close
Nuga Sport

Kontroversi Vettel-Webber Masih Menarik Menjelang GP Sanghai

Setelah “cuti” selama tiga pekan, dan diramaikan oleh media dengan  kasus konfrontasi antara  “duo” pebalap Red Bull Racing, Sebastian Vettel dengan Mark Webber di Sirkuit Sepang, Malaysia, akhir pekan ini Formula 1 memasuki seri ketiga yang akan berlangsung di Sirkuit Shanghai, China.

Media, hingga Jumat, masih menempatkan kasus saling ngotot antar dua pebalap Red Bull Racing  dua pekan itu dalam berita utamanya. “Autosport,” media paling bergengsi yang menjadi pendukung Formula One menulis, “Publik balap kurang tertarik siapa yang akan naik podium. Mereka lebih tertarik mengikuti persaingan lanjutan perseteruan antara Sebastian Vettel dengan Mark Webber.

Di sela tiga pekan istirahat balapan, kasus Sepang masih belum “mati.” Walau pun sudah didamaikan oleh pimpinan tim berita seputar kedua pebalap bergerak liar. Sebuah media di Australia mengatakan, Webber akan hengkang dari Red Bull Racing di musim balapan tahun depan. Dia sedang mencari “cockpit” baru atau berpindah ke balapan relli.

Pada balapan di Sepang, dua pekan lalu, terjadi  persaingan antar dua pebalap satu tim itu. Ketika itu Vettel  mengabaikan kode “Multi 21” (kebalikan dari kode “Multi 12”) yang diberikan Red Bull.  Ketika kode itu disampaikan posisi Webber sedang memimpin lomba

Bahkan dari “paddock”   Red Bull sudah memberikan team order agar Vettel tetap bertahan di belakang pebalap Australia tersebut. Akan tetapi, Vettel tak menghiraukannya sehingga dia menyalip rekan setimnya itu (menjadi kode “Multi 12” atau kendaraan nomor 1 di depan nomor 2) dan keluar sebagai pemenang.

Kesan kuat dari  masih terjadinya “perang” di antara kedua pebalap itu direkam oleh media oleh ketidakhadiran mereka secara bersamaan di ruang pertemuan menjelang kualifikasi di Grand Prix Sanghai.  Hanya Mark  Webber yang diminta untuk tampil dalam konferensi pers reguler FIA, Kamis (11/4/2013).

Dengan hanya kehadiran Mark Webber, tanpa Vettel, di ruang pertemuan menyebabkan  kesempatan media untuk memicu ketegangan antara pasangan tersebut di bawah sorotan lampu kamera televise tentu saja tidak bisa  disaksikan banyak penonton,  Selain itu, situasi tersebut memberikan peluang yang bagus bagi Webber untuk melampiaskan perasaannya.

Red Bull sudah memberikan kejelasan bahwa mereka tak terlalu membesar-besarkan kontroversi di Malaysia. Penasihat tim, Helmut Marko, sudah mengklaim bahwa situasi antara Vettel dan Webber sudah baik karena pasangan tersebut berjabat tangan setelah balapan.

Prinsipal tim, Christian Horner, juga melakukan berbagai upaya dalam hari-hari setelah GP Malaysia untuk menegaskan bahwa kontroversi itu tak meninggalkan luka yang dalam. Pasalnya, Vettel sudah meminta maaf kepada tim atas apa yang dilakukannya.

Namun, menarik untuk menyaksikan bagaimana kelanjutan cerita ini, ketika tim kembali melakukan team order. Apakah Webber dan Vettel masih akan mendengarkan perintah tim, ataukah mereka, terutama Webber, masih menyimpan dendam.

Dengan kejadian pada seri kedua tersebut, tak ada yang salah jika antara Vettel dan Webber sudah tak saling percaya sepenuhnya. Sementara itu, Red Bull pasti tak ingin situasi yang memalukan itu terjadi lagi, ketika perintah mereka diabaikan.

Tak cuma di Red Bull, situasi di tim Mercedes juga menarik untuk disimak setelah tim “memanjakan” Lewis Hamilton dan “mengorbankan” Nico Rosberg saat GP Malaysia. Yang menjadi pembeda adalah Rosberg menuruti perintah tim sehingga dia harus rela finis di posisi keempat, di belakang Hamilton. Padahal, Rosberg jauh lebih cepat untuk melewati juara dunia 2008 tersebut.

Bos tim, Ross Brawn, memainkan peranannya dengan baik sehingga Rosberg tak membangkang. Brawn juga pernah sukses menjalankan team order, baik saat masih bersama Ferrari maupun ketika membawa Brawn GP juara dunia 2009, ketika Rubens Barrichello beberapa kali marah kala diberi tahu harus menahan posisi.

Grand Prix China akhir pekan ini akan menjadi uji coba bagi kedua tim, khususnya Red Bull, untuk memperlihatkan kekompakan mereka. Di sisi lain, bisa saja terjadi pertarungan hebat antara Webber dan Vettel, untuk mengumpulkan kemenangan sebanyak-banyaknya demi mengejar gelar juara dunia.

Media menuduh Vettel ambisius dan mengabaikan etika balapan. “Ia harusnya menerima sanksi ditingkat tim. Tidak hanya cukup didamaikan, lantas selesai,” tulis “Autosport.”