meski demikian, kondisi tersebut jauh lebih baik ketimbang musim lalu