close
Nuga Sehat

Usir Cahaya Smartphone di Malam Hari

Cobalah lawan kebiasaan buruk bermain computer dan smartphone di malam hari. Untuk Anda tahu, cahaya buatan yang dihasilkan dari lampu, layar komputer bahkan smartphone telah mengubah manusia lebih lama terjaga di malam hari.

Akibatnya paparan cahaya buatan yang terus-menerus yang Anda kerjakan bisa mengganggu kesehatan dan ritme kerja tubuh. Cahaya buatan mempengaruhi produksi melatonin –hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar pineal di otak.

Di ruang kesehatan surat kabar terkenal “Daily Mail” ,diungkapkan melatonin memicu perasaan kantuk dan dilepaskan ketika hari gelap, dengan tingkat rasa kantuk memuncak sekitar dini hari.

Melatonin juga memiliki peran penting lainnya, termasuk menjaga tekanan darah dan kadar gula darah yang sehat.

Namun, karena cahaya buatan yang selalu bersinar di waktu tidur, hal ini, menekan produksi melatonin. Jadi, mungkin akan menunda tidur dan mempengaruhi jam tubuh.

Profesor Jim Horne, mantan kepala penelitian tidur di Loughborough University mengungkapkan, beberapa orang sangat sensitif terhadap cahaya buatan.

Dan perlu diketahui, bahaya cahaya buatan di malam hari pada akhirnya menyebabkan seseorang menderita kurang tidur hingga berefek pada masalah kesehatan serius.

Berulang kali waktu tidur rusak karena cahaya buatan, hal ini pun ditemukan bisa meningkatkan risiko serangan jantung hingga stroke . Bukan hanya itu efek buruknya. Masih banyak lagi efek buruk lainnya, seperti bisa bikin gemuk

Para ilmuwan di Northwestern University di Chicago baru-baru ini menemukan paparan cahaya dari komputer atau smartphone di malam hari bisa menyebabkan penambahan berat badan. Bahkan, ketika Anda melakukan pengisian baterai ponsel di samping tempat tidur, bisa memiliki efek buruk untuk kesehatan.

Para ilmuwan menemukan, paparan cahaya yang terus-menerus bisa meningkatkan rasa lapar yang bisa bertahan beberapa jam. Hal ini menyebabkan seseorang melakukan aktivitas makan di malam hari.

Salah satu alasan mungkin bahwa laptop dan ponsel cenderung memancarkan cahaya yang lebih biru –jenis cahaya yang biasanya bertindak sebagai wake-up call untuk otak dan mengatakan jam tubuh sudah waktunya untuk bangun.

Studi pun menemukan, mereka yang terkena cahaya biru dari ponsel ataupun laptop selama tiga jam di malam hari merangsang nafsu makan. Kondisi ini terjadi karena cahaya biru menipu jam tubuh ke dalam pemikiran, sehingga ada perintah untuk menambah energi dengan makanan.

“Sejumlah kecil cahaya biru tidak mungkin berpengaruh banyak pada tidur atau kesehatan,” kata Profesor Horne. “Tapi, otak lebih sensitif terhadap cahaya biru dibanding warna lain dan itu tidak cenderung mempengaruhi jam tubuh lebih dari warna cahaya lain.”

Bahaya lainnya adalah meningkatnya resiko kanker. Kadang-kadang menggunakan perangkat elektronik larut malam tidak menyebabkan kerusakan apa pun. Tapi, paparan berulang telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker.

Sebuah laporan baru-baru ini di European Journal of Cancer Prevention mengungkap temuan dari para ilmuwan yang menganalisis 16 studi tentang paparan cahaya di malam hari.

Para peneliti, dari sebuah universitas di China, menemukan bahwa paparan berulang cahaya –sebagian besar studi melibatkan pekerja malam– meningkatkan risiko kanker payudara pada wanita sebesar 17 persen.

Tapi, efek ini hanya terjadi akibat pengaruh cahaya buatan dari ponsel atau laptop. Pencahayaan yang menerangi area yang lebih luas, seperti lampu di samping tempat tidur, tampaknya tidak secara signifikan meningkatkan risiko.

Penelitian yang dilakukan pada hewan juga menunjukkan paparan cahaya buatan di malam hari bisa membuat anak-anak lebih cemas.

Sebuah studi dalam jurnal Physiology dan Perilaku menemukan bayi tikus terkena cahaya di malam hari dari usia muda menunjukkan tanda-tanda lebih stres dan perilaku cemas dibandingkan mereka yang tidur dalam kondisi gelap. Hal ini diprediksi terjadi akibat kadar hormon stres seperti kortisol yang meningkat.

Bahkan, cahaya buatan dari ponsel atau tablet yang diletakkan di tempat tidur mungkin bukan
satu-satunya masalah. Beberapa studi menunjukkan lampu di bagian lain dari rumah justru bisa menyebabkan risiko diabetes tipe 2.

Penelitian di jurnal Kronobiologi International menemukan orang tua lebih mungkin untuk mengembangkan diabetes jika mereka duduk di bawah lampu terang selama empat jam sebelum mereka pergi tidur, daripada yang redup.

Saat mereka memeriksa adanya diabetes tipe 2, para ilmuwan juga menemukan bahwa seseorang yang terkena lampu terang di malam hari, 50 persen lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit ini. Hal ini mungkin terjadi karena jam tubuh juga memiliki peran dalam mengontrol kadar gula darah.

Salah satu solusi, kata Profesor Horne, mungkin beralih ke bola lampu merah. “Jam tubuh tidak begitu sensitif terhadap cahaya merah, jadi jika Anda ingin menghindari efek samping dari cahaya pada malam hari, maka itu adalah pilihan,” tuturnya.